Tak saya sangka, dalam kunjungan bersifat silaturahmi itu saya belajar tentang harmoni dengan lingkungan sekitar di Hall Subud Sidoarjo.
Cabang Sidoarjo baru memiliki hall Latihan sendiri, yang berasa seperti home away from home bagi saya dan Pak Harris—kami berdua menginap di Hall Sidoarjo selama tiga malam, sedangkan Armansyah di hotel, karena dia ke Jawa Timur dalam rangka kerja, sehingga dibiayai kantornya. Mungkin dikarenakan hall tersebut terbuka 24 jam bagi semua anggota. Nyatanya, saya dan Pak Harris juga menyaksikan bagaimana anggota-anggota, perorangan atau beberapa orang sekaligus, datang setiap saat, tidak melulu pada hari-hari Latihan reguler (Senin dan Kamis malam).
Mereka
datang kadang hanya untuk menenangkan diri, kadang untuk Latihan, kadang minta testing jika ada pembantu pelatih, tapi
seringnya untuk sekadar berbagi cerita pengalaman sehari-hari dengan Latihan
Kejiwaan dengan saudara-saudara Subud mereka. Setelah itu, mereka akan
meninggalkan tempat itu untuk kembali melakukan apa yang sedang mereka kerjakan
sebelum pergi ke hall Latihan.
Ketua Cabangnya saat ini adalah anggota baru, yang dibuka pada Juni 2021 lalu. Mas
Amir namanya, seorang Sunda asal Sumedang yang telah hijrah ke Sidoarjo sejak
tahun 1995, dan pernah menjadi penghayat Sunda Wiwitan sebelum masuk Islam.
Kebetulan dia adalah ketua RT setempat, sehingga menciptakan keterhubungan yang
kuat antara Subud Sidoarjo dengan lingkungan di mana hall Latihannya berlokasi.
Warga kampung, yang bukan anggota Subud, tidak ragu untuk menikmati keberadaan
hall Latihan Sidoarjo dengan ikut nongkrong
di sana, sehingga mereka jadi tahu apa sebenarnya Subud itu. Inilah,
idealnya, yang seharusnya terjadi di cabang-cabang lainnya di Indonesia, kalau
tidak dunia.©2021
Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 11 Oktober 2021
No comments:
Post a Comment