Saturday, May 2, 2020

Bimbingan di Tengah Pandemi

Saya di SOHO saya. Foto dibuat tanggal 5 Maret 2020, ketika memakai
masker sudah menjadi tren menyusul pandemi COVID-19 yang sudah
merambah Indonesia.

LIMA belas Maret 2020, saya berbagi pengalaman dan pengetahuan saya mengenai copywriting di Kelas Pintar Youth (pemuda Subud) Jakarta Selatan, di salah satu ruangan di Wisma Indonesia, kompleks Wisma Subud Cilandak, Jl. RS Fatmawati No. 52, Jakarta Selatan. Pada hari yang sama, jam 10.00 digelar Latihan Kejiwaan bersama seluruh anggota di Hall Latihan Cilandak. Imbauan untuk Latihan tersebut sudah beredar di sejumlah grup WhatsApp Subud, dan diselenggarakan dalam rangka memohon perlindungan dari Tuhan bagi semua anggota Subud Indonesia dalam menghadapi pandemi SARS-COV 2 atau Corona Virus Disease, yang disingkat COVID-19 karena mulai mencuat pada tahun 2019.

Tanggal 15 Maret itu terakhir kalinya saya ke Wisma Subud Cilandak, karena hari-hari selanjutnya, mengikuti tren yang mendunia saat itu lantaran pandemi COVID-19, Hall Latihan Cilandak di-lockdown. Social atau physical distancing, lockdown, karantina mandiri di rumah masing-masing saat itu mulai menjadi gaya hidup semua orang di seluruh dunia.

Seorang saudara Subud, dalam komunikasinya dengan saya via WhatsApp Voice Call, menyebutkan bahwa tahun 2020 menorehkan sejarah dalam kehidupan setiap orang. Gegara wabah penyakit mematikan, seluruh dunia berdiam di rumah. Anjuran penjarakan sosial atau fisik terus menerus dikumandangkan. Warga masyarakat disarankan agar menggunakan masker yang melindungi mulut dan hidung, serta rajin membersihkan tangan dengan penyanitasi tangan (hand-sanitizer) dan/atau sabun dan air menjadi keharusan. Kegiatan-kegiatan massa dihindari. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat Islam Indonesia, salat berjamaah di masjid, termasuk Jumat dan Tarawih, ditiadakan. Semua demi mencegah penyebaran virus Corona.

Saya terbiasa bekerja di rumah, bahkan kegiatan LI9HT—The IDEAS Company berlangsung di SOHO (small office, home office) di rumah saya. Jadi, bagi saya bukan sesuatu yang mengherankan atau merepotkan, jika pemerintah meminta perusahaan-perusahaan swasta maupun lembaga-lembaga negara membatasi kegiatan di kantor; semua kegiatan pun dikerjakan di dan dari rumah masing-masing karyawan. Begitu pula anak-anak sekolah dan mahasiswa, mereka harus belajar secara daring (online) di rumah masing-masing.

Kota-kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta dan Surabaya, menjadi kota mati, dengan jalan-jalan macetnya tiba-tiba harus berakhir. Banyak jalan terlihat lengang, persis keadaan di waktu Lebaran, saat sebagian besar penduduk Jakarta mudik ke kampung halamannya. Lantaran ancaman COVID-19, pemerintah pun melarang mudik Lebaran, tetapi hal itu tetap membuat Jakarta lengang. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan di sejumlah kota untuk menekan keramaian yang berpotensi menularkan virus Corona dari orang ke orang.

Sejak pertengahan Maret hingga tulisan ini dibuat, praktis saya dan istri serta putri kecil kami nyaris tak pernah jauh dari rumah. Hanya sekali, pada 22 April 2020, saya naik sepeda motor ke Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal) di Cilangkap, Jakarta Timur, untuk bertemu dengan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal) guna membahas pekerjaan desain cover buku dan penataan letak isi buku dengan tenggat waktu yang ketat.

Karena pandemi COVID-19, Mabesal pun sebenarnya dinyatakan tertutup, dan tidak menerima tamu. Perintah langsung dari Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL), Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, SE, MM. Tapi saya dikecualikan karena pekerjaan desain cover dan layout buku tersebut adalah untuk kepentingan KASAL. Bagaimanapun, lamanya kunjungan saya ke Dispenal dibatasi waktunya, dan untuk mengakses gedung kantor Dispenal saya harus melalui pemeriksaan petugas kesehatan yang menyorot sebuah alat mirip barcode reader ke kening saya—untuk memastikan bahwa saya tidak demam, yang merupakan salah satu simtom COVID-19. Pembacaan alat tersebut menunjukkan angka 360 C alias normal, tidak demam menurut standar simtom COVID-19.

Pandemi ini telah menyebabkan sejumlah klien LI9HT—The IDEAS Company menghentikan sementara kerjasamanya dengan LI9HT. Hal ini membuat saya dan istri hampir tak ada kegiatan yang produktif setiap hari, terkait matapencaharian kami. Ditambah dengan karantina mandiri, banyak waktu kami terbuang untuk hal-hal yang tidak esensial. Saya sendiri lebih banyak menghabiskan waktu menemani putri saya yang 26 Maret lalu berusia tiga setengah tahun. Saya menemani dia bermain dan menonton kartun yang itu-itu saja berulang kali. Setiap hari!

Karena harus mengurangi kegiatan di luar rumah, terutama dengan banyak orang di sekitar, maka saya fokuskan pada perjalanan ke dalam diri. Keadaan ini telah membuat (baca: memaksa) saya mengenal diri sendiri. Senandika (soliloquy atau berdialog dengan diri sendiri) mewarnai keseharian saya. Kadang saya mudah sekali tertekan akibat perasaan bosan yang parah—terutama karena kurangnya me-time, yang pada gilirannya mendorong amarah saya ke permukaan. Tak jarang saya dan istri bertengkar mengenai hal-hal sepele, yang seharusnya tidak perlu dipertengkarkan.

Puji Tuhan, saya memiliki mukjizat Latihan Kejiwaan. Di saat-saat tertekan, saya pun “lari” ke Latihan atau sekadar menenangkan diri di kamar saya. Latihan membantu saya meredakan emosi-emosi negatif atau suasana hati yang buruk (bad mood).

Terus terang, kadang saya marah pada Tuhan dengan adanya keadaan tidak mengenakkan akibat pandemi yang disebabkan virus Corona. Saya maki-maki Dia, dan bertekad tidak mau lagi percaya padaNya. Tapi toh Latihan kemudian “menyela” dan saya dibawa kembali ke keadaan pasrah dengan sabar, tawakal, dan ikhlas.

Banyak hal yang saya pelajari dari keberadaan diri saya “berkat” pandemi COVID-19 ini. Saya tidak dapat menguraikan semuanya, tapi yang jelas saya bersyukur bahwa Latihan Kejiwaan tetap eksis membimbing saya melalui semua ini. Bila perasaan-perasaan tertekan, kecewa, marah, atau bingung masih juga menghampiri saya, ya wajarlah—karena saya kan manusia yang punya hati dan akal pikir serta nafsu yang selalu menunggangi keduanya. Tapi perasaan-perasaan ini tidak bertahan lama. Energi Latihan atau vibrasi kontak yang berkelanjutan dengan kekuasaan Tuhan membantu saya membereskannya. Puji Tuhan atas Latihan Kejiwaan!

Semoga pandemi ini segera berakhir, dan kita semua terlahir kembali sebagai manusia yang terbarui dalam pikiran dan perasaan, dalam perkataan dan perbuatan. Amin.©2020


GPR 3, Tangerang Selatan, 2 Mei 2020, pukul 23.25 WIB


No comments: