Saturday, August 3, 2024

Kesempatan yang Tidak Pernah Dimiliki


KETIKA saya sodorkan lirik jingle ciptaan saya, lengkap dengan jumlah bar (sejumlah beat tertentu dari durasi yang diberikan) pada setiap barisnya, seorang saudara Subud menyatakan kekagumannnya. Pasalnya, dia tahu bahwa saya tidak bisa memainkan alat musik. Lantas, bagaimana saya dapat menentukan ketukan-ketukan (beat)-nya? Oleh dia dicoba pada gitarnya dan memang pas, demikian dia berkata.

Gue dengerin suara musik dari dalam diri gue, bro,” kata saya. “Jiwa gue ngarahin gue.”

Perihal saya tidak bisa memainkan alat musik bermula ketika saya duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Atas. Saat itu, satu sepupu saya dibelikan gitar oleh ibunya untuk dia belajar cara memainkannya. Ibu saya terdorong untuk membelikan saya gitar juga, dan menanyakan saya apakah saya mau belajar gitar.

Saya menolak. Saya ingin belajar biola. Hal itu karena pada saat itu saya baru membaca sebuah artikel di majalah tentang riwayat Antonio Stradivari, seorang pembuat, ahli memperbaiki, dan pengrajin instrumen berdawai seperti biola, cello, gitar, biola, dan harpa asal Italia. Nama Stradivari lekat sebagai jenama (brand) biola klasik yang mahal. Yang membuat saya juga kesengsem adalah nama depannya yang mirip nama saya.

Apa boleh buat, ibu saya tidak mau membelikan biola karena lumayan mahal saat itu, dan mengatakan saya aneh-aneh saja karena tidak mau mengikuti tren anak-anak muda seusia saya saat itu yang suka bermain gitar. Saya tetap keukeuh tidak mau dibelikan maupun les gitar dan alat-alat musik lainnya, selain biola. Demikianlah, hingga saat ini saya tidak bisa memainkan alat musik.


Harapan saya kini pada Nuansa, yang Mei lalu mendapat biola bekas dari Surabaya. Saya jadi bisa menyalurkan rasa penasaran saya untuk memegang biola, meskipun tidak bisa memainkannya. Mudah-mudahan Nuansa memiliki minat untuk belajar biola, suatu kesempatan yang tidak pernah saya miliki.©2024

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 4 Agustus 2024

No comments: