Saturday, January 11, 2020

Rencana Tuhan (Maunya Tuhan Tidak Selalu Sejalan Dengan Maunya Kita)


SAYA sudah lama ingin membuat buku meja kopi (coffee-table book, berisi 80% foto yang artistik, sisanya teks) tentang Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal), yang sebagian terinspirasi oleh cerita masa kecilnya satu saudari Subud saya, yang mengikuti tugas ayahnya, yang seorang veteran penerbang TNI Angkatan Laut, yang pesawatnya (anti kapal selam Fairey Gannet) yang diterbangkannya dari Inggris ke Indonesia dan sekarang menjadi monumen di bundaran dekat gerbang ke Terminal 2 Bandar Udara Internasional Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur.

Keinginan itu pun menjadi doa saya. Cara Tuhan mengabulkannya memang “aneh”, tidak sejalan dengan akal pikir dan kehendak saya. Saya malah mengakses TNI AL via pekerjaan “remeh”, berupa penerjemahan booklet tentang seni Ecoprint karya Ibu Manik Siwi Sukma Adji, istri dari Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) yang sekarang. Saya mendapat pekerjaan tersebut dari satu senior saya di Jurusan Sejarah Universitas Indonesia yang kini menjabat Kepala Sub Dinas Sejarah Angkatan Laut (Kasubdisjarah yang dinaungi Dinas Penerangan Angkatan Laut atau Dispenal).

Lucunya, senior saya teringat saya ketika dia melayat teman kuliah kami yang wafat, tahun 2019 lalu; padahal saya sendiri tidak datang melayat. Singkat cerita, penerjemahan booklet tersebut memuaskan Kepala Dispenal Markas Besar TNI Angkatan Laut (Mabesal) Cilangkap, Jakarta Timur, maupun Ibu Manik, sehingga Kadispenal menugaskan Kasubdisjarah untuk membujuk saya agar menerima proyek penerjemahan majalah Cakrawala (media informasi kemaritiman yang diterbitkan Dispenal).

Kesediaan saya malah membuat Kadispenal akhirnya juga menyerahkan desain dan produksi majalah Cakrawala versi bahasa Inggrisnya. Saya sempat membatin, “Tuhan, aku kan minta Puspenerbal, kok Engkau ngasih aku yang lain?”

Saya pun mendengar suara batin saya: “Sudah, jangan mengeluh. Kamu nggak tau rencana Tuhan. Ikuti saja, jangan banyak protes!”

Saya dan tim LI9HT Brand pun mengerjakan pesanan Dispenal Mabesal dengan sungguh-sungguh, meskipun tidak jarang makan hati dengan gaya bekerjanya tentara yang harus serba cepat dan perfect, memperhatikan detail, dan berjenjang.

Hasilnya, bahkan saya sendiri tidak menyangka! KASAL, Laksamana TNI Siwi Sukma Adji memuji tim kerja LI9HT dan tim internal Dispenal. Menurut Kadispenal, jarang sekali orang sipil dapat mengimbangi cara bekerjanya militer, dan saya dianggap mumpuni dalam wawasan kemiliteran khususnya angkatan laut. Karena spesialisasi saya dahulu di bangku kuliah adalah sejarah militer dengan fokus pada angkatan darat, proyek TNI AL ini memaksa saya belajar sambil bekerja.

Majalah yang dinamai The Horizon itu akan diluncurkan di dua tempat pada 15 Januari 2020 bertepatan dengan Hari Dharma Samudera, yang secara historis adalah tanggal peristiwa Pertempuran Laut Aru (gugurnya Komodor Yos Sudarso): Di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) dan di Pangkalan Komando Armada II di Dermaga Ujung Surabaya.

Sabtu pagi ini, saya ditelepon oleh Kadispenal, Laksamana Pertama TNI (P) Mohammad Zaenal, yang menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kerja keras saya bersama tim LI9HT dalam mewujudkan The Horizon. Beliau juga mengundang saya dan istri ke acara di Seskoal pada 15 Januari, yang terpaksa saya tolak karena pada tanggal tersebut saya berada di Surabaya. Beliau kemudian menanyakan apa yang bisa beliau bantu untuk saya. Saya pun mengungkapkan betapa saya ingin  membuat coffee-table book tentang Pusat Penerbangan Angkatan Laut. Beliau meminta saya menunggu sejenak, karena beliau akan mengontak Komandan Puspenerbal, yang berkantor di kompleks Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Juanda, Surabaya.

Setengah jam kemudian, pagi tadi ini, Kadispenal menelepon saya lagi dan mengatakan bahwa Danpuspenerbal malah senang sekali dan bersedia menerima saya pekan depan di Markas Komando Puspenerbal di kompleks Lanudal Juanda. Saya kemudian me-WhatsApp Danpuspenerbal untuk membuat janji bertemu di Surabaya.

Di situ, saya terdiam dan kemudian menangis. Saya menyesal telah selalu berburuk sangka terhadap Tuhan, dan sering memakiNya dalam hati. Cara Tuhan bekerja untuk mewujudkan keinginan kita tidak selalu sejalan dengan yang kita mau, bahkan kadang membuat kita sebal padaNya. Ternyata Tuhan memberi saya berkali-kali lipat dari apa yang saya inginkan.

Di situlah saya memahami mengapa Bapak Subuh selalu menekankan Sabar-Tawakal-Ikhlas dan Berani mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.©2020


GPR 3, Jl. Pondok Cabe III, Tangerang Selatan, Banten, 11 Januari 2020

No comments: