Wednesday, January 1, 2020

Arifin Dwiastoro’s Quotes 2019


“Menemukan kebenaran tidak sama dengan menemukan kedamaian.” (Thich Nhat Hahn)

“Kalau mau sehat, jangan cuma mengurangi nasi, tapi kurangi juga kekhawatirannya.” (Arifin Dwiastoro, 6 Januari 2019)

“Pekerjaan tidak mendefinisikan saya. Saya yang memberi definisi atas pekerjaan saya.” (Arifin Dwiastoro, 8 Januari 2019)

“Saudara Subud itu ‘duri dalam daging’, yang melalui dirinya kita dibersihkan, dan bersamanya pula kita menikmati pembersihan.” (Arifin Dwiastoro, 9 Januari 2019)

“Shalat bukan serta-merta ibadah. Shalat menjadi ibadah ketika kita sudah memiliki keinsafan akan kehadiranNya. Shalat adalah latihan untuk ibadah. Orang yang beribadah sadar akan dirinya maupun orang lain dan lingkungannya. Lupa tidak lagi menjadi penyakitnya.” (Arifin Dwiastoro, 11 Januari 2019)

“Daripada membebani pikiranmu, abaikan saja apa yang orang lain pikirkan tentang dirimu.” (Arifin Dwiastoro, 18 Januari 2019)

“Hidup memiliki banyak sisi. Kebaikan ada sisi buruknya, dan keburukan pun ada sisi baiknya.” (Arifin Dwiastoro, 19 Januari 2019)

“Banyaknya teman dan keluarga tetap manggil saya ‘Anto’, membuktikan teori bahwa pikiran suka kemapanan—dan karena itu tidak tahan terhadap penderitaan.” (Arifin Dwiastoro, 24 Januari 2019)

“Bisnis itu mudah. Yang membuatnya sulit adalah faktor-faktor eksternal.” (Arifin Dwiastoro, 25 Januari 2019)

“Kepercayaan itu bisa membahagiakan, bisa pula membahayakan.” (Arifin Dwiastoro, 27 Januari 2019)

“Duduk berpangku tangan pangkal bertepuk sebelah tangan.” (Arifin Dwiastoro, 28 Januari 2019)

“I may not know what I can get in a box of chocolate. But no matter what I get, chocolates are delightful. Unlike life.” (Arifin Dwiastoro, February 2, 2019)

“Rajin shalat tapi tanpa keinsafan hanya membuat seorang Islam tak ubahnya burung beo yang patuh tanpa keimanan. Hidupnya selalu menyusahkan orang lain, tidak mau berkembang, dan beritikad buruk. Gugur semua pahalamu.” (Arifin Dwiastoro, 6 Februari 2019)

“Agama dibuat oleh manusia untuk memenjarakan Tuhan dalam ruang dan waktu buatan akal pikirnya.” (Arifin Dwiastoro, 11 Februari 2019)

“Usaha terbaik untuk mencapai apa yang dicita-citakan adalah menyaksikan Hidup bekerja menurut caranya. Hal itu tidak mudah; seringnya kita tidak percaya.” (Arifin Dwiastoro, 16 Februari 2019)

“Kecintaan dan kebencian punya satu kesamaan. Sekalinya sudah memiliki salah satunya, akan sulit berubah.” (Arifin Dwiastoro, 23 Februari 2019)

“’Kebahagiaan’ hanya sebutan untuk perasaan yang diperoleh ketika kita menerima segala yang ada dengan sabar, tawakal, dan ikhlas.” (Arifin Dwiastoro, 26 Februari 2019)

“Dengan renjana (passion), maka semua pekerjaan kita menjadi seni.” (Arifin Dwiastoro, 5 Maret 2019)

“The problem in writing history is not writing the wrong story, but choosing which wrong story to write—Masalah dalam menulis sejarah bukanlah menulis kisah yang keliru, tetapi memilih kisah yang keliru untuk ditulis.” (Mas Adji; dari postingan Dahlan Cartwright di grup FB For Subud Members Only)

“Kelebihan saya adalah saya tahu kekurangan saya. Kekurangan saya adalah saya sok tahu kelebihan saya.” (Arifin Dwiastoro, 7 Maret 2019)

“Tingginya pendidikan/jabatan/ilmu agama seseorang ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan stabilitas emosinya.” (Arifin Dwiastoro, 10 Maret 2019)

“Hidupkan masa lalumu dengan semangat masa kini. Dengan begitu, kamu punya masa depan.” (Arifin Dwiastoro, 11 Maret 2019)

Kejiwaan adalah isi kita dalam membina keluarga dan bekerja. Keluarga adalah dorongan kita untuk bekerja demi menciptakan kehidupan yang layak bagi keluarga dan memampukan kita terus beribadah kepadaNya (kejiwaan).” (Arifin Dwiastoro, 11 Maret 2019) 

Hari gini, orang lebih suka pernyataan, tapi tidak kuat menghadapi kenyataan.” (Arifin Dwiastoro, 16 Maret 2019)

Food is everything we are. It’s an extension of nationalist feeling, ethnic feeling, your personal history, your province, your region, your tribe, your grandma. It’s inseparable from those from the get-go.” (Anthony Bourdain)

Li9ht—The IDEAS Company sudah lama mempraktikkan SMK3L (Sistem Manajemen Keluarga, Kerja, Kuliner dan Latihan kejiwaan).” (Arifin Dwiastoro, 21 Maret 2019)

Jangan kebanyakan ngomong kalau tidak bisa ngemong.” (Arifin Dwiastoro, 24 Maret 2019)

“Kalau motivator bisnis benar-benar sukses bisnisnya, tentu dia bagi-bagi ilmu gratis. Yang pasang tarif pasti bisnisnya adalah ‘seminar bisnis’.” (Arifin Dwiastoro, 27 Maret 2019)

Kesulitan melatih pengendalian diri. Kemudahan membuat lupa diri.” (Arifin Dwiastoro, 29 Maret 2019)

“Jujur pada diri sendiri. Percaya pada diri sendiri. Menjadi diri sendiri. Yang bukan berasal dari dirimu tidak penting.” (Arifin Dwiastoro, 31 Maret 2019)

Sebagian besar orang hidup berdasarkan ‘kata orang’ tentang bagaimana sebaiknya, bukan dengan bimbingan diri pribadinya.” (Arifin Dwiastoro, 31 Maret 2019)

“Orang kaya sejati hidup dengan yang ada di dalam dirinya. Orang kaya semu hidup dengan segala sesuatu di luar dirinya.” (Arifin Dwiastoro, 2 April 2019)

“Latihan Kejiwaan itu menuntun kita hijrah dari kebisaan-kebisaan dan kebiasaan-kebiasaan lama kita yang terbentuk oleh akal pikir ke kebisaan-kebisaan dan kebiasaan-kebiasaan baru yang dibimbing jiwa.” (Arifin Dwiastoro, 3 April 2019)

“Melupakan lebih mudah daripada memaafkan. Tapi tanpa memaafkan, melupakan akan menjadi tidak mudah.” (Arifin Dwiastoro, 3 April 2019)

“Yang paling salah itu adalah yang merasa paling benar sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 4 April 2019)

“Sukses atau gagal, kaya atau miskin cuma soal pilihan rasa. Bukan soal seberapa banyak harta atau pencapaianmu.” (Arifin Dwiastoro, 5 April 2019)

“Selalu merasa paling benar sendiri, paling tinggi sendiri, akan membuatmu sulit merendah ketika keadaan menuntutmu begitu.” (Arifin Dwiastoro, 6 April 2019)
“Ekspresi ‘membagi harta sama rata sama rasa’ adalah omong kosong. Rasa tidak mungkin bisa disamakan.” (Arifin Dwiastoro, 6 April 2019)

“Ayah saya mengajarkan untuk mampu memilih satu di antara dua, dengan kecintaan yang seluas-luasnya kepada keduanya.” (Arifin Dwiastoro, 8 April 2019)

“Jangan jadi orang CERDAS, yang otaknya enCER tapi mulutnya peDAS.” (Arifin Dwiastoro, 9 April 2019)

“Memberi kepercayaan ternyata lebih sulit daripada menerima kepercayaan. Perlu sabar dan tawakal.” (Arifin Dwiastoro, 13 April 2019)

“Kemajuanmu bisa jadi adalah kemunduranmu. Kemunduranmu bisa jadi justru merupakan kemajuanmu. Selalu mawas diri.” (Arifin Dwiastoro, 21 April 2019)

“Makin sukses, makin berpotensi gagal. Makin besar sukamu, makin besar kemungkinan dukamu.” (Arifin Dwiastoro, 28 April 2019)

“Setiap temuan baru adalah hal lama yang baru disadari kegunaannya.” (Arifin Dwiastoro, 30 April 2019)

Berpuasa membuatmu berkuasa atas nafsumu.” (Arifin Dwiastoro, 6 Mei 2019—hari pertama puasa Ramadan 1440 H)

“Puasa adalah laku prihatin, latihan pengendalian diri. Jika warung makan harus tutup, orang lain dilarang makan di depanmu, supaya kamu tidak terganggu puasamu, di mana pengendalian dirimu? Di mana tantangannya? Mending tidak usah puasa!” (Arifin Dwiastoro, 7 Mei 2019)

“Setiap orang punya cara untuk dan tolak ukur suksesnya masing-masing. Tidak bisa disamaratakan.” (Arifin Dwiastoro, 12 Mei 2019)

“Pada dasarnya, orang diperintah oleh pikirannya, meskipun perintahnya diucapkan/dituliskan oleh orang lain.” (Arifin Dwiastoro, 13 Mei 2019)

“Berusaha keras dengan perasaan bebas.” (Arifin Dwiastoro, 17 Mei 2019, tentang inti enterprise terbimbing Latihan Kejiwaan)

“Ketika berlaku buruk tidak merasa berdosa. Ketika berbuat baik bukan karena ingin pahala.” (Arifin Dwiastoro, 27 Mei 2019—penerimaan Latihan Kejiwaan di Hall Cilandak, Likuran malam ke-23)

“Masalah adalah orang asing yang malam-malam datang mengetuk pintu rumahmu. Alih-alih kamu mempersilakan-nya masuk, usir saja dia.” (Arifin Dwiastoro, 28 Mei 2019)

“Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka.” (QS At-Taghabun: 14)

“Ulangi kesalahan yang sama sampai kesalahan bosan menjadi kesalahan.” (Arifin Dwiastoro, 1 Juni 2019)

“Tuhan membimbingmu bukan untuk membatasi ruang gerakmu, tapi untuk memberimu kesempatan menikmati hidup sebaik-baiknya.” (Arifin Dwiastoro, 6 Juni 2019)

“Mayoritas konsultan branding yang saya jumpai backgroundnya desain grafis. Jarang yang kehumasan, marketing, atau psikologi. Makanya rekomendasi ke klien pun kebanyakan desain logo dan identitas.” (Arifin Dwiastoro, 18 Juni 2019)

“My goal in life is trying to win hearts, not awards.” (Arifin Dwiastoro, 10 Juli 2019)

“Banyak yang tidak percaya uang itu makhluk hidup. Lalu mengapa ketiadaannya bikin sengsara dan kehadirannya bikin gembira?” (Arifin Dwiastoro, 15 Juli 2019)

“Tidak usah membanggakan pekerjaanmu. Berbanggalah bila kamu mendapatkan ketentraman rasadiri saat mengerjakannya.” (Arifin Dwiastoro, 18 Juli 2019)

“Semua keahlian berasa sulit hanya ketika (di)teori(kan). Di tataran praktik, malah gampang.” (Arifin Dwiastoro, 29 Juli 2019)

“Semua prosedur buatan manusia semuanya sulit. Yang dari Tuhan semuanya mudah. Biar mudah melalui prosedur manusia, ikuti bimbinganNya.” (Arifin Dwiastoro, 29 Juli 2019)

“Perjalanan bila dinikmati tidak akan melelahkan.” (Arifin Dwiastoro, 29 Juli 2019)

“Jangan harap kamu bisa langgeng memimpin dan mengajak orang lain hidup rukun, sebelum kamu bisa memimpin dan rukun dengan diri sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 30 Juli 2019)


“Banyak orang mengejar uang, sukses dan bahagia, tidak sadar kalau semua itu produk pikirannya sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 31 Juli 2019)

“Saya tidak pernah jatuh cinta pada atau mencintai Tuhan, karena bagi saya Dia adalah Cinta itu sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 31 Juli 2019)

“Pintar atau bodoh hanya penilaian di sekolah. Bukan yang sejati. Dia yang merasa pintar atau bodoh adalah yang baper dengan penilaian tersebut.” (Arifin Dwiastoro, 2 Agustus 2019)

“Kenapa pilih marah, kalau bisa pilih ramah? Kenapa pilih sengsara, kalau bisa pilih gembira?” (Arifin Dwiastoro, 4 Agustus 2019)

Kalau kamu langsung marah atas perkataan buruk orang lain tentang dirimu, maka itu mengafirmasi bahwa perkataan itu benar.” (Arifin Dwiastoro, 4 Agustus 2019)

Kadang, saya ngeri dengan diri saya sendiri. Banyak potensinya yang termanifestasi melampaui apa yang saya ketahui.” (Arifin Dwiastoro, 9 Agustus 2019)

Jangan harap kebaikanmu pada orang lain akan dia balas dengan kebaikan pula. Manusia bukan benda mati yang bisa kamu arahkan, bahkan dengan kebaikanmu.” (Arifin Dwiastoro, 11 Agustus 2019)

Yang berat itu pikiranmu, bukan buku yang sedang kamu baca.” (Arifin Dwiastoro, 12 Agustus 2019)

Di aras kesadaran sejati, sukses/bahagia tidak ada gunanya.” (Arifin Dwiastoro, 12 Agustus 2019)

Kenyataan semakin diteorikan, semakin dicari-cari penyebabnya, semakin membingungkan.” (Arifin Dwiastoro, 13 Agustus 2019)

Temukan dirimu sendiri. Patuhi dirimu sendiri. Urus dirimu sendiri.” (Bapak Subuh, diceritakan Harris Roberts di Teras Timur Hall Cilandak, malam, 12 Agustus 2019) 

Sesuatu yang sejatinya tiada akan mengada jika kamu mempercayainya sedemikian rupa.” (Arifin Dwiastoro, 19 Agustus 2019)

Apa sih yang sejatinya milik kita? Semua cuma titipanNya. Bahkan rasa cinta yang indah, cuma sebentar lewat.” (Arifin Dwiastoro, 19 Agustus 2019)

“Kalau kamu merasa hidup ini tidak adil, teruskan perjalananmu. Beberapa tahun lagi, tengoklah ke belakang; kamu akan mensyukurinya.” (Arifin Dwiastoro, 20 Agustus 2019)

Membuat orang lain tertawa bahagia adalah hubungan seks yang aman.” (Arifin Dwiastoro, 21 Agustus 2019)

Telinga yang (di)kotor(i) (oleh ajaran) paling tidak kuat mendengar kata-kata yang dipersepsikan sebagai kotor. Baper itu adalah akibat kortslet di akal pikir. Sejatinya tidak ada kata-kata kotor atau jelek, karena sejatinya tidak ada kata-kata. Kata-kata bukan kebenaran, mereka cuma penunjang. Kebenaran sejati adalah diam dan merasakan.” (Arifin Dwiastoro, 21 Agustus 2019)

Kamu percaya Tuhan atau menuhankan kepercayaanmu?” (Arifin Dwiastoro, 21 Agustus 2019)

Sebenarnya hidup itu hanya meniti, merasakan dirinya saja.” (Muhammad Subuh)

“Saya tahu ‘kebahagiaan’ tidak lebih dari sekadar menuliskan kata itu.” (Arifin Dwiastoro, 22 Agustus 2019)

Sejatinya, tidak ada jalan yang sesat. Karena semua jalan bermuara ke Dia Yang Menyesatkanmu jika Dia kehendaki.” (Arifin Dwiastoro, 22 Agustus 2019)

Kadang, mimpi indah menjadi mimpi buruk ketika terbangun.” (Arifin Dwiastoro, 23 Agustus 2019)

Tak banyak yang menyadari bahwa kebanyakan orang dibunuh oleh akal pikirnya yang mewujud sebagai penyakit raga.” (Arifin Dwiastoro, 23 Agustus 2019)

Kamu sulit mengikuti bimbinganNya, karena kamu nyaman didikte sejak kecil oleh orang-orang di sekitarmu, masyarakat, dan budaya.” (Arifin Dwiastoro, 24 Agustus 2019)

Selama masih ditulis dengan pena lahir, masih bisa diubah. Yang tidak bisa diubah adalah yang ditulis dengan pena batin.” (Arifin Dwiastoro, 24 Agustus 2019)

Ingin maju tapi tidak siap berubah/menghadapi perubahan? Tidur saja!” (Arifin Dwiastoro, 25 Agustus 2019)

Cinta tak perlu dikejar, karena cinta adalah perasaan dinamis yang sebentar juga lewat.” (Arifin Dwiastoro, 29 Agustus 2019)

Sukses bisnis adalah ketika usaha bisnis menjadikan pelakunya lebih spiritual daripada finansial.” (Arifin Dwiastoro, 29 Agustus 2019)

Spiritualitas adalah tentang menjadi diri sendiri, bukan tentang melembutkan gerak dan suara dan membaik-baikkan perbuatan.” (Arifin Dwiastoro, 31 Agustus 2019)

“Manusia menciptakan dirinya sendiri segera setelah akalnya bekerja.” (Arifin Dwiastoro, 1 September 2019)

“’Aliran sesat’ adalah istilah yang diciptakan dan diyakini oleh mereka yang merasa jalannya paling benar.” (Arifin Dwiastoro, 2 September 2019)

“Kebanyakan orang berani menghadapi orang lain, tapi takut menghadapi dirinya sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 5 September 2019)

Bekerja demi uang semata mengikis kreativitas seseorang.” (Arifin Dwiastoro, 5 September 2019)

Ketika kamu merasa sudah sampai di level selanjutnya dari perjalanan spiritualmu, sesungguhnya kamu masih di level semula.” (Arifin Dwiastoro, 7 September 2019)

Tugasmu bukan mencari kebenaran. Tapi menemukan kebenaran.” (Arifin Dwiastoro, 12 September 2019)

Hidup—semakin kamu ingin pahami semakin kamu tidak mengerti. Let go saja.” (Arifin Dwiastoro, 15 September 2019)

Not everyone deserves to know the real you. Let them criticize who they think you are.” (Paulo Coelho, The Spy)

All true artists, whether they know it or not, create from a place of no-mind, from inner stillness.” (Eckhart Tolle)

“Transformasi diri dipicu oleh diri sendiri—dari ‘dalam’, bukan oleh ajaran atau nasihat dari luar diri.” (Arifin Dwiastoro, 12 Oktober 2019)

“Ketika seseorang berkata buruk tentang saya, hal itu tidak mendefinisikan diri saya. Tapi malah mendefinisikan diri orang itu.” (Arifin Dwiastoro, 14 Oktober 2019)

“Akan tiba suatu masa, di mana ketertarikan lawan jenis ditentukan oleh vibrasi. Bukan lagi oleh fisik.” (Arifin Dwiastoro, 15 Oktober 2019)

“Jika mereka tidak mengerti sifat dan perilakumu, tidak usah risau. Seharusnya mereka bertanya pada Penciptamu.” (Arifin Dwiastoro, 18 Oktober 2019)

“Pengaruh benda membuatmu berbeda dari pribadi sejatimu. Dan cenderung jelek.” (Arifin Dwiastoro, 19 Oktober 2019)

“Kita bisa melakukan atau membuat hal-hal yang tak terduga dan tidak mungkin hanya bila kita yakin bahwa uang bukan segalanya.” (Arifin Dwiastoro, 19 Oktober 2019)

“Ketidakpastian hidup mendorong manusia melakukan pencarian terhadap hal-hal misterius yang serba tidak pasti. Aneh.” (Arifin Dwiastoro, 19 Oktober 2019)

“Kata saudara Subud saya, pehobi kereta api itu lebih hebat daripada pehobi mobil, karena dia membanggakan yang bukan milik pribadinya.” (Arifin Dwiastoro, 1 November 2019)

“Obat segala penyakit adalah tidak banyak berpikir dan sinar matahari sebelum jam 10 pagi.” (Arifin Dwiastoro, 7 November 2019)

“Sebagian orang sulit pasrah, bahkan dengan kenyataan bahwa untuk pasrah tidak diperlukan usaha.” (Arifin Dwiastoro, 10 November 2019)

“Kebahagiaan hidup dan keindahan karya seringkali sirna ketika tujuannya adalah uang.” (Arifin Dwiastoro, 11 November 2019)

“Hidup tinggal dijalani. Kalau lelah, istirahat. Tidak ada yang menyuruhmu untuk terus berusaha. Jangan takut bila tidak mendapat uang akibat istirahat secukupnya, karena Tuhan dapat memberimu apa yang kamu inginkan atau butuhkan tanpa meminta bayaran.” (Arifin Dwiastoro, 13 November 2019)

“Nasihat akan diterima oleh seseorang hanya bila itu berasal dari dirinya.” (Arifin Dwiastoro, 13 November 2019)

“Kamu takkan pernah bisa menerima orang lain apa adanya sebelum kamu sendiri apa adanya.” (Arifin Dwiastoro, 13 November 2019)

“He who does not know history does not have a life.” (Arifin Dwiastoro, 14 November 2019)

“Being a commander by rank doesn’t make you a leader by spirit.” (Arifin Dwiastoro, 16 November 2019)

“Dalam bekerja/berkarya, sikap lebih utama dibandingkan teknik dan teknologi.” (Arifin Dwiastoro, 21 November 2019)

“Saya tidak melekat pada ide-ide saya yang lama (terpakai maupun tidak). Dengan begitu, cangkir pengetahuan saya dapat diisiNya dengan ide-ide baru yang segar.” (Arifin Dwiastoro, 24 November 2019)

“Setiap orang ada yang menjadi guru bagi orang lain dan ada yang bagi dirinya sendiri. Karena hidup adalah pembelajaran.” (Arifin Dwiastoro, 25 November 2019)

“Tidak jujur pada orang lain ternyata jauh lebih mudah daripada jujur pada diri sendiri.” (Arifin Dwiastoro, 9 Desember 2019)

“Your profession is not what brings home your paycheck. Your profession is what you were put on Earth to do with such passion and such intensity that it becomes spiritual in calling.” (Vincent van Gogh)

“Tahu bahwa kamu tidak tahu apa-apa sama saja kamu masih tahu sesuatu. Mending tidak tahu bahwa kamu tidak tahu apa-apa.” (Arifin Dwiastoro, 14 Desember 2019)

“Saya pernah ditanya tante saya yang menjalankan syariat agama dengan disiplin: ‘Kamu kenapa kok ikut Subud? Apakah agama aja nggak cukup?’
Saya: ‘Agama menuntun saya menjadi baik, Tante. Tapi Subud menuntun saya menjadi diri sendiri, yang dengan begitu membuat saya mengerti kapan ‘baik’ itu berguna bagi saya dan orang lain dan kapan nggak.’.” (Arifin Dwiastoro, 19 Desember 2019)

“Makin ke sini, saya merasa malu minta ke Tuhan segala sesuatu terkait kekayaan harta, jabatan,  atau jadi orang penting. Pada akhirnya, yang paling penting adalah apa yang membuat kita hidup... benar-benar hidup!” (Arifin Dwiastoro, 19 Desember 2019)

No comments: