Monday, October 17, 2022

Kantor Lurah dalam Persepsi Saya


DALAM persepsi saya, yang namanya kantor lurah dan kantor-kantor instansi pemerintahan daerah lainnya merupakan tempat yang membuat saya alergi untuk mengunjunginya.

Yang terbayang di benak saya adalah beberapa meja layanan yang kosong karena petugasnya sedang sarapan atau asyik ngopi di kantin, tangan-tangan yang terulur meminta bayaran atas layanan yang diberikan, berangkap-rangkap dokumen asli dan fotokopinya, serta antrean panjang dan lama hanya untuk mendapatkan tanda tangan lurah lantaran yang bersangkutan belum datang ke kantornya dengan 1001 alasan.

Ya, saya mengalami yang demikian semasa Orde Baru, yang membuat saya enggan berurusan dengan kantor lurah bahkan hingga kini. Namun, perlahan-lahan persepsi saya mulai berubah, dimulai dari ketersediaan layanan daring Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) dengan aplikasi layanan Alpukat (Akses Langsung Pelayanan Dokumen Kependudukan Cepat dan Akurat) Betawi, sebuah kanal pelayanan bagi warga DKI Jakarta untuk mengakses langsung pengajuan pelayanan administrasi kependudukan.

Saya pun memberi diri saya kesempatan untuk mencicipi layanan baru ala kantor pemerintahan daerah ini dengan meng-install Alpukat Betawi, membuat akunnya, dengan harapan dapat menjumpai layanan yang tidak lagi berciri Orba. Saya mengajukan permohonan pencetakan Kartu Identitas Anak untuk putri saya dan Kartu Keluarga yang kini pakai barcode. Aplikasi menyediakan pilihan tanggal berapa saya akan mendatangi Kantor Lurah Pela Mampang—saya memilih 17 Oktober 2022.

Dengan perasaan tenteram dan pasrah, saya memacu motor saya ke Kantor Lurah Pela Mampang di Jl. Bangka X No. 1, Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Saya berdoa semoga citra Orba sudah tidak bersisa lagi di kantor lurah tersebut.


Sampai di sana, saya memasuki bangunan Kantor Lurah Pela Mampang, dimana sebelah kiri lobinya terdapat pusat Pelayanan Terpadu. Saya terima nomor antrean dari mesin dengan dua pilihan layanan—saya memencet layar bertuliskan “Dukcapil”. Tidak ada antrean atau kerumunan warga yang memerlukan layanan Kantor Kelurahan di sana; suasananya mengingatkan saya pada bank atau kantor pelayanan pembayaran angsuran kendaraan bermotor FIF yang sudah lebih dulu dan sejak lama menyediakan layanan terpadu secara daring.

Selanjutnya, saya tinggal duduk santai, menikmati sejuknya pendingin udara, sampai nomor saya disebutkan. Sat-set-sat-set, petugasnya menyodorkan KIA-nya putri saya, dan info bahwa KK belum bisa diambil karena saya belum menyertakan foto buku nikah, yang untuk itu saya tinggal unggah ke aplikasi Alpukat Betawi. As simple as that, gratis pula.©2022


Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 17 Oktober 2022

No comments: