Friday, October 24, 2025

Satu Aturan Emas

 


SAYA mengawali karir saya di periklanan pada 24 Oktober 1994—itu hari pertama saya menjejakkan kaki di kantor biro iklan terbesar kedua di Indonesia.

Bulan-bulan pertama saya lalui dengan nongkrong di perpustakaan biro iklan itu, yang memiliki koleksi lebih dari 7.000 buku—dia satu-satunya biro iklan di Indonesia yang memiliki perpustakaan yang dikelola oleh seorang pustakawan profesional dan kawakan. Di antara koleksinya terdapat buku di foto di atas, yang ternyata dijuluki oleh para senior saya sebagai “kitab suci”.

Gaya penulisannya sangat menarik, tetapi yang paling saya ingat adalah “10 Aturan Perak, 1 Aturan Emas”-nya. Saya tidak ingat apa saja 10 aturan peraknya, lantaran 1 aturan emasnya, yaitu “Lupakan semua aturan!” Prinsip itu kelak saya praktikkan bukan hanya dalam menciptakan iklan, tetapi juga dalam seluruh aspek kehidupan saya. Setelah saya masuk Subud, saya baru paham mengapa melakoni 1 Aturan Emas itu penting dan berguna.

Sembilan bulan bekerja di biro iklan itu, dan berbekal pemahaman berbasis praktik terhadap kiat-kiat yang ditawarkan Alastair Crompton, saya memberanikan diri untuk mencoba peruntungan saya di biro iklan lain. Saya diterima bekerja di sebuah biro iklan multinasional di Jakarta setelah melalui serangkaian wawancara dan tes kemampuan yang kompetitif serta psikotes dan tes kesehatan, tak beda dengan yang dilalui para calon kadet akademi militer.

Saat itu, saya sulit mempercayai bahwa saya bisa diterima, mengingat para pelamar lainnya memiliki pengalaman minimal tiga tahun (sedangkan saya hanya sembilan bulan), mereka lulusan universitas-universitas ternama di luar negeri (sedangkan saya lulusan universitas top di dalam negeri), dan mereka berlatar belakang akademik Ilmu Komunikasi, Periklanan, Pemasaran atau Desain Grafis (sedangkan saya Sejarah, tidak ada hubungannya sama sekali dengan bidang pekerjaan saya).

Dari situ, mulailah saya menjadi “kutu loncat” yang rupanya lumrah di dunia periklanan. Bukan gaji yang dicari, melainkan kesempatan untuk mendapatkan merek-merek besar dan terkenal yang dapat memperindah portofolio para praktisi periklanan. Dalam 31 tahun karir saya, saya pernah bekerja di 13 biro iklan, satu organisasi non pemerintah dan satu firma kehumasan sebagai copywriter, strategic planner, branding strategist, editor, dan sustainability communication specialist. Terlebih setelah masuk Subud, berbagai bidang dapat saya rambah dan lakukan dengan baik. Berkat bimbingan Latihan Kejiwaan, alih-alih berkat membaca buku dan mempraktikkannya bertahun-tahun.©2025


Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, 25 Oktober 2025

No comments: