Friday, November 10, 2017

Meme yang Disiarkan Televisi

KEMARIN pagi, saya menemani putri saya, Nuansa (1 tahun), menonton saluran televisi favoritnya, BabyFirst TV. Di segmen Harry & Larry: Pros Who Help, pemirsa diajak mengenal profesi: Larry si Burung kehilangan satu benda, siapa yang dapat membantunya menemukan benda tersebut?
                  
Harry si Kelinci memperlihatkan peralatan tukang kayu dari sebuah peti ungu, dan bertanya kepada pemirsa, apakah tukang kayu bisa membantu Larry. Dia sendiri yang menjawab tidak. Selanjutnya, Harry memperlihatkan helm pemadam kebakaran, diiringi pertanyaan, apakah pemadam kebakaran bisa membantu Larry menemukan benda miliknya yang hilang. Lagi-lagi, Harry menidakkan. Terakhir, Harry menunjukkan topi dan badge polisi, lalu mengajukan pertanyaan: Apakah polisi bisa membantu Larry?

Harry lantas berubah menjadi sosok kelinci berseragam polisi, berdiri di depan kantor polisi. Dia memastikan ke pemirsa bahwa: “Bila kamu kehilangan sesuatu, mintalah bantuan polisi untuk menemukannya.”

Walaupun secara umum benar bahwa salah satu tugas polisi adalah menemukan benda atau orang hilang, tapi komunikasi publik via acara ini telah membuat anak-anak “memetik meme” bahwa polisilah satu-satunya pihak yang bisa dimintai bantuan.

Tapi kebenaran itu sebenarnya semu. Anak-anak seharusnya diajarkan bahwa mereka bisa minta bantuan kepada semua orang, bukan hanya polisi, dan bahwa mereka juga harus selalu bersedia membantu semua orang, diminta atau tidak diminta.

Paling tidak, saya tanamkan meme itu pada Nuansa.©


Kalibata Selatan II, Jakarta, 10 November 2017


Thursday, November 9, 2017

Memperingati Hari Pahlawan 10 November 2017


Meme "Nasi Kuning"

PAGI ini, saya tiba-tiba teringat peristiwa sepele semasa saya kuliah dahulu. Teman-teman kuliah saya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya) Universitas Indonesia berasal dari berbagai daerah, dari Sumatera Barat sampai Nusa Tenggara Timur.

Nah, teman saya yang berasal dari daerah pedalaman Sumatera Barat suatu ketika saya ajak sarapan di luar kampus UI Depok, Jawa Barat. Kami ke warung makan Betawi yang menjual nasi uduk dan nasi kuning. Teman saya heran melihat nasi kuning dijual sebagai sarapan dan spontan berkomentar: “Lho, nasi kuning di Jakarta untuk sarapan, ya? Nasi kuning kan untuk selamatan!”

Itulah contoh meme. Di budaya dari mana teman saya berasal, nasi kuning sudah dipatok sebagai sesajian upacara. Dan itu terprogram di pikiran teman saya yang berulang kali mengalami upacara di mana nasi kuning ditampilkan sebagai "sajian keramat". Makanya dia syok menemukan nasi kuning sebagai menu sarapan. Alhasil, dia memilih nasi uduk, alih-alih nasi kuning, karena baginya tabu makan sesajen selamatan sebagai sajian sarapan.©


Kalibata Selatan, Jakarta, 10 November 2017