TANGGAL 18 Oktober 2021 lalu, pagi jam 06.10 WIB, saya berangkat ke Sukamulya di Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bersama enam saudara Subud Bogor. Kami bermobil, berangkat dari halaman Wisma Subud Bogor di Jl. KH Sholeh Iskandar.
Ketika sampai depan kaki makam Bapak, saya duduk bersimpuh. Tiba-tiba saya merasa ingin membenturkan kepala ke anak tangga di kaki makam. Saya tahan, lalu terasa dorongan lembut di belakang kepala saya yang membuat kening saya menempel pelan ke anak tangga tersebut. Berasa dingin dan nyaman.
Saya kemudian menerima bahwa bila pikiran saya selalu suci (artinya: hening), secara fisik dan psikologis saya akan baik-baik saja. Saya “mendengar” suara Bapak, yang mengatakan, bahwa bila saya berpikir melebihi seharusnya saya akan dibuat mengantuk berat sampai pingsan atau lupa diri.
Sejak hari itu, tiap kali saya berpikir sedikit lebih dari yang seharusnya saya akan segera merasa sangat mengantuk, seperti dibius. Pada 25 Oktober 2021, sekitar jam 03.40, terjadi lagi. Saya terbangun karena kebelet pipis. Setelah dari kamar mandi, bukannya tidur lagi, saya malah terpikir tentang pertengkaran dengan istri pada malam sebelumnya. Padahal suara batin saya terus-terusan berteriak, “Jangan dipikirin! Serahkan aja ke Tuhan!”
Selama beberapa menit saya duduk di pinggir kasur, memikirkan momen pertengkaran itu. Tiba-tiba, saya merasa pening, lalu rebah lagi di kasur dan wuussshh... saya tidak ingat apa-apa lagi.
Saya membuka mata sekitar jam 06.45, lalu berpikir lagi mengapa saya bisa ketiduran, mengapa saya sampai tidak mendengar alarm HP yang saya setel ke jam 05.00, sehingga saya jadi tidak sempat mencuci pakaian. Saat itulah, saya serasa dibius lagi, karena mikir yang tidak seharusnya. Tapi saya paksakan bangun, yang akibatnya paha saya menyenggol sudut meja dan berkali-kali tangan saya gagal menemukan gagang pintu. Mata saya sulit dibuka, rasanya berat, sehingga saya duduk di tangga (khawatir bila saya teruskan melangkah, bisa-bisa saya terguling dari tangga) dan menenangkan pikiran. Beberapa saat kemudian, kantuknya berangsur-angsur hilang.©2021
Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 25
Oktober 2021
No comments:
Post a Comment