Friday, March 10, 2023

Menyalurkan Kegilaan

BIASANYA, bila berkumpul dengan saudara-saudara Subud yang inklusif, saya tidak menahan diri dalam menyampaikan pemikiran atau penerimaan (receiving). Obrolan pun bisa masuk ke topik-topik sensitif seperti agama dan ideologi, yang bisa membuat orang-orang di luar lingkaran Subud sangat syok. Karena Subud bagi saya pribadi adalah tempat di mana saya diizinkan “gila”.

Ternyata pada 10 Maret 2023, malam, saat bertemu dengan dua editor profesional untuk membahas pekerjaan penyuntingan naskah yang sedang kami lakukan, suasana diskusi bebas tanpa menahan diri juga terjadi. Kebetulan dua editor tersebut, sama seperti saya, adalah alumni Jurusan/Prodi Sejarah Fakultas Sastra (FS)/Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia, hanya beda angkatan (saya 1987, sedangkan dua editor tersebut masing-masing 2014 dan 2015). Diskusi bebas tersebut mulai mengemuka setelah kafe di mana kami bertemu sudah ditinggal pengunjung-pengunjung lainnya dan sudah tutup.

Bedanya dengan saudara-saudara Subud yang obrolannya berdasarkan pengalaman-pengalaman nyata masing-masing dalam melakoni hidup dengan bimbingan Latihan Kejiwaan, kedua editor tersebut membahas pemahaman-pemahaman dan gagasan-gagasan mereka berbasis buku-buku yang pernah mereka baca. Saya menyelingi dengan pengalaman saya yang sungguh-sungguh terjadi, yang membuat suasana diskusi tiga orang “gila” ini semakin riuh.

Saya menjadi mengerti sekarang mengapa banyak yunior saya di Sejarah UI, maupun FIB UI secara umum, yang masuk Subud. Karena di situlah kegilaan mereka tersalurkan. Ini bercanda, lho!©2023

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 11 Maret 2023

No comments: