Tuesday, May 14, 2024

Catatan Dari Voice Call Dengan Pembantu Pelatih Subud Surakarta

BERIKUT catatan yang saya buat dari hasil obrolan saya dengan Pak Rochgianto, sesepuh Subud Cabang Surakarta, Jawa Tengah, melalui WhatsApp Voice Call pada 14 Mei 2024:

  • Kebudayaan yang mati adalah kesenian apa saja yang tidak berubah-ubah, mandek di situ saja. Subud menghasilkan kebudayaan yang hidup, yaitu kebudayaan yang terbimbing Latihan Kejiwaan, yang senantiasa berubah, berwarna-warni dan tidak hanya kesenian saja keluarannya.
  • Falsafah Obah Nalika Panembah, bergerak dalam melakukan apa pun selalu ingat/menyembah Tuhan. Itu cara hidupnya orang Subud.
  • Latihan jam tiga dini hari lebih baik daripada waktu-waktu lainnya karena, menurut YM Bapak (disampaikan melalui Pak Darto), pada jam itu banyak orang sudah tidur, sehingga kita Latihan tidak menyerap daya-daya dari pikiran banyak orang yang masih melek seperti halnya pada jam-jam yang masih “sore”.
  • Pak Rochgianto: Kita Latihan itu “menciptakan berserah diri” (berusaha) atau “masuk ke dalam keadaan berserah diri”? Arifin: Masuk/terserap ke dalam keadaan berserah diri. Pak Rochgianto: Itu yang benar. Seperti halnya salat, kita tidak berusaha khusyuk, tapi terserap ke dalam kekhusyukan. Hanya orang yang sudah menerima Latihan yang bisa melakukan itu.
  • Jangan sering-sering testing, apalagi untuk menentukan apakah sesuatu atau seseorang baik atau tidak baik. Pak Rochgianto sejalan dengan para pembantu pelatih sepuh Surabaya yang jarang testing. Membiasakan diri untuk merasakan diri pada saat melakukan kegiatan adalah jauh lebih utama, karena dengan begitu kita dilatih untuk me-niteni dan mengenali daya-daya apa yang mempengaruhi diri kita.
  • Latihan tidak bisa dipaksakan pertumbuhannya, karena itu wilayahnya Tuhan. Bila seseorang Latihannya masih di daya benda atau nabati misalnya, dia tidak bisa dipaksa dengan cara apa pun untuk ke daya jasmani atau rohani. Pemaksaan adalah caranya akal dan pikiran. (Studi kasus: Simulasi Latihan dalam program “Siapa Aku?” dari SICA Indonesia.)
  • Bukan tugas pembantu pelatih untuk mengarahkan anggota; itu adalah pekerjaan Tuhan. Pembantu pelatih hanya mendampingi anggota untuk bisa menerima sendiri--dan hanya kalau si pembantu pelatih benar-benar sabar, tawakal, dan ikhlas.©2024


No comments: