HARI Minggu subuh, 7 Januari 2024, saya terbangun dari tidur yang nyenyak. Karena baru bangun tidur, pikiran saya belum bekerja, tetapi saat itulah masuk di kepala saya suatu gagasan yang “terdengar” sangat jernih, “Kejiwaan tertinggi hanya tertawa dan bercanda!”
Saya duduk termangu-mangu di atas kasur, dan mencoba mencerna penerimaan dadakan itu, tetapi pikiran saya sedang malas berpikir. Sebaliknya, saya diajak mengembara ke berbagai pengalaman hidup yang lalu. Saya diingatkan pada cerita seorang pembantu pelatih sangat senior di Cilandak yang mengenang Bapak sebagai pribadi yang humoris, suka bercanda, yang membuat para pendengar beliau berkurang bahkan hilang ketegangan mereka, menjadi rileks dan akhirnya tenteram pikiran mereka. Sebuah ice-breaker yang sangat baik, yang karena itu selalu saya terapkan ketika melayani klien-klien saya.
Masih terus duduk di kasur, saya teringat pada pengalaman tahun 2006, ketika saya menjadi executive creative director di sebuah firma kehumasan. Ada dua anggota Subud yang bekerja di firma tersebut saat itu, yaitu saya dan general manager dari divisi integrated marketing communications. Seorang art director muda berkata ke saya pada saat istirahat makan siang, “Kalau gue mendengar tuturannya si A (si general manager) tentang Tuhan, kesan gue Tuhan itu serius. Tapi kalau mendengar lo, Mas, kesan gue Tuhan itu humoris.”
Saya tidak tahu, atau belum tahu, mengapa orang-orang memandang saya sebagai “pribadi yang tidak serius, suka bercanda dan jahil”. Saat saya tampil sebagai narasumber di sebuah acara televisi bertema sejarah, pada Oktober 2023 lalu, dengan predikat “pengamat militer”, sejumlah saudara dari Subud Indonesia kelak berkomentar via WhatsApp ke saya: “Saya nggak nyangka Mas Arifin bisa serius!”
Dalam melakoni pekerjaan
saya sebagai konsultan branding dan
copywriter tentu saya selalu berperilaku serius (tapi selalu diawali dengan
menjadi standup comic sebagai ice-breaker). Namun, entah bagaimana dan
mengapa, di lingkungan Subud saya selalu terdorong untuk bercanda dan jahil—suatu
perilaku yang sering membuat anggota-anggota lain tiba-tiba merasa mendapat
inspirasi atau tercerahkan oleh apa yang saya ucapkan, yang saya maksudkan
sebagai candaan.©2024
No comments:
Post a Comment