MENGOMENTARI satu postingan saya di Grup Facebook “Subud Around the World”, seorang pembantu pelatih asal Inggris yang bermukim di Thailand menulis, “Maafkan saya, Arifin, tetapi saya rasa kamu salah memahami soal ini.”
Dalam jawaban saya terhadap komentarnya, saya menekankan bahwa mungkin saja saya salah memahami, tetapi itulah pemahaman saya saat ini.
Pengalaman melalui tindakan dan sekadar pengamatan saya menegaskan bahwa dalam hidup ini tidak ada yang konstan; semua selalu berubah. Yang tetap hanyalah perubahan itu sendiri. Apa yang kita pahami dahulu, pasti berubah pada suatu ketika. Tidak perlu menunggu selama bertahun-tahun hingga perubahan pemahaman itu terjadi, kita bisa saja berubah pemahaman kita dalam hitungan menit atau detik.
Adalah berbahaya bila kita sudah mematok suatu ketetapan hanya berdasarkan pemahaman kita pada suatu ketika, sedangkan pemahaman itu akan berubah seiring waktu. Dalam kaitan ini, termasuk ceramah Bapak dan Ibu Rahayu.
Sepengalaman saya, ceramah Bapak dan Ibu Rahayu bila didaulat sebagai ketetapan yang kekal malah akan menyesatkan atau membingungkan kita dalam mengamalkannya. Proses kehidupan membuat kita semua mengalami perubahan pola pikir dan cara pandang, dan ceramah “menyesuaikan” diri dengan hal itu, bukan sebaliknya. Fenomena inilah yang membuat Subud selalu relevan di segala zaman. Karena tidak ada ajaran yang bersifat sama turun-temurun.
Pernyataan bahwa pemahaman tidak ada yang
statis adalah sangat akurat. Pemahaman kita tidak pernah statis, melainkan
selalu dalam proses yang dinamis dan terus berubah. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa pemahaman itu selalu bergerak dan tidak pernah diam:
* Informasi Baru: Setiap hari, kita terpapar pada informasi baru,
baik melalui pengalaman pribadi, membaca buku, berita, atau berinteraksi dengan
orang lain. Informasi ini dapat memperkuat pemahaman yang sudah ada,
mengubahnya, atau bahkan sepenuhnya menggantikannya.
* Pengalaman Hidup: Pengalaman yang kita jalani—sukses maupun kegagalan, kebahagiaan maupun kesulitan—membentuk cara kita melihat dunia. Sebuah peristiwa penting bisa mengubah cara pandang kita tentang hubungan, pekerjaan, atau tujuan hidup.
* Refleksi dan Kedewasaan: Seiring berjalannya waktu, kita sering merenung tentang apa yang telah kita pelajari. Refleksi ini memungkinkan kita untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, menyadari bias yang mungkin kita miliki, dan menyusun kembali pemahaman kita agar lebih matang.
Singkatnya, pemahaman adalah sesuatu yang
hidup. Ia tumbuh, beradaptasi, dan berevolusi seiring dengan pertumbuhan kita
sebagai manusia.©2025
Pondok Cabe, Tangerang
Selatan, 5 September 2025
No comments:
Post a Comment