TADI malam, sekitar pukul 20.15 WIB, saya dan Harris Roberts tiba di rumah Stuart Cooke di kawasan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan, di dekat perbatasan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur (Pasar Rebo). Stuart telah meminta saya datang ke rumahnya pekan lalu, dan agar saya mengajak Harris serta. Saya menyanggupinya dan membuat janji untuk hari Selasa malam, 16 September 2025.
Ada tiga agenda pembahasan yang disiapkan Stuart tadi malam: Soal nasib Ali si pengungsi Afghanistan, soal dewan pembantu pelatih, dan soal convincing Latihan (Latihan yang meyakinkan). Di sela-sela ketiga agenda itu, ada hal-hal lain juga, yang berkelindan satu sama lain. Mengingat orang Barat umumnya berpikiran terbuka, saya pun membebaskan diri untuk menyampaikan apa yang pernah diungkapkan Mas Bachtiar Soetrisno (Pembantu Pelatih Nasional Pria Komisariat Wilayah VII Kalimantan 2024-2028) perihal Stuart di Grup WhatsApp Subud 4G, yang Stuart tanggapi dengan positif, mengakui bahwa dirinya masih banyak kekurangan yang perlu ia perbaiki. “Bukankah itu salah satu manfaat dari Latihan? Untuk membantu kita memperbaiki diri? Terutama sekali, dengan jujur pada diri sendiri,” ujar Stuart, yang saya tanggapi dengan anggukan serta ucapan, “That’s right!”
Atmosfer keterbukaan adalah salah satu yang saya sukai dari berinteraksi dengan anggota Subud dari luar negeri, terutama Eropa dan Amerika. Saya jadi merasa tidak perlu susah-payah menata penyampaian pemikiran-pemikiran saya secara lisan, dan membuat perasaan saya plong. Mungkin karena itulah, Latihan saya bertiga dengan Stuart dan Harris dini hari tadi terasa bebas dan lepas, dengan getaran sangat kuat, merasuk begitu dalam, serta menyeluruh. Dan beban pun terasa terangkat dari pundak saya.
Latihan saya dini hari tadi, di lantai dua rumah Stuart, yang merupakan ruang tak bersekat yang cukup lapang, begitu kuatnya sampai—ketika sudah usai—saya meminta izin pada tuan rumah agar diperbolehkan tetap di tempat selama beberapa saat lagi. Bercanda, Stuart merespons, “Tentu saja. Kamu bahkan boleh turun hari Jumat nanti.”
Latihan dini hari tadi seperti mengajak saya menapaktilasi momen saya dibuka di Hall Surabaya lebih dari 21 tahun lalu, yang bebas dari pengetahuan apapun yang pernah ditanamkan di pikiran saya melalui ceramah Bapak dan Ibu Rahayu maupun perkataan pembantu pelatih dan saudara-saudara Subud pada umumnya. Sesuatu yang tidak saya dapatkan lagi di Hall Cilandak. Bahkan di Wisma Barata Pamulang pun, hal itu sudah menurun belakangan ini. Harris meminta persetujuan saya bahwa Latihan yang meyakinkan, yang bebas, juga kami alami di Jatiwaringin. Saya mengiyakan, tetapi menandaskan, “Well, not always, Pak. But most of the time, yes.”
Saya sampaikan bahwa paling tidak seminggu sekali saya perlu Latihan di rumah Stuart (nyatanya, selama ini tidak sedikit anggota pria dan wanita Jaksel yang menyempatkan diri Latihan di rumahnya, didampingi Stuart atau istrinya), selain tetap menyambangi Wisma Barata seminggu dua kali. Puji Tuhan, Stuart menyambut baik dengan mempersilakan saya datang kapan saja, tapi dengan memberi tahunya lebih dulu.©2025
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 17 September 2025
No comments:
Post a Comment