Wednesday, March 20, 2024

Bersepeda Motor ke Bali


KETIKA saya baru pindah ke Surabaya dari kota kelahiran saya, Jakarta, tahun 2000, teman-teman kantor merencanakan untuk memanfaatkan tiga hari libur (karena tanggal merah menjepit satu hari kerja, yaitu Jumat) dengan berlibur ke Bali.

Sebagai orang Jakarta, berlibur ke Bali merupakan sesuatu yang wah, dan karena itu saya belum pernah ke Bali saat itu. Tentu saja, saya menjadi bahan tertawaan rekan-rekan kerja saya yang asal Surabaya dan Sidoarjo. Pasalnya, bagi mereka ke Bali bukanlah kemewahan, karena mereka bisa ke Bali kapan saja mereka mau, dengan menggunakan sepeda motor. Menurut mereka, jarak Surabaya-Bali tergolong “dalam jangkauan”. Satu rekan kerja menyatakan dirinya saat itu sudah 14 kali ke Bali dengan bersepeda motor.

Bagaimanapun, saat itu, kami ke Bali menumpang KA Mutiara Timur ke Stasiun Ketapang (d/h Banyuwangi Baru), lanjut dengan bus yang disediakan PT Kereta Api Indonesia (Persero), yang diseberangkan ke Gilimanuk, Bali, dengan kapal feri. Bus membawa kami hingga “Stasiun Denpasar”, sebuah infrastruktur stasiun kereta api tanpa jalur rel dan keberadaan bakal pelanting (rolling stock).©2024

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 20 Maret 2024

Video: Instagram @arrahman_ari melalui @surabayakabarmetro

No comments: