Tuesday, September 12, 2017

Mengalir dan Menyala

Pohon sebagai tiang listrik di Dusun Sumberkapung.
DI Dusun Sumberkapung, Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, tidak ada tiang listrik. Yang ada pohon listrik, di mana kabel-kabel distribusi listrik yang dibangkitkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) disangkutkan. Dirintis oleh Pak Rasyid pada tahun 1994, PLTMH itu kini memasok listrik untuk empat desa (yang terdiri dari 46 dusun) di Kecamatan Tiris. Tidak ada keterlibatan maupun bantuan dari PLN; semua merupakan swadaya masyarakat setempat. Ironisnya lagi, di Probolinggo terdapat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) raksasa Paiton, yang terletak sekitar 45 km sebelah utara timur laut Kecamatan Tiris.

Saya bersama Pak Rasyid (kiri)
di sebelah generator PLTMH Dusun Sumberkapung.
Namun yang paling ajaib adalah kenyataan bahwa Pak Rasyid hanya seorang petani lulusan sekolah menengah pertama (SMP) yang tadinya tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang kelistrikan. Ia menemukan sebuah generator listrik bertenaga air peninggalan Belanda di perkebunan teh Andungbiru yang lantas ia bongkar untuk ia pelajari sistemnya. Pak Rasyid kemudian belajar dan memahami seluk-beluk pembangkitan dan distribusi listrik hanya dengan melihatnya.

Ia pun kemudian membuat sendiri pembangkit listrik bertenaga air dengan kincir kayu yang membuatnya dijuluki oleh warga desanya “Rasyid Lambaling” (bahasa Madura untuk “baling-baling”). Ia ditertawai dan dicemooh masyarakat atas tindakannya itu. Karena ia hanya lulusan SMP tanpa pengetahuan tentang kelistrikan. Mengabaikan cemoohan tetangga-tetangganya, Pak Rasyid terus tekun mempelajari dan meneliti cara kerja pembangkitan energi listrik dengan tenaga air. Usahanya, akhirnya, membuahkan hasil. Listrik yang diproduksi PLTMH buatannya yang sederhana dapat memasok listrik ke rumahnya maupun rumah mertuanya.

Rumah Pak Rasyid di Dusun Sumberkapung.
Tadinya hanya gubuk reyot, tapi kesejahteraan Pak Rasyid
meningkat setelah ia berhasil melistrikkan desanya.
Dari pengalaman kunjungan saya ke Desa Andungbiru pada 3 Maret 2017 dan menyaksikan sendiri pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang dirintis Pak Rasyid, saya memetik satu hikmah: Bahwa keadaan serba kekurangan tidak seharusnya menghambat kita dari menggali potensi kita; bahwa Tuhan sudah membekali kita dengan kemampuan berpikir yang suatu ketika dapat membantu kita mengatasi kesulitan.©






Kalibata, 23 Maret 2017                          

Pemasaran Dengan Rasa

Tahun 1993, terbit buku Don E. Schultz et al., The New Marketing Paradigm: Integrated Marketing Communications. Jargon IMC atau Marcomm (marketing communication) pun mulai mendunia. Iklan dinilai tidak lagi jadi pemeran utama, melainkan figuran. Aktor utamanya adalah komunikasi.

Waktu saya baca buku tersebut tahun 2002, saya merasa ganjil: “Komunikasi pemasaran” merupakan istilah yang tumpang-tindih (redundant), karena pemasaran sama dengan (=) komunikasi. Advertising, sales/trade promotion, direct marketing, publicity, dan lain-lain hanyalah output dari strategi Marcomm. Tapi inti atau jiwa dari marketing adalah communication, baik antar- maupun intra-pribadi. Dan komunikasi tidak melulu perlu kata-kata, bisa juga simbol.

Dalam buku yang sedang saya tulis saat ini, berjudul Messages of Hope, tentang program CSR (corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan) dari perusahaan-perusahaan berbasis bisnis, menekankan aspek ini—bahwa tindakan tanpa berkata-kata tapi memancarkan Rasa mampu menyampaikan pesan kepada para pemangku kepentingan.©



Kalibata, 7 September 2017