KAMIS malam, 18 April 2024, saat nongkrong dengan satu saudara dan satu saudari Subud di warung kopi sebelah bangunan Guesthouse Wisma Subud Cilandak, terungkap cerita yang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Saudari Subud itu, Vreni (bukan nama sebenarnya) menceritakan pengalamannya beberapa bulan sebelumnya, saat ia sedang duduk di warung kopi tersebut.
Saat itu, ia melihat Aira (bukan nama sebenarnya), gadis muda yang merupakan anggota baru Subud Cabang Jakarta Selatan (dibuka tahun 2021) keluar dari Kafe Kencana, kafe berpendingin udara di bawah atap Guesthouse, dan melangkah ke jalan di depannya. Melihat dari arah belakangnya, Vreni terkejut karena ia melihat wajah Aira mirip sekali dengan wajah saya, guratan-guratannya juga sama plek. Tetapi yang lebih mengejutkan Vreni adalah bahwa bahkan vibes yang memancar dari diri Aira juga sama dengan vibes saya.
Saudara Subud bernama Jofri (bukan nama sebenarnya) menimpali cerita Vreni dengan versinya sendiri. Yang dialami Jofri tergolong baru. Ketika berjalan di teras barat Hall Cilandak, ia seperti melihat sosok saya yang sedang mengobrol dengan beberapa anggota Pemuda Subud, padahal saat itu saya sedang tidak ke Wisma Subud Cilandak. Jofri tidak mempercayai penglihatannya, dia pikir itu akibat cahaya lampu. Namun, ketika ia berada di sudut pandang lainnya ia masih melihat sosok saya “menempel” pada seorang perempuan muda yang tak lain tak bukan adalah Aira.
Bagi yang belum mengetahui kisah saya dengan Aira, ia adalah gadis lajang berusia 29 tahun ketika saya berkenalan dengannya pada bulan Juni 2023. Sebuah fenomena kejiwaan terjadi enam hari sebelumnya, dimana saya tiba-tiba merasakan jatuh ke lubang dalam dan gelap tetapi perasaan saya tenang dan nyaman, setelah melihat foto Aira di akun Instagramnya. Saya merasa jatuh cinta padanya, padahal kami belum saling mengenal.
Singkat cerita, hanya sebulan setelah kami berkenalan dan intensif mengobrol bila berjumpa di Wisma Subud Cilandak maupun di WhatsApp dan di Pesan Instagram, ia tiba-tiba menjaga jarak dari saya, me-remove nomor WhatsApp saya dan unfollow akun Instagram saya. Dalam proses yang memakan waktu lebih dari setengah tahun setelah insiden itu, saya pun sudah melupakannya. Sesekali melihat dia dari jauh di lingkungan Wisma Subud Cilandak tidak membuat saya tertarik untuk kembali seperti ketika kami baru berkenalan.
Saya teringat kembali pada Aira hanya setelah Vreni dan Jofri menceritakan pengalaman unik mereka. Menurut Jofri, selain dia dan Vreni ternyata ada beberapa saudara sejiwa yang juga mengalaminya. Saya menganggap lucu, karena kok bisa-bisanya orang yang menjauhi saya dengan rasa sebal memiliki wajah yang mirip dengan orang yang padanya dia merasa sebal.
Baru-baru ini, saya juga teringat pada pengalaman terkait hal itu namun anehnya pada saat itu saya dan Aira belum saling mengenal. Saat itu, seorang anggota Subud senior yang sedang duduk di teras timur Hall Cilandak bertanya ke saya, apakah saya memiliki adik. Mengira yang dia maksud adalah dua adik kandung saya, saya mengiyakan. “Benar, Pak. Adik saya dua, dua-duanya cewek,” kata saya. Si anggota berkata, “Bukan! Maksud saya, Anda punya adik di Subud?”
Saya jelaskan pada si anggota senior bahwa saya satu-satunya di antara saudara-saudara kandung saya yang sudah Subud. Si anggota bercerita bahwa ia melihat seorang gadis muda di teras barat yang wajahnya benar-benar menyerupai saya. Saya menjadi bingung, kok bisa ada orang yang belum saya kenal memiliki wajah yang mirip dengan wajah saya?
Beberapa saat kemudian, lewatlah gadis muda yang dimaksud si anggota senior di teras timur Hall Cilandak menuju toilet wanita. Si anggota senior berbisik pada saya bahwa gadis muda itulah yang ia anggap wajahnya mirip dengan saya. Gadis muda itu kelak saya kenal sebagai Aira.
Meskipun sudah berjauhan dan Aira menjaga jarak dari saya, ada “kebetulan-kebetulan”—terlalu banyak untuk saya sebutkan di sini—yang memberi saya keyakinan bahwa hubungan jiwa ke jiwa memang ada. Mungkin dia tidak menyadarinya, tetapi saya cukup sering merasakan kehadiran gaib Aira di dekat saya, kadang berjumbuh dengan diri saya. Seakan jiwa kami tetap berhubungan dan sepertinya sudah saling mengenal sejak lama—sebelum kami sendiri berkenalan secara fisik.
Postingan saya di linimasa Facebook saya pada 22 April 2024, yang berbunyi “Ada saudari Subud sebal pada saya. Beberapa saudara sejiwa melihat dan merasa wajah dan vibes-nya mirip saya. Nah lho, fenomena apa ini?” ditanggapi seorang saudari Subud dari Cabang Yogya, “Twin flame...” Komentarnya itu membuka mata saya dan merasa bahwa itulah jawaban atas fenomena spiritual yang saya alami sejak saya mengenal Aira.
Menurut situs www.mindbodygreen.com, twin flame adalah hubungan jiwa yang intens dengan seseorang yang dianggap sebagai belahan jiwa seseorang, terkadang disebut “kembaran jiwa” (mirror soul). Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa terkadang satu jiwa terpecah menjadi dua tubuh. Salah satu ciri utama hubungan twin flame adalah bahwa hubungan itu menantang sekaligus menyembuhkan. Hal ini disebabkan oleh sifat pencerminan dari twin flame; mereka menunjukkan rasa tidak aman, ketakutan, dan bayangan terdalam Anda. Namun mereka juga membantu Anda mengatasinya, dan sebaliknya—twin flame Anda juga akan terpengaruh oleh Anda.
Salah satu tanda twin flame, menurut situs www.alodokter.com, adalah mudah mengakrabkan diri seperti sudah mengenalnya bertahun-tahun. Saya teringat ketika pertama kali berkenalan dengan Aira di depan teras barat Hall Cilandak, sikap dan tindak-tanduk saya terhadapnya seperti sudah lama kenal. Saya bahkan kaget dengan diri saya sendiri yang bisa begitu akrab dengannya, padahal baru berjumpa saat itu.
Bahkan ketika kami berjumpa di kafe milik anggota Subud Jakarta Selatan di Jl. Caringin Barat, Cilandak Barat, pasca Latihan Kamis malam, 12 Juli 2023, dengan ringannya saya mengatakan “I love you” ketika kami bersalaman saat ia pamit untuk pulang. Ia menjawab dengan ringan pula, “I love you too.” Ya, memang itu hanya sekadar flirting, tetapi saya tetap heran mengapa saya begitu berani, tanpa beban, melakukannya, apalagi terjadinya di depan banyak orang!
Tanda lainnya adalah “menemukan banyak kesamaan”. Dilansir dari www.alodokter.com, rasanya mustahil memang saat mendengar orang lain memiliki cerita hidup yang sama dengan kita, bahkan setiap detailnya pun mirip. Namun, hal ini sangat mungkin terjadi bila kita menemukan twin flame. Semua trauma hingga kisah bahagia yang ia lewati bisa jadi pernah kita alami.
Inipun saya dan Aira memilikinya. Ibaratnya, Aira dan saya adalah cermin dan saya bisa melihat kehidupan saya dari kisah-kisah yang diceritakan oleh Aira. Kami sama-sama sarjana S1 dari fakultas dan universitas yang sama, meskipun berbeda angkatan. Jurusan kami di kampus juga berbeda tetapi terkait satu sama lain, dan di fakultas kami kantor-kantor kedua jurusan itu berada di lantai yang sama, hanya ruangannya berseberangan. Beberapa dosennya dulu merupakan teman-teman nongkrong saya di kampus.
Meskipun pengalaman di Subud ini—menemukan orang yang kemungkinan besar adalah kembaran jiwa saya—berasa “manis nan pahit” bagi saya, saya akhirnya merasa lega karena mendapatkan jawaban atas pertanyaan berulang “mengapa?” yang terus menghantui saya sebelum hari ini. Saya tetap menyayangi Aira dengan tulus, meskipun entah sampai kapan ia menjauhi saya.©2024
Pondok
Cabe, Tangerang Selatan, 23 April 2024
No comments:
Post a Comment