Tuesday, May 5, 2020

Bersama Jauh-Dekat



“Demikian sehingga dalam suasana kejiwaan dapat bantu-membantu, karena kejiwaan adalah sesuatu yang tidak dapat ditutup. Sehingga, meskipun berjauhan tempat, tetapi selalu dapat berhubungan.”
—Cuplikan ceramah Bapak Subuh di Briarcliff, New York, Amerika Serikat, 9 Juli 1963



SATU hal yang menurut saya unik di Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Susila Budhi Dharma (PPK Subud) adalah kenyataan bahwa kebersamaan tidak melulu harus ditandai dengan kedekatan raga. Bersama, meskipun dalam jarak yang jauh, pun bukan sesuatu yang tidak mungkin.

Jiwa tidak dibatasi ruang dan waktu. Persis eksistensi keilahian yang diyakini berada di luar dinding-dinding ruang dan waktu. Melalui jiwa, kita dapat terhubung, merasakan “kehadiran” atau sebuah keberadaan dari orang yang ada di lintasan jarak dari titik di mana kita berada. Hal ini dapat dialami para anggota Subud setiap bulan melalui Latihan Dunia. Latihan Dunia adalah Latihan Kejiwaan yang dilakukan semua anggota Subud di mana pun berada pada satu ketetapan waktu, yang disesuaikan dengan masing-masing negara dan/atau daerah di mana anggota berada.

Selain Latihan Dunia, Latihan bersama (group Latihan) dapat dilakukan oleh anggota yang terpisah secara jarak dari cabang asalnya. Misalnya, saya; saya berasal dari Cabang Surabaya. Andaikata saya berada di sebuah daerah yang jauh dari cabang, ranting, kelompok Subud atau pembantu pelatih atau anggota Subud lainnya, saya dapat menjadi bagian dari kebersamaan jiwa melalui Latihan yang saya lakukan di tempat saya berada sesuai waktu Latihan di Hall Latihan Surabaya. Menurut pengalaman, saya tetap merasakan kedekatan meskipun secara raga saya jauh dari saudara-saudara Subud di Cabang Surabaya.

Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) telah mengakhiri untuk sementara budaya kedekatan secara raga, dengan pemberlakuan penjarakan sosial (social distancing) atau fisik (physical distancing). Pertemuan-pertemuan massal dilarang, untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh virus Corona. Dampaknya, rumah-rumah ibadah menutup pintunya bagi pelaksanaan sembahyang yang mengikutsertakan banyak orang, yang berpotensi mempersempit jarak raga antara satu umat dengan umat lainnya. Karena itu, shalat Jumat, shalat Tarawih di bulan Ramadhan seperti saat ini, atau shalat-shalat berjamaah lainnya di masjid, ditiadakan untuk alasan menghentikan matarantai penyebaran virus Corona.

Tak pelak, umat Islam pun gerah, gelisah, marah. Sebagian tetap ngotot shalat berjamaah di masjid, yang menyebabkan adanya peningkatan jumlah penderita COVID-19. Belum pernah terjadi, umat Islam, khususnya, dilarang beribadah di rumah ibadah komunal mereka. Apalagi di Indonesia yang merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Mekkah saja ditutup selama pandemi ini; kegiatan umroh ditiadakan, Masjidil Haram ditutup dan didekontaminasi.

Kegelisahan semacam ini, sebaliknya, tidak terjadi di PPK Subud. Karena hakikatnya jiwa tak terbatas ruang dan waktu, dan gelombang vibrasi Latihan dapat melintasi batas-batas antar lokasi yang berjauhan, sebagai jalan keluar dari keharusan hall-hall Latihan di semua cabang, ranting, dan kelompok Subud se-Indonesia di-lockdown, para anggota tetap dapat melakukan Latihan Bersama Berjarak (group distant Latihan), yaitu Latihan yang diikuti banyak anggota pada waktu yang telah disepakati bersama, namun masing-masing anggota berada di rumahnya sendiri-sendiri.

Grup-grup WhatsApp atau WAG (WhatsApp Group) yang mengakomodasi anggota Subud untuk LBB (ada juga yang menyebutnya “Latihan Bersama Jarak Jauh” atau LBJJ) pun bermunculan, baik yang diinisiasi anggota di luar negeri maupun oleh anggota Subud Indonesia. Saya sendiri pernah ikut WAG Latihan Never Locks Down, yang dibuat oleh anggota dari Subud Belgia, Guillaume Sanchez; WAG 22.00WIB, sebuah grup WA yang menampung anggota Subud Indonesia yang LBB setiap hari jam 22.00 WIB; dan Grup Buat Ngopi-Ngopi Jarak Jauh. Saya sudah keluar dari Latihan Never Locks Down dan 22.00WIB, hanya karena LBB tidak perlu setiap saat diinformasikan melalui pesan WhatsApp, sebagaimana yang justru dilakukan oleh kedua grup itu. Yang penting, kita menyesuaikan dengan waktu yang disepakati.

Bagaimanapun, anggota yang tergabung dalam WAG tidak wajib LBB; ada yang ikut setiap malam, ada pula—saya, contohnya—yang LBB hanya pada hari-hari Latihan di cabang dan/atau kelompok mereka normalnya berlatih kejiwaan.

Pandemi COVID-19 telah menciptakan situasi yang tidak biasa bagi banyak orang, tetapi seharusnya tidak perlu mengalami gegar budaya karenanya. Kalau kita senantiasa sabar, tawakal, dan ikhlas menerima bimbingan Tuhan Yang Maha Esa, maka jika Tuhan menghendaki takkan ada yang bisa mencegah kita dari melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan.©2020


GPR 3, Tangerang Selatan, 4 Mei 2020

No comments: