Sunday, February 21, 2021

Didampingi Yang Mulia Bapak


PADA 12 Februari 2021 lalu, saya memosting cerita tentang mimpi saya—di mana saya bertamu ke rumah Ibu Rahayu untuk meminta nasihat beliau tentang bagaimana saya dapat mengubah perilaku saya dari buruk menjadi baik—baik di grup Facebook “Subud Around the World” maupun di blog saya ini (berjudul “Mengubah Perilaku”).

Cerita itu, ternyata, tidak berhenti sampai di situ. Keesokan harinya, tanggal 13 Februari 2021, saya meluncur dari kompleks Wisma Subud Cilandak bersama satu helper berkebangsaan Amerika dan dua anggota Cabang Jakarta Selatan menuju Cimahi. Setibanya di Cimahi, kami menjemput satu anggota Jakarta Selatan yang sedang mengunjungi istrinya yang memang bertempat tinggal di Cimahi, untuk bergabung bersama kami berempat di tempat tujuan sebenarnya.

Kami bersarasehan kejiwaan ditemani aneka makanan, rokok, kopi dan teh, hampir sepanjang hari, tapi yang jelas sampai tengah malam, di rumah satu anggota Subud Cimahi di Kelurahan Citeureup, Cimahi Utara. Tapi, menurut pandangan beberapa saudara Subud yang cukup mengenal saya, ada satu kejanggalan pada diri saya: Saya malam itu tidur lebih “awal”, sebelum jam 12 malam.

Paginya, bertepatan dengan Hari Kasih Sayang, 14 Februari, usai sarapan dan mandi, saya bersama empat saudara Subud dari Jakarta Selatan dan tuan rumah, menumpang mobil Nissan Evalia milik tuan rumah, meluncur ke Hall Latihan Cabang Bandung di Jl. Moh. Toha BBk Muslimin No. 31, Mekarwangi, Bandung, Jawa Barat. Kami berlatih kejiwaan di situ, dan selanjutnya beramah-tamah lantaran ada slametan dalam rangka pernikahan seorang helper wanita dengan suaminya yang juga baru dibuka seminggu sebelumnya.

Selanjutnya, kami, para penumpang Evalia mengikuti dari belakang mobil Avanza lama yang ditumpangi helper senior Bandung, istrinya, dan satu anggota Cimahi, menuju lokasi proyek pembangunan Hall Latihan Cabang Bandung yang baru di Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Selesai urusan di situ, rombongan Evalia berpisah arah, menuju lokasi di mana Kelompok Latihan Cilengkrang rutin berlatih kejiwaan, yaitu di kediaman seorang helper senior Jawa Barat, Bapak Haji Deddy Pandji Santosa.

Dari rangkaian kunjungan-kunjungan kami dari Jakarta, Cilengkranglah puncak pengalaman kejiwaan saya—kalau boleh disebut demikian. Dari mimpi bertamu ke rumah Ibu Rahayu ke Cimahi dan Bandung, penerangan Pak Haji Deddy Pandji membuat segalanya jelas bagi saya.

Bermula dengan Latihan Kejiwaan bersama anggota pria Kelompok Cilengkrang, yang hari Minggu itu memang jadwal Latihan rutin mereka. Saat Latihan Kejiwaan bersama, Pak Deddy memberi tahu para peserta agar sebelum mulai Latihan, supaya berdoa meminta bimbingan Tuhan dan minta didampingi Yang Mulia (YM) Bapak. Saya pun melakukan persis seperti yang disarankan Pak Deddy. Saya benar-benar surprise dengan pendekatan itu: Jiwa Bapak sungguh-sungguh hadir!

Saya mengalami momen seperti ketika dibuka dahulu, dengan jatuh terjerembab ke lantai hall Cilengkrang, dengan bunyi gedebuk yang keras. Sebelumnya, saya mengucapkan “Terima kasih... terima kasih... terima kasih...” berulang-ulang sambil mengangkat kedua lengan saya ke atas, lalu jatuh terjerembab dan menangis. Saya bentur-benturkan kening ke lantai kayu hall Cilengkrang, kedua tangan saya yang terkepal juga memukul-mukul lantai sembari menjerit lepas. Saya tidak dapat menghentikan tangis saya, dan air mata juga membanjiri wajah saya, bercampur dengan keringat.

Saya merasakan wajah saya berada di pangkuan YM Bapak, dan menumpahkan tangis saya di situ. Saya merasakan tangan YM Bapak membelai kepala saya dengan penuh kasih, seolah berkata bahwa tidak ada yang perlu saya khawatirkan.

Beberapa lama setelah Latihan bersama, saya mengobrol dengan tiga saudara Subud (dua dari Jakarta Selatan dan satu dari Cimahi). Salah satu dari mereka merasakan bahwa masih ada yang belum lepas dari diri saya; bahwa ada konflik-konflik yang belum tuntas. Karena penasaran, saya menyuruh salah satu saudara Subud Jakarta Selatan untuk memberi tahu Pak Deddy, yang saat itu telah pergi ke ruang tamu, bahwa saya ingin di-testing untuk saya sendiri; jadi, hanya saya yang di-testing oleh Pak Deddy. Empat saudara Subud asal Jakarta Selatan dan Cimahi yang menyertai saya sejak dari Cimahi hanya menyaksikan. Helper Amerika yang juga bersama saya dari Jakarta sedang mengobrol dengan anggota-anggota Cilengkrang di ruang tamu.

Sebelum testing, Pak Deddy meminta saya bercerita dahulu apa masalah saya. Beliau merasa saya lagi sangat peka, karena sejak datang di Cilengkrang saya lebih banyak diam. Rekan-rekan seperjalanan saya bahkan sejak saya datang di Cimahi melihat sesuatu yang berbeda pada diri saya.

Saya ceritakan ke Pak Deddy serangkaian pengalaman saya dalam sepuluh hari terakhir: Saya dimusuhi Enes (lihat artikel “Mengubah Perilaku”, 12 Februari 2021), saya bertengkar dengan istri (berkali-kali selama empat tahun terakhir), saya membuat perkara (semuanya dengan saudara Subud), sehingga saya akhirnya berpikir apakah ada yang salah pada diri saya... Mengapa perilaku buruk saya tidak hilang juga padahal sudah berlatih kejiwaan sekian lama.

Puncaknya adalah pada hari Rabu, 10 Februari 2021; setelah bertengkar hebat dengan istri, saya merenung di carport rumah saya, sendirian. Saya menanyakan pertanyaan itu: Mengapa perilaku buruk saya tidak hilang padahal sudah berlatih kejiwaan sekian lama? (Lihat artikel “Mengubah Perilaku”, 12 Februari 2021.)

Pak Deddy juga merasakan bahwa mimpi saya bertemu Ibu Rahayu untuk meminta nasihat itu real. Penjelasan beliau sebelum men-testing saya: “Mas Arifin, di hadapan Tuhan tidak ada dualisme baik-buruk, benar-salah, positif-negatif. Jangan suka menyalahkan diri sendiri dan hindari menilai orang lain berdasarkan dualisme bikinan akal pikir itu.”

Lalu, Pak Deddy bertanya, saya mau testing apa. “Saya ingin tahu apakah Latihan saya sudah benar-benar surrender atau belum,” jawab saya. Pak Deddy kemudian men-testing saya untuk merasakan bagaimana Latihan di level daya benda, kemudian daya tumbuhan, lalu daya hewan, dan, terakhir, daya orang/jasmani. Semuanya saya terima dengan sangat kuat. Tentunya, setelah saya, sebelum testing dimulai, memohon agar saya dibimbing Tuhan dan didampingi Yang Mulia Bapak!©2021

 

Pondok Cabe, Tangerang Selatan, 21 Februari 2021

No comments: