Wednesday, September 19, 2012

Jujur Pada Diri Sendiri


“Di atas segalanya, jujurlah pada diri sendiri, dan jika Anda tidak bisa menaruh hati Anda di dalamnya, tinggalkanlah.”
—Hardy D. Jackson


Menyusul pernyataan Jaksa Agung Republik Indonesia pada 11 Mei 2005 yang menetapkan direktur utama, wakil direktur dan direktur corporate banking Bank Mandiri sebagai tersangka kasus korupsi, bank terbesar di Indonesia ini mengundang tujuh perusahaan komunikasi pemasaran dan korporat untuk tender proyek pemulihan citra (image recovery) Bank Mandiri. Salah satu dari ketujuh perusahaan itu adalah biro iklan tempat saya bekerja sebagai pengarah kreatif (creative director) merangkap perencana strategis (strategic planner).

Sejak awal, yaitu ketika ketujuh perusahaan komunikasi pemasaran dan korporat itu diundang ke kantor pusat Bank Mandiri di Jakarta untuk mendapatkan taklimat dari Kepala Komunikasi Korporatnya, saya merasa bahwa biro iklan tempat saya bekerja dan beberapa perusahaan peserta tender lainnya tidak tepat untuk menangani proyek tersebut, lantaran menurut pertimbangan profesional saya yang diperlukan Bank Mandiri adalah pakar atau konsultan kehumasan (public relations), bukannya malah membuat iklan layanan masyarakat atau iklan korporat terkait dengan pengembangan merek (brand-building). Tetapi, tampaknya semua peserta sedang ‘rindu order’, sehingga saya biarkan saja.

Para peserta tender diberi waktu sebulan penuh untuk mempersiapkan rekomendasi strategi pemulihan citra maupun keluaran (output) kreatifnya. Sementara itu, saya, yang baru sebulan kembali berkarir di Jakarta setelah bekerja lima tahun di industri komunikasi pemasaran Surabaya, sedang rajin-rajinnya melakukan Latihan Kejiwaan SUBUD (Susila Budhi Dharma) di Wisma SUBUD Cilandak, Jakarta Selatan. Dalam salah satu Latihan Kejiwaan, saya menerima bahwa tender proyek tersebut tidak jujur, penuh muslihat, dan hanya mendatangkan kesia-siaan bagi saya maupun tim saya.

Lha, susah kan menceritakan kepada orang-orang non-SUBUD tentang penerimaan tersebut, apalagi kepada bos saya maupun rekan-rekan kerja saya. Tidak mungkin saya menyampaikan hal itu kepada mereka, dan meminta mereka mundur saja dari tender tersebut atas dasar penerimaan gaib! Saya simpan saja penerimaan tersebut untuk diri sendiri dan melanjutkan pekerjaan saya mempersiapkan konsep kreatif dan perencanaan strategi pemulihan citra Bank Mandiri sebagai dampak dari kasus korupsi yang melibatkan tiga pejabat terasnya, walaupun rasanya menyakitkan, mengingat saya telah tidak jujur pada diri sendiri.

Seminggu sebelum tenggat waktu berakhir, bos saya, yang tahu bahwa saya anggota SUBUD dan mempunyai gambaran salah-kaprah—karena berefleksi pada rekannya, sesama pengusaha periklanan, yang juga anggota SUBUD—bahwa anggota SUBUD pasti hebat dalam soal menerawang hal-hal gaib, bertanya ke saya bagaimana prospek biro iklan tempat saya bekerja itu dalam tender proyek pemulihan citra Bank Mandiri. Saya jawab apa adanya; saya mengungkapkan penerimaan saya dalam salah satu Latihan Kejiwaan yang saya lakukan di Wisma SUBUD Cilandak.

Karuan, bos saya marah, mengira saya tidak sudi menangani persiapan untuk tender proyek tersebut. Sebagai reaksi, saya berkata, “Lha, Bapak kan tanya gimana prospeknya. Saya jawab apa adanya,kok Bapak malah marah?!” Bos saya tidak berkutik mendengar reaksi saya, yang tegas namun disampaikan dengan lembut. Dia menawarkan ke saya, jika saya tidak mau menanganinya, saya boleh istirahat, tidak terlibat dalam tim yang akan maju mempresentasikan rekomendasi strategi dan konsep kreatifnya. Tetapi saya tepis tawaran itu, dengan alasan bahwa saya ingin menyaksikan sendiri bagaimana kesudahannya.

Pada saat itu, ada dua orang pemagang yang menyaksikan bagaimana bos saya mengamuk setelah mendengar penuturan saya tentang prospek tender proyek pemulihan citra tersebut. Tak saya sangka, merekalah saksi utama dari kebenaran Ilahi yang ‘diturunkan’ kepada saya!

Seminggu setelah semua peserta tender mempresentasikan rekomendasi strategi dan konsep kreatifnya, biro iklan tempat saya bekerja mendapat faksimil disusul telepon dari departemen Komunikasi Korporat Bank Mandiri, yang memberitahu bahwa kami tidak berhasil memperoleh proyek tersebut. Yang menjengkelkan, belakangan kami mendapat informasi bahwa pemenang tender justru adalah tiga perusahaan komunikasi pemasaran (biro iklan) yang tidak mengikuti tender!

Setelah menyampaikan informasi tersebut, bos saya melirik ke saya, saat para karyawan biro iklan tempat saya bekerja berkumpul di meja rapat, seolah membenarkan penerimaan spiritual saya. Dua orang pemagang yang sebelumnya saya ceritakan, yang selama rapat itu duduk di sebelah saya, memandang saya sambil terpana—karena apa yang pernah saya sampaikan terbukti benar adanya.

Itulah pengalaman saya dengan gagasan ‘jujur pada diri sendiri’. Anda harus siap menghadapi kenyataan bahwa orang tidak akan menyukai Anda, bahwa Anda akan menjadi sosok yang tidak populer, dan bukan tidak mungkin Anda akan kehilangan peluang memperoleh imbalan materi.

Tetapi reward terbesarnya adalah Anda memperoleh peluang langka: Menjadi diri sendiri! Anda siap jujur pada diri sendiri? Terus terang, pada saat itu saya juga tidak siap, namun saya percaya Tuhan tidak akan menelantarkan saya.(AD)


Lantai 7 Apartemen Citylofts Sudirman, Karet Tengsin, Jakarta Pusat, 21 Oktober 2011 


No comments: