Monday, February 26, 2024

Kisah Seorang Anak dan Sepedanya

 


SAAT ini, saya dan Mas Heru, pembantu pelatih (PP) saya yang mantan Cabang Surabaya, masih di Tulungagung, Jawa Timur, untuk urusan pekerjaan.

Ada perumpamaan dari Mas Heru (ketika kami mengobrol tentang Youth Subud sekarang) yang rasanya pas untuk para anggota Subud secara umum dewasa ini:

Seorang anak mendapat sepeda dari orang tuanya dan mengucapkan terima kasih, tapi membiarkan sepeda itu tidak dirawat dengan baik. Begitu rusak, dengan seenaknya dia minta lagi ke orang tuanya.

Anak lainnya mendapat sepeda juga dari orang tuanya, tidak mengucapkan terima kasih secara lisan kepada orang tuanya tapi dia wujudkan terima kasihnya dengan merawat sepeda itu sebaik-baiknya.

“Menurut kamu, mana yang tulus rasa terima kasihnya?” kata Mas Heru ke saya. Saya sepakat bahwa anak yang kedualah yang tulus.

“Nah, seperti anak yang kedua itulah kita seharusnya berterima kasih kepada Bapak. Bukan sekadar ucapan saja, memperingati ulang tahun Bapak, berziarah ke makam Bapak, tapi kita tidak tekun Latihan, menomorduakan Latihan, melanggar dawuh-dawuh Bapak, berantem dengan saudara Subud, keluar jalur Subud atau mixing dan lain-lain. Krucul-krucul macam kita ini, apalah kita ini kalau tidak ada Latihan Kejiwaan yang diwariskan Bapak. Terima kasih kita ke Bapak harusnya kita wujudkan dengan merawatnya sebaik-baiknya,” kata Mas Heru.

Saya tidak mampu berucap apapun mendengar itu.©2024

 

Dusun Baran I, Desa Panjerejo, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, 27 Februari 2024


No comments: