Thursday, May 2, 2024

Latihan Untuk Tidak Latihan

MALAM ke-27 Ramadan yang jatuh pada hari Sabtu, 6 April 2024, menandai satu episode mengejutkan dalam kehidupan Subud saya. Pada Latihan bersama di Hall Cilandak malam itu, sekitar pukul 22.30, saya menerima bahwa saya untuk sementara tidak boleh Latihan di hall manapun.

Terkejut dengan penerimaan tersebut, saya menghentikan sejenak Latihan saya saat itu dan kemudian mengulanginya. Lagi-lagi, saya menerima hal yang sama: Saya tidak boleh Latihan di hall manapun untuk sementara waktu.

Setibanya di rumah, selewat jam satu dini hari, 7 April 2024, saya mengirim pesan WhatsApp kepada dua pembantu pelatih Subud Cabang Surabaya yang dahulu melayani saya selama ngandidat hingga dibuka, yaitu Pak Rahardjo Basuki Soejanto Luwiharjo dan Mas Heru Iman Sayudi. Dalam jawaban beliau (pukul 02.51 WIB), Pak Yanto menulis: “Itulah aplikasi Latihan apa yang dikatakan sebaiknya duapuluh empat jam dalam salah satunya ceramah Bapak. Tapi harus waspada jangan sampai yang dinamakan krisis.”

Mas Heru menjawab pada pukul 03.38 WIB: “Iya, aku nangkep isinya. Yang penting tidak terikat dengan yang mengikat supaya bisa tumbuh dan dikenali bedanya secara ruang dan waktu sehingga mudah untuk segera bisa di-titeni karena memang jiwa tumbuh terus dan tidak bergantung raga.”

(Kelak, dalam pembicaraan per telepon, Mas Heru mengatakan bahwa Latihan saya kebanteran. Meskipun saya Latihan hanya dua-tiga kali seminggu, yang masih seturut dosis yang dianjurkan Bapak, menurutnya satu kali Latihan saya sangat kuat, sehingga harus dikurangi kuantitasnya.)

Pak Yanto selanjutnya, pukul 02.53 WIB, menelepon saya. Saat itu, beliau baru selesai sahur. Dalam pembicaraan per telepon itu, intinya saya diharapkan untuk melatih diri tidak Latihan dalam pengertian umum, yaitu di hall maupun di luar hall (termasuk di rumah sendiri), karena saya sedang menerima terus-terusan. Pak Yanto mengatakan bahwa beliau telah menerima tentang keadaan saya sejak beberapa hari sebelum saya sendiri menerimanya.

Ego saya tentu saja memberontak terhadap kenyataan ini. Pasalnya, saya sedang getol Latihan meskipun dalam proporsi sewajarnya (dua kali seminggu), dan saya sangat membutuhkan Latihan bersama. Energi Latihan membuat hidup saya lebih hidup!

Dalam chat via WhatsApp bertanggal 14 April 2024, dengan satu saudara Subud yang pernah mengalami, ia mengungkapkan “solusi” untuk menggantikan Latihan seperti biasa: “Ya, duduk saja sambil lerem, rileks... Nanti bentuk Latihan datang tapi bukan seperti Latihan yang biasa...”

Menjelang penerimaan malam ke-27 itu saya memang merasakan getaran Latihan yang lebih daripada biasanya, di luar kehendak saya, dan saya menerimanya di mana saja, bahkan saat mengendarai motor. Sempat saya merasa takut, karena fokus saya pada penerimaan pengertian-pengertian baru dan mata lahir saya “diselubungi” penglihatan akan hal-hal gaib serta isinya orang-orang (yang terlintas di pikiran saya). Pak Yanto berpesan agar saya tidak takut, karena takut menghalangi bakti kepada Tuhan.

Beliau juga berpesan agar saya tidak menceritakan apa yang saya lihat pada diri orang-orang, untuk meredam kesombongan spiritual. Intinya, saya harus mulai berlatih mengendalikan diri, berlatih untuk tidak Latihan seperti di hall karena Latihan saya sedang berjalan 24 jam.©2024

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 2 Mei 2024

Wednesday, May 1, 2024

Dari Klien ke Mitra Kerja ke Sahabat

 


PERTAMA kali saya mengenal beliau, pada 22 Agustus 2013, adalah pada saat event peluncuran buku A Journey to Gold: Mencapai PROPER Emas, Menyemai Kebajikan, Melindungi Lingkungan, yang saya tulis dan edit dalam kapasitas sebagai ghostwriter.

Saat makan siang, saya minta lewat satu staf CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. untuk diperkenalkan kepada Manajer atau Kepala Divisi Corporate Social Responsibility perusahaannya. Jean Christophel Prihyanto namanya. Orangnya ramah, suka melucu dan mencandai setiap topik pembicaraan meski isi candaannya serius dan mengena.

Perkenalan di ajang event yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan itu berlanjut menjadi hubungan klien-vendor—Pak Jean mewakili PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan saya sebagai ujung tombak PT Asta Nindya (li9ht—The IDEAS Company). Kerja sama kami langgeng dalam melahirkan karya-karya kreatif berupa publikasi yang mempromosikan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) yang diemban Indocement maupun TJSL secara umum.



Hubungan klien-vendor ini berjalan hingga akhir tahun 2016, dimana Pak Jean mengundurkan diri dari Indocement untuk merintis perusahaan konsultan program dan komunikasi CSR. Beliau menggandeng saya, yang sejak 2012 telah menimbun banyak pengalaman dengan sustainability communication dan CSR branding.

Kemitraan kami membentuk hubungan persahabatan yang unik. Saya menjadi lawan tangguh beliau dalam brainstorming. Analisis Pak Jean yang kritis juga membantu saya menyempurnakan ide-ide saya untuk proyek komunikasi pembangunan berkelanjutan bagi klien-klien kami.

Di waktu senggang saat bersama mengunjungi suatu daerah untuk pekerjaan, kami berbincang mengenai hidup—beliau sering bertanya tentang aktivitas saya di Subud dan bagaimana Latihan Kejiwaan mempengaruhi kehidupan saya. Beliau tertarik tapi merasa belum tergerak untuk masuk Subud.

Saya diapit oleh Pak Rasyid (kiri) dan Pak Jean (kanan), duduk di atas atap instalasi pembangkit listrik tenaga mikrohidro di Dusun Sumberkapung, Desa Andungbiru, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang dirintis dan dikembangkan Pak Rasyid. Foto dibuat pada 4 Maret 2017.

Saya terakhir berjumpa dengan Pak Jean ketika kami blusukan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, untuk memetakan keadaan sosial dan lingkungan yang terdampak operasi pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex), pada 11-12 Agustus 2018. Stamina beliau luar biasa, gesit bergerak, sangat antusias saat berinteraksi dengan para petani dan pengrajin di desa-desa binaan CSR Sritex. Sehingga saya tak menyangka ketika mendapat kabar bahwa tidak lama setelah tahun 2018 Pak Jean terkena serangan jantung yang mengakibatkan beliau koma berlarut-larut.

Pagi ini, saya mendapat kabar via WhatsApp dari adik saya—yang seangkatan dengan Pak Jean di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN)—bahwa mantan klien, mantan mitra dan sahabat selamanya itu telah berpulang. Semoga Tuhan menerima amal saleh almarhum. Aamiin.©2024

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 2 Mei 2024


Aku Tetap Mencintaimu

Aku tetap mencintaimu

Betapapun aku tak mengerti bagaimana bisa terjadi

—dan kau tersandung benci karena tak menyadari

Tapi, bukankah cinta tak perlu arti?

Tak perlu alasan dan landasan,

tak butuh pesan dan kesan?

Aku tetap mencintaimu,

walau kau tak lagi peduli

 

Aku bercinta lewat getar rasa diri

yang terpancar dari jiwamu

yang mengenal jiwaku

bahkan jauh sebelum kita ada

Rasa kasih telah mengarus dari titik semuanya bermula

Mungkin pendahulu kita sumbernya,

mungkin sudah menjadi kehendakNya

Tak pernah jelas dan pasti

Tapi, aku tetap mencintaimu,

walau kau tak lagi peduli

 

Kau terus hadir dalam mimpi,

Bayangmu memenuhi diri,

betapapun aku berusaha kuat menghindari

Kurasakan hadirmu, hidupmu sehari-hari

Galau mengharap kesah gelisahmu berhenti

Kurasakan itu semua, walau tak kuingini

Doa lirih kupanjatkan atas namamu, kembaran jiwaku

Dan aku tetap mencintaimu,

karena dengan begitu aku mencintai diriku...

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 1 Mei 2024