DUAPULUH enam September 2025, saya ada janji ketemuan dengan satu teman di apartemennya di kawasan Cipete Selatan, Jakarta Selatan, pukul 14.00 WIB. Selain itu, satu saudara Subud, yang juga sudah saling mengenal satu sama lain dengan teman saya di Jurusan Sejarah FSUI itu, akan bergabung dengan kami.
Saya berangkat dari rumah saya di Pondok Cabe Ilir pada pukul 13.30, dan harus mampir di Jl. Pluto Dalam I Gang Nasir untuk mengambil pesanan istri saya. Seharusnya, dari Jl. Mercurius Timur—jalan yang biasa saya lalui bila ingin ke Jl. Karang Tengah, Lebak Bulus—saya tinggal lurus saja, karena jalan itu bersambung dengan Jl. Pluto Dalam. Tetapi, saya malah dengan santai membelok ke Jl. Mars yang menuju Jl. Karang Tengah. Jalan Mars berada di pertigaan pertemuan Jl. Mercurius Timur-Jl. Pluto Dalam. Setelah perjalanan bermotor saya telah mencapai sekitar 1 km, saya baru tersadar bahwa saya lupa untuk mengambil pesanan istri saya di Jl. Pluto Dalam I Gang Nasir. Saya pun memutar balik sepeda motor saya untuk kembali ke tujuan semula.
Setelah mengambil pesanan istri saya, saya kembali melaju menuju apartemen teman saya. Hikmah apa yang saya dapat dari pengalaman sepele ini? Saya disadarkan oleh diri sendiri bahwa saya terlalu fokus pada tujuan, alih-alih rileks menjalani prosesnya menuju segala sesuatu yang ingin saya capai.
Saudara Subud yang saya jumpai di apartemen teman saya, yang kepadanya saya ceritakan pengalaman itu juga berpendapat yang sama. Saya terlalu terpaku pada tujuan yang ingin saya capai, sehingga mengabaikan jalan yang harus saya lalui untuk sampai kepada tujuan itu. Tujuan itu sendiri sejatinya tidak seberapa bernilai dibandingkan perjalanannya. Sama seperti yang saya rasakan ketika naik kereta api—moda transportasi favorit saya sebagai seorang pehobi kereta api, perjalanannya yang kadang memakan waktu lebih dari sepuluh jam lebih mengasyikkan daripada ketika sampai di tujuan.
Banyak hal yang bisa dipetik dari
perjalanan/proses, tetapi yang pasti proses membentuk kepribadian kita; kita
menjadi lebih mengenal siapa diri kita. Tanpa perjalanan/proses, kita cenderung
terlena sehingga tidak menyadari keadaan ketika sesungguhnya kita telah sampai
pada tujuan, sehingga pula kita tidak mensyukuri pencapaian itu.©2025
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 1 Oktober 2025
No comments:
Post a Comment