Memperingati 80 Tahun serangan pesawat-pesawat pembom Angkatan Laut Jepang atas pangkalan Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii, 7 Desember 1941-2021.😔
TIDAK banyak orang mengetahui, bahwa Angkatan Laut Amerika Serikat telah dua kali menggelar latihan perang dengan skenario serangan pesawat pembom musuh atas pangkalan mereka di Hawaii. Saat dua kali latihan penyerangan pangkalan itu digelar, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang membuat catatan. Mata-mata Jepang di Oahu, Hawaii, menyaksikan pesawat-pesawat Amerika menyerang pulau itu dari atas Koolau Range, dan mereka mengirim informasi itu ke Jepang. Sembilan tahun kemudian, para penyerang datang dari Jepang, dan mereka menjatuhkan bom sungguhan.
Pada bulan Februari 1932, perdebatan tentang masa depan kekuatan udara dalam pertempuran modern masih berlangsung. Laksamana Muda Harry Ervin Yarnell (1875-1959) sangat percaya pada kekuatan udara, dan dia mulai membuktikan arti pentingnya kepada Angkatan Laut Amerika Serikat.
Pada Februari 1932, Yarnell memelopori taktik kapal induk dalam latihan yang disebut Latihan Gabungan Besar Angkatan Darat/Angkatan Laut 4 (Army/Navy Grand Joint Exercise 4). Laksamana Muda Yarnell memimpin armada kapal induk dalam upaya untuk menunjukkan bahwa Hawaii rentan terhadap kekuatan udara angkatan laut. Harapan mereka yang mempertahankan pangkalan adalah bahwa Yarnell akan menyerang dengan kapal tempur (battleship), tetapi dia malah meninggalkan kapal tempurnya dan melanjutkan hanya dengan kapal induk ke utara Hawaii di mana kemungkinannya kecil dia akan terdeteksi.
Angkatan Laut AS memiliki tiga kapal induk pada saat itu, tetapi mengecilkan nilai strategis kapal-kapal itu. Kapal tempur masih menjadi primadona dalam perencanaan perang angkatan laut, karena peperangan laut dianggap paling menantang dan keras di laut, sementara penerbangan angkatan laut hanya mendapat peran patroli dan pengintaian.
Yarnell menyusun rencana yang akan menunjukkan apa yang bisa dilakukan pesawat terbang untuk mendukung misi-misi angkatan laut di mana pun. Ketika Pearl Harbor memulai latihan pertahanan tahunannya, Yarnell dan pesawat-pesawatnya berperan sebagai agresor. Dia memilih Minggu pagi, 7 Februari 1932, untuk melancarkan kejutannya dan menyerang pangkalan angkatan laut di pagi hari untuk melumpuhkan pertahanan pangkalan yang tidak siap.
Berlayar hanya dengan dua kapal induk, yaitu USS Saratoga dan USS Lexington, serta beberapa kapal perusak kawal, satuan tugas Yarnell mendekati Oahu dalam kabut tebal dan di tengah malam. 152 pesawatnya diluncurkan tepat sebelum fajar. Ketika matahari terbit, pesawat-pesawat itu muncul di atas pangkalan dari Koolau Range, menyerang pesawat-pesawat yang parkir di darat dan membombardir kapal-kapal yang bersandar di dermaga.
Rencana sang laksamana berjalan lancar tanpa hambatan atau korban. Pangkalan itu sendiri dipenuhi dengan peluru-peluru suar kosong dan karung tepung, senjata pilihan untuk pesawat penyerang. Ini adalah pertama kalinya Pearl Harbor kalah dalam permainan perang tahunan ini.
Lapangan-lapangan terbang angkatan daratlah yang pertama dilumpuhkan, kemudian disusul dengan serangan atas Battleship Row (pengelompokan delapan kapal tempur yang bersandar di dermaga pelabuhan Pearl Harbor), dengan hantaman berkali-kali mengenai kapal-kapal angkatan laut. Para wasit latihan perang Angkatan Laut AS menyatakan serangan tersebut sangat sukses, yang membuat Yarnell sangat yakin bahwa pertahanan Hawaii lemah terhadap serangan mendadak dari udara.
Ini seharusnya menjadi peringatan bagi Angkatan Laut AS – dan Pearl Harbor khususnya. Sebaliknya, Markas Besar Angkatan Laut AS malah meneriakkan kecaman dan menyatakan latihan itu ilegal, serta menyatakan pula bahwa mereka akan benar-benar waspada dan siaga jika Amerika benar-benar sedang berperang. Dikatakan juga bahwa armadanya Yarnell akan diketahui dan mengalami kerusakan atau hancur jika melakukan serangan seperti itu.
Begitulah seterusnya sampai tahun 1938, ketika latihan tahunan diadakan lagi tahun itu. Kali ini, Laksamana Ernest King memimpin kekuatan lawan. Yarnell mengamati gerakan King dengan cermat.
King membawa satu kapal induk dan kapal-kapal perusak kawalnya pada rute dan waktu yang sama. Sama seperti pada latihan yang pertama, pesawat penyerang datang dari Koolau Range dan benar-benar menghancurkan armada di Pearl Harbor. Dan seperti serangan pada latihan yang pertama, Markas Besar Angkatan Laut AS mengklaim taktik itu tidak adil dan memveto hasilnya. Tidak ada yang berubah.
Tidak seperti Angkatan Laut AS, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang memperhatikan latihan yang pertama. Mereka menyaksikan serangan tahun 1932 itu dan mempelajarinya dengan cermat. Laksamana Jepang, Isoroku Yamamoto, juga percaya pada kekuatan udara angkatan laut dan menyusun Angkatan Laut Jepang dengan fokus pada kapal induk.
Ketika tiba saatnya bagi Jepang untuk menyerang Amerika Serikat, Jepang tahu bahwa perang jangka panjang dengan negara adidaya industri yang potensial itu bukanlah perang yang bisa dimenangkannya. Tetapi Jepang berharap bahwa dengan melumpuhkan Armada Pasifik AS, hal itu dapat menjauhkan Amerika dari perang yang permanen.
Jepang menyerang Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 dengan menggunakan banyak rencana yang sama yang digunakan Yarnell hanya sembilan tahun sebelumnya; hanya saja Jepang mengerahkan enam kapal induk dan 353 pesawat, banyak di antaranya menghantam pelabuhan dari Koolau Range. Itu terjadi ketika Jepang meluncurkan serangan serentak ke Filipina, Guam, Pulau Wake, Malaya, Singapura, dan Hong Kong.
Serangan Yamamoto memang jauh dari sempurna; ia kehilangan 29 pesawat dan 64 awaknya. Tetapi Jepang setidaknya berhasil menunda atau menghambat respons segera Amerika terhadap aksi militer Jepang di Pasifik.©2021
Pondok Cabe, Tangerang
Selatan, 7 Desember 2021
No comments:
Post a Comment