Saturday, October 25, 2025

Obituari: Harry N.P. Danardojo (8 November 1965-26 Oktober 2025)

 


DIBERITAKAN sebuah mobil mewah Lexus tertimpa pohon yang tertiup angin kencang pada siang hari sekitar pukul 14.15 WIB, 26 Oktober 2025. Pengendaranya tewas akibat kejadian itu. Belakangan saya mengetahui siapa korbannya, yaitu seorang saudara Subud Jakarta Selatan yang sudah lama tidak Latihan.

Saya mengenalnya pertama kali ketika saya balik ke kota kelahiran saya, Jakarta, pada bulan Juli 2005, setelah bergabung dengan sekelompok saudara Subud. Harry Nugroho Prasetyo Danardojo namanya, mantan managing director di PT Danareksa (Persero) saat itu dan juga anggota Subud yang tidak terlalu aktif.

Berusia dua tahun lebih tua dari saya, Mas Harry, begitu saya memanggilnya, memiliki “urat kaya”. “Apa saja yang disentuh Harry berubah menjadi emas,” kata almarhum Pak Mulyono Hardjopramono, pembantu pelatih yang membuka Mas Harry di Subud sekaligus rekan kerja di Danareksa. Bersama saya, almarhum Pak Mul, almarhum Pak Otjo Wiroreno, Armansyah, Achmad As’ad Luthfie, Agus Ichwanto, dan Nugroho Putut Wibowo (semuanya anggota Subud), Mas Harry pada 10 Desember 2005 di Ciganjur, Jakarta Selatan, mendeklarasikan berdirinya Yayasan Nurus Subhi Institute (NSI), sebuah wahana untuk menyebarluaskan mentalitas enterprise yang terbimbing Latihan Kejiwaan.

Kekayaannya membuat saya iri pada Mas Harry, hingga suatu hari di tahun 2006, saya memendam niat untuk menyampaikan kepada beliau betapa irinya saya pada beliau. Saat itu, para pendiri NSI akan bertemu untuk rapat, di kantor saya, Tiga PR, di kompleks Hanggar Teras Pancoran. Yang pertama tiba di Tiga PR adalah Pak Mul, Mas Harry dan saya. Kami menunggu yang lain di ruang rapat. Saat itulah saya mau mengungkapkan rasa iri saya kepada Mas Harry, tapi keduluan Mas Harry bicara ke Pak Mul: “Nyuwun sewu, Pak Mul, saya itu iri pada Mas Anto!”

Bercanda, Pak Mul bilang, “Lho, wong sugih kok iri pada wong kere?!”

Mas Harry berkata dengan serius, “Beneran, Pak. Saya serius. Saya iri pada Mas Anto. Saya lihat Friendster-nya, dia jalan-jalan ke Bali, ke mana-mana, dan dibayar pula! Nyuwun sewu, Pak Mul, saya sudah lima tahun tidak liburan! Saya hanya bekerja menimbun uang tapi tidak punya waktu untuk menikmatinya! Saya iri sama Mas Anto, waktu kerjanya adalah dengan jalan-jalan. Dia dibayar untuk liburan!”

Saya terenyak, tidak menyangka akan mendengar langsung dari seorang super kaya bahwa ia iri pada saya. Saya sepatutnya bersyukur bahwa kekayaan saya adalah waktu yang melimpah untuk menikmati hidup.

Malam ini, saya mendapat kabar bahwa Mas Harry telah dipanggil Sang Pencipta. Saya saksi bahwa almarhum adalah orang yang baik, kaya tetapi tidak sombong. Semoga arwahnya selalu dalam kemurahan Tuhan Yang Maha Esa.©2025


Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tangerang Selatan, 26 Oktober 2025

No comments: