BEBERAPA waktu lalu, saya menceritakan pengalaman saya masuk Subud kepada satu anggota dan satu kandidat. Saya bercerita dengan blak-blakan bahwa dua tahun sebelum saya masuk Subud saya telah berhenti beragama dan tidak lagi percaya pada Tuhan, karena berbagai kekecewaan yang saya rasakan pada sejumlah ajaran agama. Saya merasa tidak mendapat solusi dari ajaran agama atas masalah-masalah saya.
Anggota yang mendengarkan cerita saya itu memotong pembicaraan saya dengan pernyataan, “Oh, Mas Arifin sempat ateis dan tidak beragama ya? Pantas, Mas Arifin kalau menjelaskan Subud tidak memasukkan unsur agama sama sekali, dan hanya menceritakan pengalaman-pengalaman Mas Arifin serta kadang mencuplik ceramah Bapak dan Ibu Rahayu. Hebatnya, pengalaman-pengalaman itu bisa menawarkan solusi bagi berbagai masalah.”
Saya terdiam sejenak lalu berkata, “Bukankah pengalaman adalah satu-satunya penjelasan yang bisa diberikan di Subud yang tidak memiliki ajaran dan pelajaran? Bapak juga menjelaskan berdasarkan pengalaman beliau dan tidak memaksa anggota untuk mempercayai cerita Bapak kalau belum mengalami sendiri?”
Si kandidat yang duduk di seberang saya
mengangguk-angguk dan berkata pelan, “Ya, inilah yang saya cari. Tampaknya
Subud cocok buat saya.”©2023
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 28 Oktober 2023
No comments:
Post a Comment