KEMARIN (3 Agustus 2023) waktu Jakarta, saat nongkrong bersama satu saudara Subud di sebuah kafe milik seorang pembantu pelatih dari Subud Cabang Jakarta Selatan, yang terletak sekitar 1 km dari Wisma Subud Cilandak, saya ditanya olehnya, mengapa sekarang saya rutin Latihan di Wisma Barata Pamulang. Tujuh bulan belakangan ini saya memang sudah sangat jarang Latihan di Cilandak, dan rutin menghadiri Latihan bersama di Pamulang. Lagipula, secara jarak, rumah saya lebih dekat ke Wisma Barata dibandingkan dengan ke Wisma Subud Cilandak.
“Apakah Mas sedang ada konflik dengan anggota di Cilandak? Atau tersinggung pada anggota Jakarta Selatan?” tanyanya lagi.
“Tidak ada satu pun dari kedua alasan itu,” kata saya. “Entah mengapa, saya merasa digerakkan untuk Latihan di Pamulang.”
Seperti kita ketahui bersama, Wisma Barata Pamulang adalah rumah Bapak setelah meninggalkan Wisma Subud Cilandak. Bapak juga meninggal pada 23 Juni 1987 ketika sudah beralamat di Pamulang. Istilah “pamulang” dalam bahasa Jawa berarti “pengajaran” (pamulangan) atau “latihan”. Dan jauh sebelum rumah Bapak di Desa Pamulang selesai dibangun, Bapak pernah berkata bahwa pendopo rumah yang luas itu kelak dapat digunakan untuk Latihan para anggota Subud.
Saya pribadi memaknai “Pamulang” sebagai “pemulangan”, kata bahasa Indonesia yang padanan bahasa Inggrisnya adalah “return home” atau “repatriation”. Dan memang selama saya Latihan di Pamulang, terutama di ruang utama di bawah mezanin dimana kamar tidur dan ruang kerja Bapak berada, di bagian tengah rumah, saya selalu terdorong untuk “pulang ke diri”, yang menyebabkan Latihan saya selalu kuat, mendalam dan semakin mendalam, dengan penerimaan-penerimaan di luar kehendak saya, yang intinya mendorong saya untuk belajar menerima kehendak Tuhan dengan sabar, tawakal dan ikhlas.
Keadaan bahwa saya mantan anggota Cilandak membuat saya tidak mengenal banyak anggota Pamulang, dan sebaliknya pun mereka tidak mengenal saya. Jadi, sedikit sekali orang yang bisa saya ajak bicara atau menghabiskan waktu menunggu Latihan bersama dengan banyak mengobrol, yang pada gilirannya malah memperkuat akal pikir. Efeknya, saya datang ke Wisma Barata Pamulang seringnya untuk mendapatkan momen mengheningkan diri yang lebih lama hingga waktunya tiba untuk Latihan bersama.
Beberapa saudara Subud di Cilandak mengomentari perubahan signifikan pada diri saya sejak melakukan Latihan di Pamulang; saya terlihat lebih tenang, lebih rendah hati, tidak banyak bicara. Istri saya pun mengatakan bahwa sejak saya Latihan di Pamulang, saya tidak lagi suka marah-marah. Seorang saudari Subud, melalui pesan WhatsApp-nya, berkata bahwa dia melihat saya tidak lagi sombong dan menyebalkan seperti sebelumnya, dan dia dengan leluasa mengutarakan segala kekurangan saya, tanpa saya bereaksi dengan protes atau marah—sebaliknya, saya malah merasakan kasih sayang yang luar biasa terpancar dari kata-katanya.
“Ya, memang, saya dulu
persis seperti yang kamu bilang,” jawab saya. “Sejak Latihan di Pamulang, saya semakin
jelas dan jernih melihat diri saya.” ©2023
Pondok Cabe Ilir,
Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, 4 Agustus 2023
No comments:
Post a Comment