MALAM ke-27 Ramadan yang jatuh pada hari Sabtu, 6 April 2024, menandai satu episode mengejutkan dalam kehidupan Subud saya. Pada Latihan bersama di Hall Cilandak malam itu, sekitar pukul 22.30, saya menerima bahwa saya untuk sementara tidak boleh Latihan di hall manapun.
Terkejut dengan penerimaan tersebut, saya menghentikan sejenak Latihan saya saat itu dan kemudian mengulanginya. Lagi-lagi, saya menerima hal yang sama: Saya tidak boleh Latihan di hall manapun untuk sementara waktu.
Setibanya di rumah, selewat jam satu dini hari, 7 April 2024, saya mengirim pesan WhatsApp kepada dua pembantu pelatih Subud Cabang Surabaya yang dahulu melayani saya selama ngandidat hingga dibuka, yaitu Pak Rahardjo Basuki Soejanto Luwiharjo dan Mas Heru Iman Sayudi. Dalam jawaban beliau (pukul 02.51 WIB), Pak Yanto menulis: “Itulah aplikasi Latihan apa yang dikatakan sebaiknya duapuluh empat jam dalam salah satunya ceramah Bapak. Tapi harus waspada jangan sampai yang dinamakan krisis.”
Mas Heru menjawab pada pukul 03.38 WIB: “Iya, aku nangkep isinya. Yang penting tidak terikat dengan yang mengikat supaya bisa tumbuh dan dikenali bedanya secara ruang dan waktu sehingga mudah untuk segera bisa di-titeni karena memang jiwa tumbuh terus dan tidak bergantung raga.”
(Kelak, dalam pembicaraan per telepon, Mas Heru mengatakan bahwa Latihan saya kebanteran. Meskipun saya Latihan hanya dua-tiga kali seminggu, yang masih seturut dosis yang dianjurkan Bapak, menurutnya satu kali Latihan saya sangat kuat, sehingga harus dikurangi kuantitasnya.)
Pak Yanto selanjutnya, pukul 02.53 WIB, menelepon saya. Saat itu, beliau baru selesai sahur. Dalam pembicaraan per telepon itu, intinya saya diharapkan untuk melatih diri tidak Latihan dalam pengertian umum, yaitu di hall maupun di luar hall (termasuk di rumah sendiri), karena saya sedang menerima terus-terusan. Pak Yanto mengatakan bahwa beliau telah menerima tentang keadaan saya sejak beberapa hari sebelum saya sendiri menerimanya.
Ego saya tentu saja memberontak terhadap kenyataan ini. Pasalnya, saya sedang getol Latihan meskipun dalam proporsi sewajarnya (dua kali seminggu), dan saya sangat membutuhkan Latihan bersama. Energi Latihan membuat hidup saya lebih hidup!
Dalam chat via WhatsApp bertanggal 14 April 2024, dengan satu saudara Subud yang pernah mengalami, ia mengungkapkan “solusi” untuk menggantikan Latihan seperti biasa: “Ya, duduk saja sambil lerem, rileks... Nanti bentuk Latihan datang tapi bukan seperti Latihan yang biasa...”
Menjelang penerimaan malam ke-27 itu saya memang merasakan getaran Latihan yang lebih daripada biasanya, di luar kehendak saya, dan saya menerimanya di mana saja, bahkan saat mengendarai motor. Sempat saya merasa takut, karena fokus saya pada penerimaan pengertian-pengertian baru dan mata lahir saya “diselubungi” penglihatan akan hal-hal gaib serta isinya orang-orang (yang terlintas di pikiran saya). Pak Yanto berpesan agar saya tidak takut, karena takut menghalangi bakti kepada Tuhan.
Beliau juga berpesan agar
saya tidak menceritakan apa yang saya lihat pada diri orang-orang, untuk
meredam kesombongan spiritual. Intinya, saya harus mulai berlatih mengendalikan
diri, berlatih untuk tidak Latihan seperti di hall karena Latihan saya sedang
berjalan 24 jam.©2024
Pondok
Cabe, Tangerang Selatan, 2 Mei 2024
No comments:
Post a Comment