SEORANG saudara Subud datang bertamu ke rumah saya. Karena di rumah saya sedang ada kesibukan masak-memasak yang dilakukan istri saya bersama temannya (mereka berbisnis kuliner), maka saya ajak saudara tersebut nongkrong di bangku dalam foto di atas, yang terletak tepat di depan rumah saya.
Saudara itu, yang tinggal di Wisma Subud Cilandak, menempati rumah yang pernah dimiliki Prio Hartono, berkomentar, “Kok enak ya duduk di bangku ini, dan lingkungan rumah Mas Arifin begitu tenang seperti di Wisma Subud.”
Rumah saya berada dalam klaster tujuh rumah—yang secara bercanda dibilang seorang pembantu pelatih yang pernah bertamu ke rumah saya: “Hanya tujuh rumah? Melambangkan tujuh lingkaran pada lambang Subud, dong?!”—di Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan (satu hal yang membuat beberapa saudara Subud secara bercanda mendaulat rumah saya sebagai “gardu petugas keamanan yang menjaga kediaman Ibu Rahayu”, karena berjarak hanya 5 km dari Wisma Barata Pamulang), yang berbatasan langsung dengan Jakarta Selatan di sebelah utaranya.
Klaster tersebut cukup nyaman karena berposisi sekitar 100 m dari jalan yang ramai dengan kendaraan lalu lalang dan hiruk-pikuk kegiatan orang (banyak toko di sepanjang jalan tersebut), namun ajaibnya keramaian kendaraan dan orang itu sama sekali tidak terdengar di dalam klaster. Sepertinya ada suatu dinding kedap suara raksasa mengelilingi klaster di mana rumah saya berada.
Saya bilang ke saudara Subud itu, bahwa bangku dimana kami duduk (lihat foto) adalah tempat saya melakukan Latihan duduk; yang memberi saya privilese untuk berdialog dengan diri saya sendiri—yang oleh seorang pembantu pelatih senior di Cabang Jakarta Selatan, yang dulu sering diajak Bapak mengunjungi berbagai negara, dikatakan sebagai “Latihan duduk”. Saya belum menemukan apapun terkait Latihan duduk di ceramah Bapak dan Ibu Rahayu serta buku-buku yang ditulis anggota, tetapi duduk di tempat yang jauh dari keramaian, berdialog dengan diri sendiri, dan/atau sambil merasakan vibrasi Latihan, saya rasa baik juga untuk dilakukan.
Bagi saya, Latihan duduk menyediakan momentum untuk menghayati pengalaman-pengalaman hidup saya dengan Latihan Kejiwaan, sekaligus mendengarkan suara jiwa yang memberi saya pengertian-pengertian atas segala sesuatu yang saya alami, atau jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terus-menerus mengisi pikiran saya yang sulit diatur.©2025
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 20 Agustus 2025
No comments:
Post a Comment