Sunday, September 30, 2018

Dari Pikiran Turun ke Hati



BARU-baru ini, saya melakukan sebuah eksperimen dengan pikiran. Pikiran saya sendiri. Eksperimen iseng, yang saya lakukan untuk melengkapi pengetahuan saya tentang memetika (memetics). 

Dalam rangka eksperimen tersebut, saya menonton semua video di akun Youtube-nya Jokowi, baik berupa dokumenter yang di-setup maupun laporan-laporan visual mengenai kunjungan-kunjungan kerjanya serta rekaman yang menggambarkan kegiatan sehari-hari RI 1, yang tentunya sudah disunting. Saya juga menonton video-video dari lawan-lawan politiknya sebagai perbandingan—yang ternyata sama saja pendekatannya. 

Saya memperhatikan bagaimana pikiran saya secara berangsur-angsur mengalami pergeseran persepsi yang pada gilirannya mempengaruhi emosi saya, hanya dengan menikmati sekuens visual yang disertai musik pilihan dan narasi dengan suara yang sengaja dipilih untuk “mengayak” emosi pemirsa. 

Wah, gawat! Pikiran itu ternyata memiliki efek yang mengerikan bila diikuti. Pikiran mudah sekali dipengaruhi; ia tidak memiliki saringan atau filter yang dapat memilah mana informasi yang boleh dan mana yang tidak boleh memasuki ruang tamunya. Semua diterima dengan “baik” dan dipersilakan duduk, serta disuguhi hidangan lezat yang membuat tamu kurang ajar itu betah berlama-lama di dalam pikiran.

Pesan-pesan visual itu bergerak dari pikiran turun ke hati saya. Emosi saya menjadi tak menentu. Saya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan sosok-sosok yang di-setting sedemikian rupa melalui representasi gambar, musik, dan suara. Inilah momen pikiran saya memproses informasi tersebut menjadi meme (gagasan semu, belum tentu benar, yang dianggap kebenaran sejati melalui pengulangan). 

Saya terpaku pada apa yang saya lihat, mendesakkan kecintaan yang mendalam pada sosok-sosok yang terwakili gambar elektronis, musik, dan suara yang tidak melulu milik mereka. Saya jadi ngeri sekaligus mengerti, mengapa para lovers dan haters Jokowi dan Prabowo dapat bertindak konyol atau tak masuk akal hanya gegara berita yang sebagian di-setting sedemikian rupa agar tersampaikan apa pun yang menjadi tujuan mereka.

Meme, oh meme. Menyadarinya saja membuat saya merasa lucu. Tapi karena ini eksperimen, saya tidak ingin membiarkannya bersemayam lebih lama di benak saya. Saya pun melakukan Latihan Kejiwaan, sebuah desinfektan ampuh untuk mengusir kepercayaan-kepercayaan semu.
©2018


Jl. Kalibata Selatan II, Jakarta Selatan, 29 September 2018

No comments: