Wednesday, July 15, 2020

Kadar Pengertian


ADA satu kisah tentang kehidupan Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa as-sallām yang selalu saya ingat, karena sungguh menginspirasi saya. Alkisah, dalam Perang Tabuk, pada 630 M, Muhammad terkena lemparan batu ke mulutnya hingga berdarah. Umar ibn Khattab pun berkata kepada Muhammad agar mengutuk si pelempar batu, tetapi Muhammad berkata, “Aku diutus Tuhan bukan untuk mengutuk manusia. Mari kita doakan dia, karena dia tidak mengerti.”

Dahulu, saya tergolong orang yang suka sekali memusuhi orang-orang karena perilaku mereka yang tidak dapat saya toleransi—terutama karena tidak sejalan dengan prinsip-prinsip yang saya anut. Perilaku saya dahulu itu persis sama dengan sikap dan perilaku kaum agama tertentu di Indonesia yang memusuhi umat agama-agama lain, hanya karena berbeda keyakinan, berbeda tata cara, dan/atau bahkan karena berbeda nama dan sifat-sifat tuhannya. Padahal, sikap dan perilaku ini tidak perlu ada, jika saja kita meresapi apa yang dicontohkan oleh Muhammad.

Pengertian tidak berlaku umum—setiap orang memiliki waktu, inteligensi, dan pengalaman masing-masing untuk dapat mengerti sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pengertian” berarti (1) gambaran atau pengetahuan tentang sesuatu di dalam pikiran, pemahaman; dan (2) kesanggupan inteligensi atau kecerdasan untuk menangkap makna suatu situasi atau perbuatan. Dari arti ini dapat kita lihat bahwa pengertian tidak bisa serta-merta diharapkan dari semua orang pada waktu yang sama; setiap orang membutuhkan proses—melalui pengalaman pembelajaran—untuk sampai pada pengertian tentang sesuatu. Proses ini pada satu orang berbeda durasinya dengan orang lainnya; ada yang cepat dan ada yang membutuhkan waktu yang lama.

Pada 12 Juli 2020 lalu, saya membuat suatu eksperimen untuk mengetahui kadar pengertian orang: Saya memposting sebuah artikel di linimasa Facebook saya (dan juga di blogspot ini), yang saya juduli “Pelaut Berkulit Hitam yang Memberikan Segalanya”; artikel itu mengungkapkan tiga hal, yaitu tentang bakal diluncurkannya kapal induk raksasa terbaru Angkatan Laut Amerika Serikat (AL AS) pada 2028 mendatang, tentang tradisi penamaan kapal induk milik AL AS, dan tentang tamtama AL AS bernama Doris Miller yang mendapat medali tertinggi AL AS karena aksi heroiknya selama serangan pesawat pembom Jepang atas Pearl Harbor. Reaksi pembaca bervariasi, masing-masing dipengaruhi oleh kadar pengertiannya. Ada yang mempersepsikan artikel itu adalah tentang sejarah hidup Doris Miller, ada yang menganggapnya tentang serangan ke Pearl Harbor. Saya terkejut, karena tidak ada yang mengomentari perihal kapal induk raksasa itu.

Karena sifat pengertian tidak sama pada semua orang, alangkah tidak fair bila kita memberi perlakuan buruk pada orang lain hanya karena dia tidak mengerti perkataan atau perbuatan kita. Karena itu pula, sejatinya tidak ada orang yang bodoh atau pintar. Hanya “mengerti” dan “tidak mengerti”.

Jika Anda menjumpai orang yang tidak mengerti, doakan saja semoga Tuhan memurahinya dengan pengertian, persis seperti yang dilakukan Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa as-sallām terhadap orang yang telah melukai mulut beliau dengan batu yang dilemparkannya.©2020


GPR 3, Tangerang Selatan, 15 Juli 2020

No comments: