Tuesday, October 12, 2021

Pembelajaran Tentang Harmoni di Hall Subud Sidoarjo


PADA tanggal 29 September hingga 2 Oktober 2021 lalu, saya bersama dua pembantu pelatih Kelompok Latihan Tebet, Jakarta Selatan, Harris Roberts dan Armansyah Muharram, mengunjungi satu cabang Subud di Sidoarjo, Jawa Timur. Terletak di sebelah selatan kota Surabaya dan berbatasan langsung dengan ibukota provinsi Jawa Timur itu, Sidoarjo memiliki cabang Subud yang cukup tua di Indonesia, dengan anggota tertuanya dibuka pada tahun 1969. Di kabupaten seluas 714,24 kilometer persegi ini terdapat satu cabang dan satu ranting Subud dan keanggotaannya cukup signifikan jumlahnya, dengan sebagian anggota yang teregistrasi di Cabang Surabaya sebenarnya berdomisili di Sidoarjo.

Tak saya sangka, dalam kunjungan bersifat silaturahmi itu saya belajar tentang harmoni dengan lingkungan sekitar di Hall Subud Sidoarjo.

Cabang Sidoarjo baru memiliki hall Latihan sendiri, yang berasa seperti home away from home bagi saya dan Pak Harris—kami berdua menginap di Hall Sidoarjo selama tiga malam, sedangkan Armansyah di hotel, karena dia ke Jawa Timur dalam rangka kerja, sehingga dibiayai kantornya. Mungkin dikarenakan hall tersebut terbuka 24 jam bagi semua anggota. Nyatanya, saya dan Pak Harris juga menyaksikan bagaimana anggota-anggota, perorangan atau beberapa orang sekaligus, datang setiap saat, tidak melulu pada hari-hari Latihan reguler (Senin dan Kamis malam).

Mereka datang kadang hanya untuk menenangkan diri, kadang untuk Latihan, kadang minta testing jika ada pembantu pelatih, tapi seringnya untuk sekadar berbagi cerita pengalaman sehari-hari dengan Latihan Kejiwaan dengan saudara-saudara Subud mereka. Setelah itu, mereka akan meninggalkan tempat itu untuk kembali melakukan apa yang sedang mereka kerjakan sebelum pergi ke hall Latihan.

Ketua Cabangnya saat ini adalah anggota baru, yang dibuka pada Juni 2021 lalu. Mas Amir namanya, seorang Sunda asal Sumedang yang telah hijrah ke Sidoarjo sejak tahun 1995, dan pernah menjadi penghayat Sunda Wiwitan sebelum masuk Islam. Kebetulan dia adalah ketua RT setempat, sehingga menciptakan keterhubungan yang kuat antara Subud Sidoarjo dengan lingkungan di mana hall Latihannya berlokasi. Warga kampung, yang bukan anggota Subud, tidak ragu untuk menikmati keberadaan hall Latihan Sidoarjo dengan ikut nongkrong di sana, sehingga mereka jadi tahu apa sebenarnya Subud itu. Inilah, idealnya, yang seharusnya terjadi di cabang-cabang lainnya di Indonesia, kalau tidak dunia.
©2021


Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 11 Oktober 2021 

No comments: