DI salah satu dari sekian banyak grup WhatsApp Subud Indonesia, terkait dua saudara Subud yang takut terbang sementara mereka harus terbang ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dalam rangka Kongres Dunia Subud 2024, saya berkomentar, “Saya juga takut terbang, nggak pernah bisa enjoy terbang. Saya waktu diminta satu saudari Subud untuk ke Palangkaraya, tahun 2009, dan beliau yang nanggung biayanya, saya jawab, “OK, Mbak, tapi syaratnya harus Garuda ya. Meski penerbangan Garuda juga nggak nyaman-nyaman banget, paling nggak suguhan makanan dan snacknya gratis dan enak.”
“Berarti Mas belum menyerah,” komentar satu saudara Subud di grup WhatsApp tersebut.
“Memang belum menyerah kok. Nggak bisa menyerah kalau nggak dapat hidayah,” kata saya menanggapi dan menambahkan dengan bercanda, “Untuk ngaku dengan jujur ‘belum bisa menyerah’ hanya orang-orang pilihan yang mampu. Karena melibatkan penyingkiran ego.”
Di titik inilah saya menerima bahwa tingkat tertinggi di jalan spiritual bukanlah kepasrahan total, melainkan keinsafan diri bahwa kita bukan apa-apa, tidak tahu apa, tidak bisa apa-apa tanpa pertolongan Tuhan.
Cara mengetahui apakah Anda memiliki
keinsafan itu atau tidak adalah dengan menghadapkan diri Anda kepada hal-hal
yang akan meruntuhkan ego Anda, dan itu membutuhkan keberanian jauh lebih besar
dan mantap daripada sekadar keberanian naik pesawat terbang.©2024
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 4 Juli 2024
No comments:
Post a Comment