Wednesday, March 28, 2012

Berani Bermimpi

 “Semua mimpi kita dapat menjadi kenyataan, jika kita berani mengejarnya.”

—Walt Disney

 

PADA tanggal 1 Maret 2012 lalu, saya didaulat sebagai salah satu narasumber dalam acara Career Day di SMA Labschool Avicenna Cinere, Jawa Barat, yang bertema “Kreativitas Menembus Batas”. Para praktisi industri kreatif maupun lembaga-lembaga pendidikan yang menyediakan pendidikan formal maupun peluang untuk menjadi insan kreatif (Politeknik Negeri Media Kreatif di Jagakarsa, Jakarta Selatan dan Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat) diundang untuk menjalankan peran seperti saya: Memotivasi calon lulusan SMA tersebut untuk berkiprah di industri kreatif, yang belakangan menjadi tren di negeri kita.

Saya tampil dalam talkshow-nya yang digelar di sesi kedua acara tersebut, bersama perancang busana Jenahara Nasution dan seorang alumnus SMA Avicenna yang kuliah di Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Indonesia, berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai bidang masing-masing, yang pada dasarnya memiliki landasan yang sama: Ide kreatif!

Mengusung motto pribadi “Kreatif atau jadi kere aktif”, saya “menyerbu” ke tengah para siswa-siswi SMA tersebut, yang sejak awal acara asik sendiri dengan mengobrol di antara mereka atau memelototi layar telepon seluler masing-masing, seolah tidak berminat dengan acara yang, sebaliknya, dirancang pihak sekolah untuk mengakomodasi minat mereka selepas bangku sekolah menengah atas.

Saya tanya mereka, apakah mereka suka bermimpi. Sebagian besar menjawab suka, tetapi hanya siswa perempuan yang berani mengutarakan mimpi mereka, sedangkan yang laki-laki saling menyikut, mendesak teman di sebelahnya dan sebelahnya lagi untuk menjawab ketika saya tanyakan salah satu siswa laki-laki apa saja mimpinya. Bagaimanapun, seorang siswa perempuan bertanya kembali ke saya, dengan ekspresi tidak percaya: “Bener nih, Pak?” Pertanyaan tersebut memberi kesan bahwa bermimpi itu sesuatu yang konyol nan sia-sia. Saya sudah menduga sejak lama, bahwa orang Indonesia itu kebanyakan tidak berani bermimpi; bahwa bermimpi atau berkhayal dianggap kegiatan sia-sia; bahwa bermimpi yang terlalu tinggi akan mengempaskan si pemimpi dengan sangat menyakitkan jika tidak terwujud.

Novelis, kritikus, esaiis, politikus dan orator Irlandia George Bernard Shaw (1856-1950) menulis bahwa “orang yang menggunakan akal sehatnya menyesuaikan dirinya dengan dunia, sedangkan orang yang tidak menggunakannya selalu berusaha keras untuk menyesuaikan dunia dengan dirinya. Karena itu, semua kemajuan bergantung pada orang yang tidak menggunakan akal sehatnya.”

Satu hal yang saya ketahui berdasarkan pengalaman saya adalah bahwa kalau sesuatu diterima secara luas oleh banyak orang maka Anda harus meragukannya. Hanya karena sesuatu itu “masuk akal” dan merupakan “pengetahuan umum” tidak berarti itu merupakan kebenaran. Menilik sejarah, dan bahkan dewasa ini, terbukti bahwa orang-orang yang telah membuat perbedaan dan mengungguli generasi mereka adalah mereka yang menantang pandangan umum terhadap segala sesuatu pada masa mereka. Mereka adalah orang-orang yang mempertanyakan segala sesuatu dan menemukan jawabannya sebelum mereka menerima sesuatu sebagai kebenaran mutlak (gospel truth). Jika mereka tidak menemukan jawaban yang memuaskan mereka akan mengubah persepsi dan pandangan mereka berdasarkan apa yang mereka anggap sebagai kebenaran.

Pada tahun 1800an, siapa yang bakal percaya bahwa manusia bisa terbang lebih cepat daripada burung di abad ke-19 dan sesudahnya? Wright bersaudara melakukannya. Mereka menantang pandangan umum pada masanya dan berani bermimpi. Mereka adalah orang-orang yang tidak menggunakan akal sehatnya (unreasonable men).

Mimpi utama Anda haruslah tidak masuk akal dan (terkesan) konyol. Kalau tidak begitu, mimpi Anda belum cukup besar. Kalau Anda punya mimpi yang cukup besar, maka dampaknya akan memengaruhi perasaan dan pikiran Anda. Mimpi itu akan menantang Anda sekaligus menakutkan bagi Anda. Ia akan menjadi mimpi yang begitu besarnya sampai Anda akan merasa sangat gembira dan mempertanyakan kewarasan Anda pada saat yang sama.

Kesuksesan, kekayaan, kebahagiaan, kepuasan, penghargaan dan lain-lain, tidak mengejutkan para pemimpi ketika mereka memperolehnya—karena mereka telah menghidupkannya di pikiran mereka selama ini. Itu harus terjadi. Dunia fisik tidak bisa menentang dunia spiritual dan mental. Hal itu telah dirancang sedemikian rupa pada hierarki hidup. Yang satu harus mematuhi yang lain. Yang fisik harus mematuhi yang spiritual dan mental.

Jangan khawatir kalau mimpi Anda gagal terwujud, atau tidak sepenuhnya sesuai dengan mimpi Anda, karena proses yang Anda tempuh untuk mewujudkannya secara pasti memberi Anda pengalaman dan pengetahuan yang akan sangat berguna bagi kehidupan Anda, yang pada akhirnya akan membuat Anda merasa, Tuhan tahu dan memberikan Anda sesuatu yang jauh lebih baik daripada mimpi Anda!

Well, berani nggak Anda bermimpi?©2012

 

Apartemen Citylofts Sudirman, Karet Tengsin, Jakarta Pusat, 28 Maret 2012