Tuesday, November 5, 2019

Satu Ceramah, Seribu Makna


“...Ketika kita membaca ceramah Bapak, sepertinya kita hanya membacanya. Tapi, kadang kita tidak mengerti. Itulah sifat dari ceramah-ceramah tersebut. Ketika saudara membaca ceramah sebelum di dalam diri saudara cukup kuat untuk mengerti, ceramah itu tampaknya tidak jelas arahnya—saudara kira saudara sedang membaca buku yang biasa.”
—Ceramah Ibu Rahayu kepada anggota di Kongres Nasional,
Rungan Sari, Kalimantan Tengah, 21 Februrari 2013—13 TKL 1
                                                                

SUATU ketika di tahun 2004, saya membaca ceramah Bapak Subuh di majalah khusus untuk anggota Subud, Aneka Subud, di teras Wisma Subud Surabaya, Jl. Manyar Rejo 18-22, Surabaya Timur. Saat membacanya, saya menggunakan stabilo warna kuning untuk menyorot bagian-bagian yang saya anggap penting. Seorang pembantu pelatih (helper) yang menyaksikan kelakuan saya berkomentar: “Mas, sepuluh tahun dari sekarang, saya yakin semua isi Aneka Subud itu kuning semua sampeyan stabilo.”

Saya kemudian mendapat kepahaman, ceramah yang sama memberi makna-makna atau manfaat-manfaat yang berbeda seiring berkembangnya pengertian kita sejalan dengan Latihan Kejiwaan yang kita lakukan dengan tekun. Kepahaman yang saya dapat bertahun-tahun setelah insiden di teras Wisma Subud Surabaya itu, membuat saya tertawa ngakak dan sepakat dengan komentar si pembantu pelatih.

Dahulu, saya juga suka mencibiri saudara-saudara Subud yang membaca ceramah Bapak Subuh dan Ibu Rahayu, sebagai sesuatu yang kurang ada gunanya. Saya baru mulai tekun membaca ceramah tahun 2013, setelah mengalami kejadian yang sangat tidak enak dan—atas saran dari pembantu pelatih saya di Surabaya—solusi “penyembuhannya” ada di ceramah, yang untuk itu beliau mengkopikan 60,4 gigabyte ceramah Bapak Subuh dalam bentuk video, audio, dan transkripnya dari laptop beliau ke external harddisk saya. “Baca ceramahnya ya, dan temukan rahasianya di situ,” ujar pembantu pelatih tersebut.

“Rahasianya apa, Pak?” tanya saya.

“Cari sendiri! Saya sudah temukan rahasianya... yang memang untuk saya. Untuk Mas Anto beda lagi. Untuk setiap orang berbeda-beda rahasianya,” kata beliau.

Saya pun mulai tekun membaca atau mendengar ceramah Bapak Subuh, hampir setiap hari. Speaker luar MacBook Pro saya sampai jebol karena mendengarkan audio rekaman ceramah Bapak Subuh keras-keras.

Walaupun kekecewaan dan sakit hati saya pasca kejadian pahit 2013 berhasil disembuhkan oleh rahasia yang saya temukan dalam ceramah-ceramah tersebut, saya tetap suka membaca ceramah Bapak Subuh (dan Ibu Rahayu). Karena rupanya ceramah adalah “media” untuk mengetahui sampai di mana Latihan Kejiwaan kita telah berkembang. Bukan cuma melalui penjelasan Bapak Subuh, tapi lewat pemahaman kita sendiri terhadap muatan ceramah tersebut.©2019


GPR Pondok Cabe III, Tangerang Selatan, 3 November 2019

No comments: