Monday, March 18, 2019

Menyingkap Kabut Misteri


PENGALAMAN kejiwaan ini saya lalui tahun 2014 hingga 2015 lalu. Pengalaman menakjubkan yang saya terima sebagai penulis buku yang mengungkapkan peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut dalam Operasi Seroja di Timor Timur, 7 Desember 1975.

Permintaan kepada saya untuk menjadi penulis buku tersebut berasal dari sebuah firma kehumasan yang digawangi antara lain oleh senior saya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Permintaan kepada saya saja sudah merupakan pengalaman yang ajaib. Pasalnya, firma kehumasan itu sebelumnya sudah menawarkan kepada tiga penulis lainnya, tetapi mereka menolak dengan alasan yang sama: Segala sesuatu terkait Operasi Seroja di Timor Timur masih diselimuti kabut misteri yang begitu tebalnya hingga membuat mereka berpikir bahwa mereka takkan bisa menembusnya, sehingga penulisan buku itu akhirnya akan mengalami kegagalan.

Senior saya di firma kehumasan tersebut pun akhirnya mengontak Program Studi (Prodi) Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia atau FIBUI (penerus FSUI setelah tahun 2002). Pihak Prodi Sejarah merekomendasikan nama saya, karena dalam daftar alumni Jurusan Sejarah FSUI hanya saya yang pernah menulis skripsi tentang sejarah perang dan strategi. Jadilah saya penulis buku yang disponsori Dinas Penerangan Markas Besar TNI AL c.q. Sub Dinas Sejarah (Disjarah) TNI AL tersebut.

Yang membuat saya tidak menolak tawaran tersebut, seperti halnya tiga penulis sebelum saya, adalah karena sebagai orang yang sudah menerima Latihan Kejiwaan saya harus senantiasa sabar, tawakal, dan ikhlas menghadapi tantangan-tantangan yang menanti di muka. Di benak saya selalu terngiang-ngiang perkataan penerima wahyu Latihan Kejiwaan dan pendiri Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Susila Budhi Dharma (PPK SUBUD) Indonesia, RM Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo: “Jika Tuhan menghendaki, tidak ada yang tidak mungkin.”

Selanjutnya, selama pengerjaan buku tersebut saya dihadapkan pada keajaiban-keajaiban yang sulit dicerna akal. Informasi-informasi berharga “mendatangi” saya, mulai dari hasil googling sampai yang digali oleh tim pengumpulan data. Yang aneh, via Google saya dapat mengakses file pembicaraan rahasia antara para petinggi militer Indonesia mengenai rencana pendaratan pasukan TNI di Dili, Timor Timur, yang di kemudian hari, setelah bukunya terbit, tidak dapat diakses lagi (404 Page Not Found Error). Dengan pertolongan Tuhan dan bimbinganNya yang saya terima dari Latihan Kejiwaan yang terus-menerus mengisi diri saya, berangsur-angsur kabut misteri itu tersingkap, mengungkapkan berbagai informasi (yang tadinya) rahasia mengenai perencanaan dan pelaksanaan Operasi Seroja.

Keajaiban yang terakhir dalam proses pengerjaan buku tersebut adalah ketika pihak Disjarah TNI AL menghendaki dilampirinya oleat (atau map overlay, yaitu peta operasi yang dilengkapi dengan laporan gerakan kapal-kapal pendukung) dari armada kapal TNI AL yang mendukung pendaratan pasukan Marinir TNI AL sehubungan dengan Operasi Seroja. Masalahnya, menurut informasi yang diperoleh tim pengumpul data, oleat tersebut masih berstatus Sangat Rahasia, dan terdapat di pusat arsip Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Kemenhan RI), yang dikepalai seorang mayor dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Kembali saya hanya menyerahkan diri kepada bimbinganNya. Dan, lagi-lagi, jalan saya dipermudah. Usut punya usut, mayor Kopassus yang mengepalai pusat arsip Kemenhan RI adalah alumnus FSUI yang rupanya mengenal saya (tapi saya tidak ingat dia). Dan dengan alasan bahwa saya adalah penulis buku, yang dia percaya dapat mempertanggungjawabkan penggunaan oleat tersebut, dia mengizinkan oleat tersebut didesain ulang visualnya dan dilampirkan pada buku yang saya tulis tersebut. Puji Tuhan!

Pengalaman ini menjadi bukti bagi saya bahwa Tuhan selalu bekerja membimbing ciptaanNya, dan juga menjadi pelajaran bagi saya agar tidak serta-merta menolak pekerjaan yang ditawarkan kepada saya, hanya karena alasan saya tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman terkait pekerjaan tersebut, dan agar saya tidak mudah menyerah terhadap kesulitan-kesulitan yang menyertai suatu pekerjaan.©2019



Jl. Pondok Cabe III Gang Buntu, Jakarta Selatan, 19 Maret 2019

No comments: