Wednesday, December 30, 2009

Dibayar untuk Bersenang-Senang

“Pekerjaan Anda adalah untuk menemukan dunia Anda dan kemudian dengan seluruh hatimu mencurahkan dirimu untuk itu.”
—Buddha Gautama, 563-483 SM


Belum lama berselang, saya iseng membuat daftar pekerjaan apa saja yang membuat pelakunya dibayar untuk bersenang-senang. Selain pekerjaan saya, penulis wisata (travel writer), yang dibayar untuk berlibur, yang masuk dalam daftar tersebut adalah pemain film porno, penguji game (game tester; sementara karyawan dilarang main game selama jam kerja, orang ini malah meraup bayaran dengan bermain game sebanyak-banyaknya), orang yang digaji untuk memberi muatan pada blog atau Facebook dari perusahaan yang direpresentasi olehnya, dan…

Sampai di situ, saya berhenti mencatat, lantaran mendapat kepahaman: Jika kamu memiliki hasrat (passion) atas apa yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya apa pun pekerjaanmu kamu bisa membuat dirimu dibayar untuk bersenang-senang.

Pengalaman saya bertutur, tidak ada pekerjaan yang terlalu susah. Suatu pekerjaan menjadi susah ketika kita tidak ‘menaruh hati’ kita di dalamnya. Dan sejatinya, kita dapat melakukan pekerjaan apa saja, tak terkecuali. Yang membuat kita tidak mampu adalah diri kita sendiri, yang senantiasa membatasi diri dengan kesadaran semu bahwa kita tidak punya pengetahuan dan pengalaman, atau sekadar pesimis. Sikap (attitude) merupakan kekuatan. Jika Anda terus-menerus berkata pada diri sendiri bahwa Anda sudah terperangkap dalam rutinitas tanpa jalan keluar sama sekali, pada akhirnya Anda akan berhenti tumbuh dan berkembang. Tetapi bila Anda bersikap sebaliknya – bahwa Anda bekerja untuk mewujudkan tujuan-tujuan dan impian-impian Anda, pada akhirnya Anda akan sampai ke sana.

Stres yang menimpa para pekerja dewasa ini disebabkan oleh karena mereka tidak berhasrat akan apa yang mereka kerjakan. Pemicu utamanya adalah lantaran mereka menomorsatukan uang/gaji, bukannya bertujuan untuk merealisasi potensi-potensi (yang masih dibiarkan) terpendam serta untuk mengaktualisasi diri. Bekerja sejatinya adalah untuk pertumbuhan diri. Jika kita tumbuh dan belajar apa pun yang kita lakukan, maka kita sedang bergerak ke arah yang tepat; kita sedang melangkah ke tempat di mana kita ingin berada. Jika sebaliknya, saya sarankan Anda agar segera meninggalkan pekerjaan tersebut dan temukan sesuatu yang membuat Anda tumbuh, atau ubah sikap Anda. Tiga belas tahun bekerja sebagai ‘orang gajian’ tidak membuat saya merasa tumbuh dan juga, akhirnya, menjadi bodoh. Walaupun pada awalnya tampaknya menakutkan, saya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan status sebagai orang gajian dan melanjutkan karir saya secara freelance, yang malah membantu saya tumbuh dan meningkat kualitas intelektual saya, juga material dan spiritual saya. Sebagaifreelancer, saya berpeluang untuk menumpahkan komitmen, dedikasi, kerja keras, bahkan hasrat saya. Saya berkomitmen untuk melakukan pekerjaan dengan baik, segalanya akan menyusul, dan rasanya tidak seperti sedang bekerja.

Sejumlah kerabat dan relasi saya mengeluhkan pekerjaan-pekerjaan mereka yang, kata mereka, tidak mendatangkan kebahagiaan. Mereka saya sarankan untuk meninggalkan pekerjaan-pekerjaan tersebut, dan mencari pekerjaan lain. As simple as that. Sebagian besar – jika tidak bisa dibilang semuanya – menampik kemungkinan itu, utamanya karena mereka khawatir tidak mendapat gaji sebesar yang mereka peroleh dari mengerjakan pekerjaan yang tidak mendatangkan kebahagiaan itu. Belum lagi, anggapan subyektif mereka bahwa pekerjaan lain tidak memiliki gengsi sebagaimana pekerjaan mereka saat ini. Kenyataan ini membuat saya memandang mereka sesungguhnya sedang melacurkan diri.

Saya punya segudang pengalaman yang menyatakan bahwa jika saya yakin sepenuh hati sesuatu pekerjaan dapat saya lakukan dengan baik, meski belum memiliki pengalaman mengenainya, pada akhirnya dapat saya kerjakan. Pada tingkatan ini, saya memahami adanya kekuasaan maha besar yang menuntun saya dalam melakukan pekerjaan tersebut. Yang diperlukan hanyalah niat dan percaya bahwa pekerjaan itu bisa dilakukan dan akan berhasil. Jika tuntunan ini kita ikuti, kita akan mendapat kemudahan-kemudahan (yang selalu saja membuat saya merasa bahwa saya tidak melakukan apa pun). Pengalaman itulah yang membuat saya selalu berhasrat akan pekerjaan saya.

Saya tidak pernah memedulikan nilai nominal dari imbalan yang bakal saya terima lewat pekerjaan saya. Pengalaman saya bertutur, kelewat memikirkan uang justru akan menghapus kemungkinan munculnya ide-ide hebat. Pada sejumlah pekerjaan, hasrat yang tumbuh dalam diri saya demikian dahsyat sampai saya tidak menarik bayaran apa pun. Alhasil, rezeki pun berdatangan dari berbagai arah yang tak disangka-sangka, baik rezeki material, intelektual maupun spiritual. Bagi saya, rezeki spiritual (pengalaman spiritual merengkuh kedekatan Ilahiah) melampaui kenikmatan apa pun yang bersifat materi.

Bekerja dalam keadaan kosong (tidak melekat pada hal-hal yang sejatinya tidak terkait langsung dengannya, seperti gaji, gengsi, merasa terbatas kemampuannya, pesimis dengan hasilnya, dan lain-lain) adalah momen di mana cinta akan meliputi diri kita. Dengan demikian, masuklah kita dalam daftar para pekerja yang dibayar untuk bersenang-senang.©

No comments: