DI Wisma Subud Cilandak, kemarin, 19 Juni 2022, mulai dari pagi hingga siang, digelar Gathering Kejiwaan dalam rangka Hari Lahir ke-121 tahun Bapak. Banyak anggota yang hadir, termasuk mereka yang pada jadwal-jadwal Latihan reguler tidak pernah kelihatan. Ditambah dengan belasan anggota dan pembantu pelatih dari dua kota di Jawa Tengah—Pati dan Semarang.
Saya sendiri hadir—saya amat menyukai gathering kejiwaan, karena mendengarkan cerita pengalaman para anggota lainnya dengan Latihan Kejiwaan memberi saya wawasan baru dan inspirasi. Karena banyaknya jumlah peserta, maka gathering-nya dibagi dalam kelompok-kelompok. Untuk kaum prianya ada tiga kelompok (pada Sesi II, dikerucutkan menjadi dua kelompok saja, dengan satu kelompok mayoritas terdiri dari anggota Pemuda Subud).
Pada sesi I, para peserta dalam kelompok dimana saya menjadi bagiannya diminta bercerita tentang pengalaman mereka menemukan Subud dan apa manfaat yang telah mereka peroleh dari Latihan. Sayalah yang mengajukan diri sebagai yang pertama untuk bercerita.
Bagi saya, Latihan banyak sekali manfaatnya, bahkan SEMUA aspek kehidupan saya terisi Latihan. Selain menceritakan kisah yang menyenangkan, saya juga bercerita pengalaman yang tidak menyenangkan, yang, bagaimanapun, selalu berakhir menyenangkan karena saya kemudian menyadari bahwa bimbingan Tuhan selalu menyertai saya.
“Enak atau tidak enak itu adalah produk akal pikir kita. Sebagai orang Subud, kita hanya harus berserah diri kepada Tuhan dengan sabar, tawakal dan ikhlas. Tuhan tahu apa yang terbaik bagi kita, tapi akal pikir selalu menentang pekerjaan Tuhan,” kata salah satu pembantu pelatih yang melayani saya ketika saya baru dibuka dulu.
Pada Sesi II, setelah dijelaskan oleh satu pembantu pelatih senior mengenai Zat, Sifat, Asma’, Af’al, para peserta Gathering dimintai saran bagaimana kita dapat memajukan Subud sebagai sebuah perkumpulan; bagaimana kerukunan bisa dilanggengkan serta bagaimana seharusnya hubungan antar anggota agar tetap rukun. Saya ingin mengutarakan pendapat dan saran saya, tapi saya mempersilakan para anggota baru dulu. Tetapi setelah beberapa anggota baru menyampaikan saran-saran mereka, waktu untuk Sesi II keburu habis, sehingga saya mengutarakan saran saya via WhatsApp kepada satu pembantu pelatih (yang dalam gathering di kelompok saya bertugas sebagai pemandu) dan beliau akan meneruskannya kepada Dewan Pembantu Pelatih Cabang Jakarta Selatan.
Dalam pesan WhatsApp saya
kepada satu pembantu pelatih itu, saya juga memberi saran agar para pembantu
pelatih Cabang Jakarta Selatan khususnya mengajak anggota, terutama anggota
baru, berkunjung ke cabang-cabang terdekat, misalnya di cabang-cabang lainnya
dari provinsi DKI Jakarta, atau ke Bogor, Sukabumi dan Bandung di Jawa Barat.
Dengan demikian, akan sirna perasaan anggota-anggota di Jakarta Selatan maupun berbagai
daerah di Indonesia bahwa Subud seolah tersentralisasi di Cilandak. Para
anggota dan pembantu pelatih dari Cabang Jakarta Selatan juga dapat belajar
tentang sifat dan keadaan dari cabang-cabang lainnya, sehingga ke depannya
dapat terjalin kerjasama yang lebih baik di antara para pembantu pelatih di
satu cabang dengan cabang lainnya. Dan kerukunan dapat meluas, tidak hanya di
satu cabang tapi juga antar cabang.
Secara umum, gathering
19 Juni itu terasa menyenangkan dan menginspirasi. Semua anggota merasakan kebersamaan
yang kami harap tidak akan pernah berakhir.©2022
Pondok
Cabe, Tangerang Selatan, 20 Juni 2022
No comments:
Post a Comment