Tuesday, December 12, 2023

Bahaya Kecintaan

HINGGA tahun 2020 saya memiliki kecintaan yang sangat besar terhadap kereta api. Segala sesuatu yang berhubungan dengan kereta api, saya menyukainya hingga titik yang bahkan mencemaskan saya sendiri. Tingkah saya seperti pecandu narkoba setiap kali melihat lokomotif, rel, bangunan stasiun, jalur kereta api mati, bangunan bekas stasiun, mendengar bunyi klakson Semboyan 35 dan peluit Semboyan 40 (oleh Pengatur Perjalanan Kereta Api) dan 41 (oleh kondektur kereta api).

Saya menyadari bahwa kecintaan saya ini kian lama kian menyiksa diri saya, tapi saya sepertinya sulit menghentikannya. Yang menyebabkan saya akhirnya berhenti—tapi tidak total—adalah keadaan yang mendesak saya untuk mengambil keputusan itu. Postingan-postingan saya di akun Twitter saya tiba-tiba diserang oleh sejumlah railfans (pecinta kereta api) Indonesia yang merasa saya telah melakukan plagiasi, mencuri hak cipta atas beberapa foto kereta api yang kemudian saya posting ulang atas nama saya.

Tentu saja tuduhan itu tidak benar; tulisan-tulisan mengenai sejarah perkeretaapian yang saya posting itu benar-benar merupakan olahan saya pribadi atas data-data yang tersedia di internet dan literatur cetak yang saya miliki. Dan foto-foto kesejarahan yang menampilkan keadaan perkeretaapian Indonesia di masa lampau saya dapat dari koleksi Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-, en Volkenkunde (KITLV) di Leiden, Belanda. Bagaimanapun, saya merasa tidak ada gunanya membela diri. Saya merasa kejadian itu justru cara Tuhan menunjukkan bahwa saya harus menyudahi kecintaan yang mengarah nyandu itu. Kata Bapak Subuh, ketika kita sudah merasa tertekan, itulah saatnya kita berhenti.

Latihan Kejiwaan “menawarkan” kepada kita kebisaan-kebisaan baru, atau meningkatkan kualitas dari kebisaan-kebisaan kita yang lama. Nah, bimbingan Latihan terhambat apabila kita sudah menghijabi diri dengan kecintaan yang demikian kuat pada kebisaan-kebisaan tertentu. Ini seperti kita menolak rezeki karena kadung cinta pada apa yang sudah kita punya, walaupun kepunyaan kita itu tidak lagi menguntungkan kita atau tidak lagi berguna untuk kita di saat kehidupan kita telah berubah.

Seringkali kita tidak mau bersusah-payah melakukan sedikit upaya ekstra ketika mendapatkan sesuatu yang baru, dan sekarang saya tahu bahwa jika saya melakukannya, biasanya saya akan mendapat imbalan yang berlimpah, berupa pengetahuan baru yang memperkaya khasanah pribadi saya.

Kejadian tahun 2020 itu membuat saya sempat membenci kereta api, tetapi lama kelamaan, melalui proses “pembersihan” diri dari anasir-anasir yang membuat saya tertekan itu, saya akhirnya menjadi pribadi yang tetap menyukai kereta api tetapi dalam kadar yang wajar. Di samping itu, saya diberiNya kesukaan belajar hal-hal lama yang tampil baru, seperti sejarah dan strategi militer yang dahulu sekali pernah menjadi hobi saya.

Belajar dari kecintaan saya pada kereta api, kini saya menyikapi sesuatu secara biasa saja. Saya mempelajarinya, tetapi tidak dikekep terus-terusan di kepala saya, melainkan membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan baru. Cangkir ilmu kita tidak akan diisi pengetahuan baru bila kita tidak mengosongkannya dari pengetahuan yang sudah usang. Itulah yang namanya pembelajaran berkelanjutan, salah satu sifat hakiki dari Latihan Kejiwaan Subud.©2023

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 13 Desember 2023

No comments: