Monday, February 20, 2023

Mengalihkan Perhatian

“Sejak pertama kali saya mulai mempelajari kegembiraan, jelaslah bahwa tempat dan obyek paling hidup semuanya memiliki satu kesamaan: warna cerah dan hidup. Baik itu deretan rumah yang dicat dengan warna permen yang berani atau pajangan spidol berwarna di toko alat tulis, warna cerah selalu memicu perasaan gembira.”

~Ingrid Fetell Lee, Joyful: The Surprising Power of Ordinary Things to Create Extraordinary Happiness (2018)

 

BELAKANGAN ini, saya menggantikan tugas istri mengantar anak kami yang berumur enam tahun ke sekolah. Jarak dari rumah ke sekolahnya sekitar 9 km dan saya mengantar dia dengan sepeda motor. Saya pakaikan harness untuk mengikatkan dia ke badan saya, agar tidak oleng.

Dia merasakan kegembiraan yang luar biasa dengan duduk di boncengan. Saya belum pernah melihat manusia yang begitu senang menikmati perjalanan di boncengan motor kecuali anak-anak dan beberapa saudara Subud saya. Dan selama saya memboncengi anak saya, saya pun turut merasakan kegembiraan. Saya gembira melihat fakta bahwa kehidupan anak-anak yang di mata orang dewasa tampak simpel ternyata mendatangkan kegembiraan bagi mereka.

Saya banyak belajar tentang kebahagiaan dari anak saya, sejak saya rutin mengantarnya ke sekolah dengan sepeda motor saya. Saya menyadari sesuatu yang hebat dari meniru sikap dan perilaku anak saya dalam melihat segala sesuatu di sekelilingnya: Saya bisa mengalihkan perhatian saya dari masalah-masalah saya yang memberi saya perasaan tertekan.

Sebagai orang dewasa, kita cenderung berkacamata kuda, terfokus pada masalah alih-alih pada mencari jalan keluarnya atau mengabaikannya. Seperti mengendarai sepeda motor dengan anak kecil duduk di boncengannya. Saya tidak bisa melepas perhatian saya dari jalan di depan, karena meleng berisiko kecelakaan. Biasanya, saya mengurangi kecepatan laju motor, menepi dan melemparkan perhatian saya sejenak ke apa yang hendak diperlihatkan anak saya.

Anak saya selalu excited pada hal-hal yang oleh orang dewasa dianggap simpel atau sepele. Mungkin semua anak seperti dia, merepresentasi manusia baru yang melihat sesuatu untuk pertama kalinya. Anak saya suka melonjak-lonjak atau berseru dengan nada gembira setiap kali dia melihat bus, truk, anjing, kucing, “kakak-kakak” (maksudnya, anak-anak sekolah yang usianya lebih tua dari dia atau tingkat pendidikannya telah melampaui Taman Kanak-Kanak), mobil yang bentuknya aneh, pesawat terbang yang melintas di langit ketika kami lewat.

Saya jadi mendapatkan kepahaman bahwa masalah adalah suatu gagasan yang diproyeksikan akal pikiran kita yang sudah terkontaminasi informasi bahwa hal-hal tertentu buruk dan hal-hal lainnya baik serta bermanfaat. Anak-anak belum memiliki nilai-nilai seperti itu, bagi mereka segala sesuatu simpel saja, belum ditempeli nilai-nilai.

Jadi, kalau tidak mau tertekan oleh masalah, saya tinggal mengalihkan perhatian dengan melihat melalui mata anak saya yang melihat dunia sebagaimana adanya.©2023

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 20 Februari 2023

No comments: