Tuesday, August 16, 2022

Menyelam ke Dasar

"Semakin tenang pikiran seseorang, semakin kuatlah ia."

~Marcus Aurelius


KEMARIN, 16 Agustus 2022, saya bertemu dengan ipar saya yang seorang pebisnis di sebuah serviced apartment di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan. Ia bercerita tentang hobi barunya, yaitu menyelam SCUBA (Self-Contained Underwater Breathing Apparatus atau Alat Pernapasan Mandiri di Bawah Air).

Salah satu manfaat yang ia dapat terkait dengan pekerjaannya dalam dunia bisnis. Dalam bisnis, ia sering berhadapan dengan situasi dimana ia harus tenang dalam mengambil keputusan terbaik di saat yang genting. Menyelam SCUBA melatihnya untuk tidak cepat panik, karena kepanikan saat menyelam berisiko kematian, dimana penyelam yang panik biasanya akan buru-buru berenang ke permukaan air, dan hal itu sangat berbahaya karena dapat merusak paru-parunya.

Ipar saya menganjurkan agar saya mulai mempertimbangkan untuk belajar menyelam SCUBA. Saya menyambut anjuran itu dengan positif, diiringi dengan pernyataan bahwa saya selama ini dilatih untuk tetap tenang di tengah situasi yang penuh tekanan melalui Latihan Kejiwaan Subud.

Setiap orang punya caranya sendiri-sendiri untuk menjadi tenang dalam menghadapi keadaan dimana tidak panik adalah yang terbaik. Seperti ipar saya itu, dia menyelam SCUBA. Namun, ada juga orang yang memilih healing ke tempat-tempat sunyi berudara sejuk di pegunungan atau sekadar duduk di atas batu karang di pantai, menatap matahari terbenam. Teman saya, seorang produser film, harus mendengar musik klasik untuk menstabilkan pikirannya yang kalut karena tekanan tenggat waktu dalam pekerjaannya atau ketika mendadak terjadi suatu kesalahan dalam penyuntingan film yang diproduserinya. Teman saya lainnya kerap mengunyah permen karet biar tetap tenang menghadapi kegawatan.

Tidak hanya pebisnis, saya kira, yang perlu belajar untuk tetap tenang menghadapi situasi genting, tetapi semua orang. Kita semua pernah dan akan sering menghadapi situasi dimana kita harus mengambil keputusan, dan mengambil keputusan yang terbaik tidak bisa dilakukan ketika pikiran kita kalut.

Menyelam ke dasar” diri saya adalah sebutan saya untuk pengalaman yang saya lalui setiap kali melakukan Latihan Kejiwaan maupun di luar momen Latihan—lagipula, sebagaimana yang dinasihatkan Bapak Subuh, orang Subud seharusnya berada dalam keadaan Latihan selama 24 jam terus-menerus.

Di dasar diri atau “diri hakikat” tidak ada apa-apa, hanya keheningan. Persis seperti pengalaman saya saat menyelam ke dasar kolam renang, yang tekanan arus airnya sedemikian rupa, menyebabkan telinga saya berkurang pendengarannya, tetapi saya dapat mendengar detak jantung dan desir darah saya. Pikiran dan perasaan berhenti eksis, bahkan saya tak kuasa atas diri saya sendiri. Di dasar samudra pribadi inilah meruyak “suara” atau energi yang membimbing pikiran dan perasaan, perkataan dan perbuatan saya selanjutnya dan saya pun bertindak atas dasar itu.

Yang saya suka dari (sifat) Latihan Kejiwaan adalah bahwa saya tidak perlu bersusah payah untuk tenang, dan tidak perlu pula mengeluarkan biaya besar. “Tenang” sudah menjadi bagian integral dari pribadi saya sejak pertama kali menerima Latihan Kejiwaan, apakah saya niatkan ataupun tidak. Terjadi begitu saja. Supaya kenyataan itu langgeng pada diri saya, makanya saya rajin melakukan Latihan Kejiwaan, minimal tiga kali seminggu.

Apa pun cara yang kita tempuh untuk tetap tenang dalam situasi penuh tekanan, yang terpenting adalah jangan lupa bahwa zat kekuasaan Tuhan selalu menyertai kita.©2022

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 17 Agustus 2022 

No comments: