Ternyata, terutama di generasi anggota Subud terkini, yang sepertinya terputus dari segala sesuatu yang telah dicontohkan oleh Bapak, mengisi kiprah duniawi, seperti kegiatan di kantor, dengan daya Latihan bukan perkara mudah. Mereka menganggap Latihan—yang merupakan bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa—dan urusan dunia, apalagi yang berbasis finansial, merupakan dua hal yang berbeda. Sedangkan yang selalu dicontohkan oleh Bapak adalah bahwa Latihan berjumbuh serasi dengan kegiatan sehari-hari kita.
Satu saudara Subud pernah bertanya ke saya, bagaimana mengisi pekerjaan kita dengan Latihan. “Apakah Mas melakukan Latihan seperti di hall, di ruang kerja Mas?” Saya tersenyum geli mendengar pertanyaan itu, tapi itulah kenyataan yang ada dan banyak anggota Subud dewasa ini belum memahami bagaimana menjumbuhkan Latihan dengan kiprah duniawi mereka.
Jawabannya, sebenarnya, cukup sederhana: Kita hanya perlu menyadari Latihan kita. Sejak kita dibuka, daya Latihan telah mengisi diri kita, entah kita menyadarinya atau tidak. Untuk mengaktifkannya, kita hanya perlu berperasaan sabar, tawakal dan ikhlas ketika melakukan pekerjaan kita. Tidak overthinking, tidak berangan-angan mengenai hasil pekerjaan kita, tidak membiarkan rasa takut mempengaruhi keputusan-keputusan yang harus kita ambil.
Menurut pengalaman saya selama ini, sikap dan perilaku kita di kantor atau saat melakukan pekerjaan kita dengan senantiasa terbimbing oleh Latihan, memancarkan kesentosaan yang memberi pengaruh positif kepada orang-orang dan benda-benda di sekitar kita. Dan, dengan begitu, kita akan selalu menyenangi pekerjaan kita, yang akhirnya akan membuat kita selalu dapat memberi hasil yang terbaik.©2023
Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, 2 Oktober 2023
No comments:
Post a Comment