SEBUAH pengalaman unik saya lalui kemarin (28 Oktober 2021). Kemarin siang, saya ada janji untuk bertemu seorang kawan lama, sesama alumnus Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia, di sebuah kafe di Yasmin, Bogor, Jawa Barat. Sebelum berangkat, istri saya berpesan ke saya agar sebelum meluncur ke Bogor saya membeli dahulu nasi Padang buat makan siang untuk tukang yang sedang mengerjakan instalasi listrik di rumah saya. Dia pun memberi uangnya, dan saya pun menunggangi motor yang kemudian melaju dari depan rumah saya.
Dalam perjalanan ke Bogor, telepon seluler (ponsel) saya berkali-kali bunyi, menandakan incoming call, tapi karena sedang memacu motor dalam kecepatan normal di jalur Parung-Bogor yang cukup ramai siang kemarin, saya mengabaikannya. Sampai di Jl. KH R. Abdullah bin Nuh, atau orang Bogor menyebutnya Yasmin, saya mampir di warung Mie Ayam Bangka Rasa. Saat lagi asik menikmati semangkuk mie ayam yang cukup lezat itu, ponsel saya kembali berbunyi. Istri saya yang menelepon, dan saya segera angkat. Dia bicara dengan nada ngotot dan marah: “Kamu di mana?! Ditungguin kok nggak pulang-pulang, kasihan tuh tukangnya jam segini belum makan?! Kamu tau kan warung Padangnya?!”
“Ya Tuhaaaann!!! Aku lupaaaaa!!! Aku udah sampai Bogor neeehh!” seru saya, yang membuat penjual mie ayam Bangka itu tiba-tiba menoleh ke saya karena kaget.
Singkat kata, istri langsung menutup teleponnya dan kemudian mengirim pesan WhatsApp yang berbunyi: “Keterlaluan!”
Saya kemudian melanjutkan perjalanan hingga ke kafe Popolo Coffee Yasmin di Jl. Rasamala, Bogor, berbincang-bincang sambil menikmati minuman racikan kafe tersebut yang berbasis kopi. Lalu, kawan saya yang asli Bogor tapi tinggal di Jakarta itu mengajak saya ke restoran masakan Sunda, Leuit Ageung, tidak jauh dari kafe Popolo.
Selama di Leuit Ageung, dimana kami kongkow sampai selepas magrib lantaran sorenya hujan sangat deras dan lama mengguyur Kota Hujan, kawan lama saya ini menceritakan pengalaman interaksinya dengan sejumlah alumnus almamater kami di masa lampau yang tidak terlalu lampau (sudah masuk dekade 2000an) termasuk beberapa interaksi dengan saya. Saya tiba-tiba tersadar bahwa banyak yang dia ceritakan ke saya saya malah tidak ingat sama sekali. Padahal saya biasanya ingat kisah-kisah masa lalu yang melibatkan saya hingga detail. Tiba-tiba pula saya tersadar bahwa saya pernah ngomong ke Pak Harris Roberts, salah satu helper Subud Cabang Jakarta Selatan, belum lama berselang, “Pak, enak ya kalau nggak tau apa-apa atau lupa segalanya. Pastilah bahagia orang yang kayak gitu.”
Karena sudah jam 18.00 ketika kami meninggalkan restoran Leuit Ageung, dan perjalanan kembali ke Jakarta cukup memakan waktu bila bermotor, maka saya memutuskan untuk tidak Latihan Kamis malam di Hall Cilandak, melainkan ke Hall Bogor, yang tidak jauh dari Yasmin.
Di Hall Bogor, saya menceritakan pengalaman unik dimana saya baru ingat untuk beli nasi Padang dahulu buat tukang di rumah, justru ketika saya sudah lebih dari 30 kilometer jauhnya dari rumah saya. Dua saudara Subud Bogor (salah satunya pembantu pelatih) yang mendengarkan cerita saya menyikapinya dengan serius, “Wah, itu bagus, Mas. Secara kejiwaan, itu bagus.”
Saya membatin, “Bagusnya apa? Kenapa?” Baik kedua saudara Subud itu maupun jiwa saya tidak memberi penjelasan mengapa “lupa” itu bagus.
Saat Latihan bersama
saudara-saudara Subud Bogor, saya merasakan diri dalam suasana senyap yang
kosong, serasa pikiran saya tidak berfungsi, bahkan denyut nadi saya pun serasa
berhenti. Tidak ada apa pun, hampa, tidak ada pikiran, tidak ada pengertian. Nothing!
Nah, saat itulah saya tiba-tiba memahami
sesuatu: “Orang yang sudah menerima Latihan Kejiwaan itu bisa melakukan apa saja, bahkan
keahlian-keahlian yang sebelumnya tidak dia ketahui. Asaaaaaalll... kamu
lupakan segala sesuatu yang kamu ketahui, segala teori, segala ajaran atau
pelajaran, dan hanya murni menerima bimbingan Tuhan.”
Saya keluar dari Hall
Latihan dalam keadaan yang sangat “polos” selama beberapa belas menit; saya bahkan
sempat merasa asing dengan tempat saya berada tadi malam. Saya menikmati
ketidaktahuan saya, sampai saudara-saudara lainnya keluar dari Hall Latihan.©2021
Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 29
Oktober 2021
No comments:
Post a Comment