Friday, September 2, 2022

Alat Perang yang Menjadi Saksi Berakhirnya Perang

USS Missouri yang bersandar di Pearl Harbor, Hawaii. 

Difoto pada 9 Oktober 2010. (Sumber foto: Flickr.com/Gordon McDonald)


PERANG Dunia II meletus pada 1 September 1939 dan resmi berakhir pada 2 September 1945, yaitu ketika Jepang menandatangani kapitulasi kepada Sekutu selaku pemenang Perang Dunia Kedua. Penandatanganan perjanjian itu berlangsung di dek sebuah kapal perang milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Missouri (BB-63). Kapal berjenis kapal tempur (battleship) dari kelas Iowa itu selama dua tahun terakhir Perang Dunia II memainkan peran penting dalam menghadapi kapal-kapal tempur Jepang di perairan Pasifik.

Kapal tempur adalah sebutan untuk kapal perang berukuran besar yang berlapis baja, dengan persenjataan utamanya terdiri dari meriam-meriam berkaliber besar. Pada kapal tempur, meriam-meriam tersebut biasanya tersusun tiga laras pada satu kubah atau turret, dan kapal tempur dapat diidentifikasi dari keberadaan dua hingga tiga kubah berlaras tiga itu, bertengger di deknya; dua kubah di bagian busur dan satu kubah di buritan. Sering digunakan untuk bantuan tembakan kapal ke arah pantai sebagai dukungan kepada pasukan amfibi ketika sedang memantai (beaching) dalam operasi pendaratan, efek dari tembakannya sungguh dahsyat, mampu meluluhlantakkan bunker-bunker musuh.

Tak mengherankan jika awak dari kapal-kapal perang berjenis perusak, fregat apalagi korvet ngeri ketika berhadapan dengan kapal tempur di medan laga. Dilihat dari sejumlah kejadian dalam peperangan laut selama Perang Dunia II, diperlukan taktik pengeroyokan dari unsur gabungan laut dan udara untuk benar-benar bisa menghabisi sebuah kapal tempur.

Kapal tempur Yamato milik Jepang, misalnya, baru karam setelah dihajar sembilan bom dan 11 torpedo yang dijatuhkan pesawat-pesawat tempur Amerika dalam dua gelombang serangan pada 7 April 1945. Serangan gelombang kedua mengenai ruang amunisi Yamato yang mengakibatkan kapal tempur seberat lebih dari 70.500 ton panjang ini meledak di lepas pantai Okinawa dan tenggelam bersama 2.498 awaknya (dari total 2.700 awak), termasuk panglima armada, Laksamana Madya Seiichi Ito, yang memang menjadikan Yamato sebagai kapal bendera (flagship) armadanya.

Berkelas sedikit di bawah kapal tempur, HMS Hood merupakan sebuah kapal penjelajah tempur (battle cruiser) dengan baja lebih tipis daripada baja kapal tempur. Hood yang dimiliki Angkatan Laut Kerajaan Inggris dihantam lima tembakan salvo dari kapal tempur Jerman Bismarck dan satu tembakan dari kapal penjelajah berat Jerman Prinz Eugen di Selat Denmark pada 24 Mei 1941. Hood tenggelam dalam waktu tiga menit, menyusul ledakan keras akibat tembakan yang mengenai magasen peluru meriam di bagian buritannya.

Kapal tempur adalah lambang dominasi kekuatan laut dan keperkasaan nasional, dan selama berpuluh-puluh tahun kapal tempur menjadi faktor penting baik dalam diplomasi maupun strategi militer. Baik Sekutu maupun Blok Poros (Jerman, Italia, dan Jepang) mengerahkan kapal tempur dengan konstruksi lama maupun baru dalam Perang Dunia Kedua.

Sebagai kapal bersenjata terbesar dalam suatu armada, kapal tempur digunakan sebagai pemegang komando laut dan melambangkan puncak kekuatan laut suatu bangsa sejak sekitar tahun 1875 hingga Perang Dunia Kedua. Dengan bangkitnya kekuatan udara, peluru kendali, dan bom kendali, meriam besar tak lagi dianggap perlu untuk mempertahankan superioritas kekuatan laut dan akibatnya kapal tempur pun tak lagi digunakan.

Bagaimanapun, mempertimbangkan aspek historis yang dimainkannya sebagai saksi bisu penyerahan tanpa syarat Jepang kepada Sekutu pada 2 September 1945, dan aspek penegak superioritas Angkatan Laut AS dalam misi-misi maritim, USS Missouri masih melayari samudra hingga dipensiunkan pada tahun 1992. Penampilannya yang menakutkan sekaligus mempesona sebagai kapal perang membuat USS Missouri menjadi figur sentral dalam film Under Siege (1992) dan Battleship (2012).

Selesai pembangunannya pada tahun 1944, USS Missouri adalah kapal perang terakhir yang berdinas di Angkatan Laut Amerika Serikat dalam periode Perang Dunia Kedua. Kapal itu ditugaskan ke Mandala Pasifik, di mana ia terlibat dalam Pertempuran Iwo Jima dan Okinawa dan menembaki pulau-pulau di wilayah Jepang. Bagian geladak penggal (quarterdeck)-nya adalah tempat penyerahan tanpa syarat Kekaisaran Jepang, yang mengakhiri Perang Dunia Kedua. Karena itu, USS Missouri disebut sebagai kapal perang paling bersejarah di dunia.

Pasca Perang Dunia II, USS Missouri bertugas di berbagai misi diplomatik, unjuk kekuatan dan pelatihan. Pada 17 Januari 1950, kapal tersebut kandas saat air pasang di Teluk Chesapeake, Amerika Serikat, dan setelah melalui upaya keras dan besar-besaran dari AL AS, ia dapat kembali mengapung beberapa minggu kemudian. USS Missiouri kemudian bertempur dalam Perang Korea selama dua masa tugasnya antara 1950 dan 1953. Missouri adalah kapal perang Amerika pertama yang tiba di perairan Korea dan menjadi kapal komando bagi beberapa laksamana. Kapal tempur itu mengambil bagian dalam berbagai operasi pemboman pantai dan juga bertugas dalam peran skrining (taktik defensif dimana kapal perang digunakan untuk menyembunyikan sifat dan kekuatan sebenarnya dari armada tempur) bagi kapal-kapal induk AL Amerika Serikat.

Setelah sempat dinonaktifkan pada tahun 1955, USS Missouri diaktifkan kembali sekaligus dimodernisasi pada tahun 1984, dengan penambahan peluncur-peluncur misil jelajah dan misil anti kapal serta elektronika tercanggih. Dalam Operasi Desert Storm tahun 1991, USS Missouri memberikan bantuan tembakan kapal. Tahun 1998, ia disumbangkan kepada Asosiasi Peringatan USS Missouri dan menjadi kapal museum di Pearl Harbor, Hawaii. Busurnya menghadap ke tugu peringatan USS Arizona Memorial, yang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa Missouri menjaga bangkai kapal tempur USS Arizona, yang tenggelam dalam peristiwa serangan Jepang ke Pearl Harbor pada 7 Desember 1941, sehingga awak kapalnya yang dimakamkan di dalam lambung Arizona dapat beristirahat dengan tenang. ©2022

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 2 September 2022

No comments: