Wednesday, July 17, 2024

Suka dan Duka Dari Berpengetahuan Luas

PADA Sabtu Wage (hari lahir Bapak menurut kalender Jawa), 6 Juli 2024, seperti lazimnya pada setiap Wagean (peringatan hari lahir Jawa Bapak) di Wisma Barata Pamulang, diputar rekaman ceramah Bapak. Karena terlambat datang ke Pendopo, dimana pemutaran ceramah dilakukan, saya tidak tahu di mana dan kapan ceramah tersebut diberikan; saya hanya mendengar Bapak mengatakan, di satu bagian dari ceramah tersebut, bahwa itu tahun 1979.

Salah satu hal yang Bapak sampaikan dalam ceramah tersebut berrelasi dengan pengalaman saya selama ini yang dibangkitkan oleh Latihan. Bapak berkata bahwa semakin lama kita melakukan Latihan dengan rajin dan tekun semakin luas pengetahuan kita, baik mengenai dunia maupun yang gaib.

Bagi saya pribadi, bagaimanapun, berpengetahuan luas memiliki suka dan dukanya. Untuk menjalani hidup dengan baik, memang menguntungkan jika kita berpengetahuan luas. Untuk kepentingan kita pribadi maupun orang lain. Saya senantiasa menerima makna-makna hakiki atau hikmah dari segala sesuatu yang saya alami dalam perjalanan hidup saya—ujian hidup, tantangan-tantangan, penderitaan maupun kesukacitaan dari memperoleh apa yang saya inginkan.

Kadang keluasan pengetahuan itu membawa duka atau penderitaan, yaitu ketika “bocoran dari Langit” mengenai seseorang kita ungkapkan kepada orang tersebut, tanpa kepentingan apapun, dan dampaknya orang tersebut tidak terima dan merasa tidak senang pada kita. Di Subud merupakan kelaziman (kerap dimaknai sebagai bimbingan jiwa) jika kita secara spontan mengungkapkan sesuatu kepada seseorang yang ternyata cocok dengan keadaan sejati dari orang tersebut. Orang tersebut bisa saja mendapat sesuatu yang berguna dari ucapan kita, atau sebaliknya dia merasa kita telah mengusiknya dengan mengungkapkan sesuatu yang seharusnya dirahasiakan.

Saya pernah mengalami yang tersebut terakhir tahun lalu. Seorang anggota baru, wanita muda yang belum menikah, yang baru saya kenal satu bulan, tiba-tiba menjauhi saya dan kelak juga menuntut (melalui perantaraan seorang pembantu pelatih) agar saya menjaga jarak dari dia, karena ia ingin nyaman melakukan Latihan dua kali seminggu di Cilandak. Untungnya, saya memang jarang ke Cilandak; saya Latihan rutin dua kali seminggu di Pamulang.

Awalnya membingungkan karena tiba-tiba saja anggota baru itu menjauhi dan memusuhi saya, seiring berjalannya waktu, Latihan saya membeberkan satu per satu potongan-potongan fakta. Kadang melalui “bocoran dari Langit”, seringnya melalui perkataan atau cerita saudara-saudara Subud lain. Begitu saya satupadukan semua potongan itu selama satu tahun belakangan ini, terungkap bahwa salah satu pesan WhatsApp saya kepada dia, yang saya maksudkan sebagai lelucon, diterimanya sebagai ancaman bahwa rahasianya terbongkar. Satu pembantu pelatih yang saya ajak untuk testing mengenai hal itu, baru-baru ini, berkata ke saya, “Kowe (kamu) tahulah, arek wedhok (wanita) paling nggak suka kalau rahasianya ketahuan, apalagi sama laki-laki yang dia jatuh hati. Kowe telah dengan nggak sengaja melihat isi dirinya tapi kowe nggak sadar sehingga penerimaanmu mengisi lelucon yang kamu lontarkan kepada dia.”

Saya jadi memahami, melalui pengalaman ini, agar saya lain kali harus lebih berhati-hati dalam menyampaikan pengetahuan saya, dengan memilah-milah mana yang boleh dan mana yang tidak boleh saya sampaikan, apalagi menyangkut keadaan diri seseorang. Di sinilah saya perlu men-testing diri saya sendiri, merasakan keadaan diri saya maupun orang lain dan lingkungan dimana saya berada.

Saya tidak menyimpan dendam kepada dia, karena bagaimanapun dia anggota baru yang belum familiar dengan fenomena kejiwaan semacam ini. Dalam hal ini, saya yang salah—karena kurang mawas diri.

Terkait persoalan saya dan wanita muda itu, ada pengalaman yang menurut saya unik sekaligus ajaib. Sejumlah anggota di Cilandak, baik yang mengetahui kasus tersebut maupun tidak, menyampaikan ke saya bulan Maret lalu bahwa mereka melihat kemiripan wajah maupun merasakan vibes saya pada diri wanita muda itu. Orang Jawa secara tradisi percaya bahwa jika Anda diam-diam menyukai seseorang, wajah dan vibrasi Anda akan menyerupai orang tersebut. Mudah-mudahan cerita itu tidak sampai kepadanya; saya hanya tidak ingin jika karena itu dia akan merasa tidak nyaman hingga meninggalkan Subud.©2024

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 18 Juli 2024

No comments: