Wednesday, August 27, 2025

Gampang Dibohongi

SEPULUH tahun lalu, seorang konsultan kehumasan (public relations/PR) dikenalkan ke saya selaku konsultan kreatif. Si konsultan PR ini rupanya kehabisan ide untuk personal branding seorang pensiunan jenderal yang saat itu sedang mengetuai sebuah organisasi masyarakat (ormas). Tujuan personal branding itu adalah untuk memperkuat posisi sang purnawirawan seolah dia memang mumpuni dalam memimpin ormas tersebut.

Saat itu, saya sedang mempelajari Teori Memetika, sehingga saya membuatkan rekomendasi strategi branding yang intinya adalah diseminasi isu berplatform inovasi terbaru di bidang yang dinaungi ormas tersebut. Tujuannya adalah menciptakan meme (replikasi gagasan) di benak publik bahwa sejak dipimpin sang purnawirawan, ormas tersebut lebih inovatif dan bersumbangsih bagi kemajuan bangsa.


Si konsultan PR berkomentar bahwa dia khawatir kalau strategi yang saya rekomendasikan itu dijalankan akan ketahuan bahwa itu tidak benar. “Sekarang kan masyarakat sudah pintar, Mas. Nggak gampang dibohongin,” kata dia.


Saya ngotot, bahwa strategi itu akan berhasil, entah bagaimana. Tapi si konsultan tidak mau ambil risiko. Ya sudah, take it or leave it!


Pada 27 Agustus 2015, saya terkoneksi lagi dengan si konsultan PR. Dia tanya kabar saya, dan saya jawab, “Sangat baik, Mbak. Apalagi saya jadi punya kesempatan untuk nyampein ke Mbak, bahwa masyarakat ternyata nggak jadi lebih pintar sekarang. Buktinya, itu berita-berita miring alias bohong di social media dengan gampangnya diterima sebagai kebenaran umum. Coba tujuh tahun lalu Mbak terima rekomendasi saya...”©2025


Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 27 Agustus 2025

No comments: