Wednesday, September 24, 2025

Membuat Karya Lebih Hidup

 


SEORANG Pembantu Pelatih Subud Jakarta Pusat, yang juga pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang menjabat Biro Umum di pengurus pusatnya, baru-baru ini meminta saya mendesainkan backdrop untuk acara Pra Rapat Kerja Nasional perguruan silat itu. Saya sudah berkali-kali mendesainkan backdrop dan berbagai kolateral serta merchandise untuk PSHT atas pesanan si pembantu pelatih.

Nah, ketika merancang backdrop Pra Rakernas ini, yang baru dipesan pada 23 September 2025 dan baru saya kerjakan sore hari pada 24 September, saya mendapat pengetahuan baru berdasarkan pengalaman unik si pembantu pelatih. Jadi, karena dikejar waktu berhubung hari ini mau dicetak sedangkan waktu saya kemarin sore juga tidak banyak berhubung saya mau Latihan di Pamulang, revisi demi revisi gencar dilakukan. Tektokannya antara saya dan si pembantu pelatih via WhatsApp dan antara dia dengan Ketua Umum PSHT, juga via WhatsApp. Saya bilang ke si pembantu pelatih, bahwa karena waktu saya sempit—demi bisa Latihan di Pamulang—maka dia bisa minta pihak percetakan untuk melakukan revisinya. Saya tinggal kirim PDF-nya serta bahan-bahan mentahnya, termasuk font installer dalam folder yang kemudian saya unggah ke Google Drive serta saya kirim tautannya ke si pembantu pelatih. Tapi ia bersikeras agar revisinya saya sendiri yang melakukan. Apa pasal?

Menurut pengalamannya selama ini, kata dia, meskipun saya sudah memberikan installer dari font-font yang saya gunakan dalam desain kepadanya, yang kemudian ia berikan kepada pihak percetakan, tetapi hasilnya tidak terasa “hidup”. Kalau saya yang buat, terasa getarannya. Padahal sumbernya sama dan percetakan mencetaknya sesuai desain yang saya buat, tidak lebih tidak kurang. Wah, keren juga nih Latihan Kejiwaan, membuat karya apapun lebih hidup, yang sebaliknya terasa tidak hidup jika dikerjakan oleh orang yang belum dibuka.

Kemarin malam, ketika akan berangkat ke Wisma Barata, Stuart Cooke menelepon saya. Obrolan kami selama hampir setengah jam akhirnya membatalkan niat saya untuk Latihan di Pamulang. Dalam obrolan kami terungkap sesuatu yang mirip dengan cerita di atas—bahwa karya yang ditangani pelatih kejiwaan terasa hidup. Stuart menyatakan kekagumannya pada postingan figurine saya dan cerita yang menyertainya, yang menurutnya sangat kreatif. “Kalau saya pemilik perusahaan industri kreatif, kamu akan langsung saya hire dengan gaji besar!” kata Stuart.


Saya ungkapkan pada Stuart bahwa figurine itu tercipta berkat Google Gemini AI, bahwa saya hanya menuliskan prompt-nya. Tapi menurut Stuart, meskipun menggunakan AI, hasilnya terasa ada ruhnya, tidak seperti karya-karya hasil AI lainnya, yang dibuat oleh orang-orang yang belum dibuka.

Saya jadi berkesimpulan, baik orisinal maupun tiruan, bila dikerjakan dengan bimbingan Latihan hasilnya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan karya (orisinal maupun tiruan) yang dibuat tanpa bimbingan.©2025


Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 25 September 2025

No comments: