Thursday, November 11, 2010

Dunia Sekejap

 Carpe diem, quam minimum credula posterorebut kesempatan yang ada hari ini, jangan bergantung pada masa depan.”

~Quintus Horatius Flaccus atau Horace


“Raih kesempatan hari ini atau mati dengan menyesali waktu yang berlalu.”

~Avenged Sevenfold, baris pertama lirik lagu “Seize the Day”.

 

“Kabar buruknya adalah bahwa waktu selalu melayang pergi. Kabar baiknya adalah bahwa Andalah pilotnya.”

~Michael Althsuler


DUNIA komunikasi pemasaran merupakan “dunia sekejap”. Artinya, segala sesuatu yang berkembang di dunia itu berlangsung sekejap, mudah berubah. Bila Anda yang berkecimpung di dalamnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sekejap itu, dipastikan Anda bakal segera ketinggalan zaman (obsolete).

Karena itu, menurut hemat saya, tidak ada yang namanya pintar di dunia komunikasi pemasaran. Yang ada adalah pembelajaran. Sekali Anda merasa pintar, dan merasa tidak perlu belajar lagi, saat itu pula Anda tertinggal jauh di belakang. Lingkungan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning environment) harus senantiasa diselenggarakan, agar tetap ter-update dengan perkembangan-perkembangan terbaru dalam industri komunikasi pemasaran.

Teknologi semata tidak bisa membantu mendorong ketertinggalan itu. Tak sedikit art director atau desainer grafis yang pernah bermitra dengan saya dalam sejumlah proyek, yang jago benar dalam mengoperasikan peranti lunak komputer untuk mendesain, yang justru tertinggal dalam hal menggali ide dan menyusun konsep. Bahkan kesannya asal ceplok gambar atau melakukan ornamentasi, yang menyisihkan prinsip-prinsip komunikasi pemasaran atau korporat. Jadilah karya mereka enak dinikmati oleh mereka sendiri, tetapi tidak oleh pemirsa sasaran (target audience), dan tidak pula tercapai tujuan pemasarannya.

Apa saja yang ada dalam kehidupan ini pasti berubah. Yang ada sekarang dalam sekejap akan berlalu dan terlupakan, atau menetap di ingatan kita tanpa kita bisa berbuat apa-apa terhadapnya. Apakah Anda mau tetap berdiam diri di masa lalu dan membusuk, atau hidup di masa kini, sadar sepenuhnya bahwa masih banyak hal baik dan berharga dapat Anda raih dari yang disediakan hidup ini serta menanamkan harapan yang lebih baik untuk masa depan, pilihannya terserah Anda.

Kesadaran bahwa kita dilahirkan baru setiap saat, demikian pengalaman saya bertutur, merupakan cara yang paling ampuh untuk mensyukuri setiap momen hidup kita hari ini. Kita semua menghadapi masalah. Sudah pasti itu! Tetapi, sebagaimana waktu, masalah itu tidak tinggal diam, merongrong hidup kita. Ia akan berlalu, selesai atau tidak selesai. Namun, alangkah baiknya bila masalah itu kita selesaikan, agar diri kita tidak terseret olehnya ketika dia berlalu—dan jadilah kita hidup di masa lalu.

Tak dipungkiri, bahwa banyak orang yang membiarkan diri mereka, sadar atau tidak sadar, terjerumus ke hidup yang sudah berlalu. Dan umumnya yang sudah berlalu itu tidak ada gunanya untuk dijadikan bagian dari hidup mereka. Saya pernah berpacaran dengan seorang perempuan, yang waktu itu saya kira merupakan “terminal terakhir” saya; bahwa perempuan itu suatu saat akan menjadi istri saya. Maka saya pun menyerahkan 100 persen cinta saya padanya, tak menyisakan sedikit pun untuk diri saya sendiri. Sehingga ketika saya akhirnya dicampakkan dan si perempuan menikah dengan orang lain, saya tidak berani memandang momen saat itu, apalagi masa depan—rasanya ingin mati saja!

Saya larut dalam penyesalan, sakit hati dan kebencian, sementara hidup terus berputar, perubahan-perubahan terjadi, peluang-peluang berdatangan. Mantan pacar saya pun juga sudah melupakan saya. Tetapi saya buta terhadap hal itu semua, lantaran saya hidup di masa lalu, tidak menyadari bahwa dunia ini hanya sekejap, bahwa segala sesuatu berlalu seiring waktu. Untungnya, kesadaran itu dapat saya gapai—saya segera menyadari bahwa hidup terus berjalan, meninggalkan luka dan perih di jejak-jejaknya yang lantas terhapus tertiup angin perubahan. Tidak ada yang abadi, seperti juga dunia yang hanya sekejap ini.©2010

 

Pondok Jaya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 12 November 2010, pukul 17.26 WIB

No comments: