Saturday, February 24, 2024

Ilmu Pisah di Makam Keramat

 


KETIKA saya berangkat ke Tulungagung pada 20 Februari 2024 lalu, beberapa saudara Subud melalui chat WhatsApp berbagi pengetahuan mereka bahwa kabupaten di Jawa Timur ini identik dengan dukun santet, dan kehebatan dukun Tulungagung, menurut mereka, melampaui dukun sejenis di Banyuwangi.

Tuan rumah di Dusun Baran I, Desa Panjerejo, Rejotangan, Tulungagung, yang rumahnya ketempatan saya dan mitra kerja saya, yang merupakan penghayat Kapitayan, memberi saya wawasan bahwa Tulungagung tidak bisa dilepaskan dari mistik, kebatinan dan “orang sakti”, yang telah eksis sejak dulu dan dipakai sebagai alat perjuangan melawan penjajah.

Bagi si tuan rumah, bahkan untuk kelancaran pekerjaan besar dimana saya dan mitra kerja saya merupakan konsultannya, harus dilakukan ritual “memohon kepada arwah leluhur” dengan mengunjungi makam-makam dan tempat-tempat yang dikeramatkan para penghayat.

Meskipun hal ini tidak sejalan dengan Subud, dimana saya dan mitra kerja saya menjadi bagian, karena spirit Subud adalah berserah diri dengan sabar, tawakal dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tanpa perantaraan apapun selainNya, kami terapkan “Ilmu Pisah” (berbaur tapi tidak bercampur, seperti halnya air dan minyak). Itulah sebabnya kami menerima dan mengikuti ajakan tuan rumah untuk berziarah ke Makam Bedalem di Dusun Gambiran, Desa Besole, Kecamatan Besuki, Tulungagung, pada hari Jumat, 23 Februari 2024.

 

Saya bersama Pak Suryanto (tengah), juru kunci Makam Bedalem, dan Heru Iman Sayudi (kanan), mitra kerja saya yang juga pembantu pelatih Subud Cabang Surabaya.

Makam Bedalem menaungi makam Pangeran Benowo, raja ketiga Kesultanan Pajang yang menyebarkan agama Islam di Tulungagung. Pangeran Benowo adalah putra dari Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijaya.

Selain Pangeran Benowo, di situs Makam Bedalem juga terdapat makam-makam kuno yang diyakini merupakan makam abdi dan pengikut Pangeran Benowo. Makam-makam tersebut seluruhnya terawat, diuri-uri oleh masyarakat setempat.

Tidak sedikit rombongan umat Islam yang datang mengunjungi Makam Bedalem. Saya menjumpai satu bus mikro yang mengangkut peziarah ketika saya tiba di pelataran parkir Makam Bedalem, dan mereka semua berbusana muslim. Mereka biasanya kaum muslim sinkretis atau Islam Kejawen, yang mencampurkan ritual keberagamaan mereka dengan tradisi animisme, dinamisme serta Hindu dan Buddha.

Makam Pangeran Benowo terletak di pucuk bukit yang dikenal masyarakat setempat sebagai Gunung Kimpul. Makamnya diatapi sebuah bangunan berdenah segiempat yang untuk mengaksesnya kita harus membuka pintu berdaun ganda. Tiga penghayat yang menyertai saya dan mitra kerja saya bersujud di anak tangga teratas dari tangga menuju makam Pangeran Benowo. Di dalamnya terdapat batu makam berselimut kain putih dan saya mencium aroma asap hio yang membuat saya mual.

Sementara ketiga penghayat yang menyertai kami bersemadi di samping makam, saya dan mitra kerja saya hanya bersila dan menenangkan diri, dan akhirnya kami malah ketiduran.©2024

 

Dusun Baran I, Desa Panjerejo, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, 24 Februari 2024


No comments: