“Hidup hanyalah kenangan,
kecuali satu saat ini yang berlalu dari hadapanmu begitu cepatnya sampai kamu
sulit menangkapnya.”
—Tennessee Williams
BARUSAN ini, saya membawa sepeda motor saya, yang baru saya miliki kurang dari dua bulan, ke bengkel untuk servis 500 kilometer pertama. Saya mendapat garansi ganti oli dan servis gratis dari produsen sepeda motor tersebut untuk 500 km pertama. Ketika diperiksa kilometernya, tampilan digital pada stang sepeda motor saya menunjukkan 530 km, yang artinya sudah lewat 30 km dari batas maksimal untuk mendapatkan garansi ganti oli dan servis gratis. Kata pemilik bengkelnya, seharusnya saya menservis sepeda motor saya ketika jumlah kilometernya belum genap 500.
Pada saat itu, saya
menyesal setengah mati lantaran tidak teliti membaca buku petunjuk garansi
servis—yang memang mencantumkan keterangan itu. Dan pada saat yang sama,
perasaan menyesal itu sungguh membebani. Pikiran saya berkecamuk dengan kata
“coba”: Ah, coba gue datang seminggu sebelumnya. Coba gue baca dengan teliti buku petunjuknya. Coba...
Percuma, nasi sudah
jadi bubur. Penyesalan tiada guna. Mau diapain
juga, waktu yang sudah lewat tidak bisa dikembalikan. Jadi, daripada sepeda
motor saya rusak lantaran tidak diservis, lantaran batasan kilometernya sudah
terlampaui, saya biarkan saja kesempatan itu berlalu. Artinya, saya tetap
menservis sepeda motor saya, walaupun saya harus mengeluarkan biaya ekstra
untuk membeli satu liter oli, tetapi itu lebih baik daripada saya harus
membayar lebih mahal atas kerusakan parah pada sepeda motor saya lantaran tidak
diservis.
Waktu tidak berjalan
mundur. Ia senantiasa melangkah maju. Kita tidak mungkin memundurkan waktu,
kecuali dalam pikiran kita, yaitu ketika mengenang masa lalu kita. Karena tidak
dapat memundurkan waktu, dan memperbaiki keadaan pada suatu waktu, adalah jauh
lebih baik bila kita memperbaiki keadaan di saat ini. Saat ini—bukan saat yang
telah lewat atau yang akan datang. Saat ini! Biar nasi sudah jadi bubur,
bagaimanapun bubur juga merupakan makanan yang layak dikonsumsi. Bubur bahkan
lebih baik bagi kesehatan pencernaan.
Perasaan menyesal
menimbulkan beban yang menyiksa diri. Beban itu dapat berujung dengan bangkitnya
amarah yang luar biasa. Kita akan marah pada diri sendiri, yang kita anggap
terlalu bodoh karena tidak berbuat begini atau begitu di masa lalu supaya di
masa kini kita tidak mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Kita akan
menyalahkan orang-orang terdekat kita karena kita anggap mereka tidak mencegah
atau mengingatkan kita pada suatu waktu di masa yang telah lampau. Kita akan
marah pada Tuhan lantaran Dia membiarkan semua kekeliruan atau keburukan
terjadi.
Pepatah “nasi sudah
jadi bubur” menyesatkan, karena dengan berpegang pada pepatah itu, kita
cenderung menyesali segala sesuatu. Karena itu—dan juga karena saya gemar makan
bubur ayam, saya tidak pernah meyakini kebenaran pepatah itu. Bubur,
bagaimanapun, adalah makanan yang lezat jika kita menikmatinya. Apa pun
kekeliruan atau kesalahan yang saya hadapi saat ini, saya berusaha untuk
menikmatinya sebagai kekinian saya, dan tidak menyesali masa lalu yang bagi
sebagian besar orang dianggap sebagai penyebab dari apa saja yang kita hadapi
di masa kini.
Penyesalan tidak akan
ada habisnya. Coba saja dengan menarik mundur waktu terus ke belakang—semakin jauh
ke belakang, semakin besar rasa penyesalan itu. Percaya deh, Anda bahkan akan menyesalkan orang tua Anda sendiri yang telah
melahirkan Anda ke dunia. Saudara sejiwa saya pernah berseloroh, “Kalau saya
mati kelak dan Tuhan memasukkan saya ke neraka, saya akan protes: Siapa yang
menyuruh Engkau menciptakan aku? Kalau Engkau Maha Tahu kan seharusnya Engkau sudah tahu terlebih dahulu kalau aku akan
mengacau dalam kehidupanku. Seharusnya Engkau tidak menciptakan aku dan kelak
menyalahkan aku karena mengacau!”
Dari selorohnya, saya
mendapat kesimpulan: Kehidupan jangan disesali, apa pun yang kita hadapi atau
alami. Kita tidak akan pernah tahu hal hebat apa yang akan kita peroleh kelak,
walaupun sempat mengacau pada suatu ketika. Sekarang, mulailah dengan tidak
menyesali saat-saat kita suka menyesal dahulu. Nikmati lezatnya bubur ayam
komplit yang tersaji di hadapan Anda.©
Bengkel AHASS Jl. Raya Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 5 Januari 2013, pukul 9.39 WIB.
No comments:
Post a Comment