Tuesday, September 21, 2010

Maksud Hati Beri Berkah, Apa Daya Bawa Musibah


“Beri dia ikan dan engkau memberinya makan untuk sehari.

Ajari dia memancing ikan dan engkau memberinya makan untuk selamanya.”

Konfusius




Tak jarang saya diminta untuk mengajak teman atau sanak-saudara terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan yang saya tekuni, berhubung mereka menganggur. Mengajak sih bukan soal bagi saya. Persoalannya, saya tidak tahu apa keahlian yang mereka miliki. Kalaupun tahu, saya tidak mengerti bagaimana keahlian mereka itu bisa dipadankan dengan pekerjaan saya di bidang penulisan materi komunikasi pemasaran dan korporat. Bila tidak membantu, nanti saya dianggap hanya mau kaya sendiri. Tetapi, bila membantu, nanti bukan berkah yang saya beri, malah musibah. Bayangkan saja, apa iya orang yang ahli dalam bidang konstruksi bangunan, misalnya, mau saya ajak menulis naskah audio-visual untuk, misalnya, profil video klinik perawatan kecantikan? Saya kira, ia akan malah ketiban stres.


Banyak orang yang tidak menyadari keahlian maupun potensi yang mereka miliki. Potensi adalah sesuatu yang masih laten, yang jika dimanifestasikan melalui kerja akan melahirkan keahlian. Banyak orang lebih suka mengemis pekerjaan, atau bahkan mengemis upah tanpa mau bekerja, dan membiarkan orang lain menggali keahlian mereka. Tak sedikit orang yang dengan pasrah berkata, “Pekerjaan apa aja deh, terserah. Yang penting saya bisa mendapatkan uang.” Mereka tergolong kaum fatalis, menyerah pada nasib, menafikan kesejatian bahwa pada dasarnya setiap manusia berguna untuk dirinya sendiri maupun lingkungannya melalui segenap potensi yang mendiami dirinya, yang menanti untuk dimanifestasi.


Di penghujung upaya yang terus-menerus gagal untuk mendapatkan pekerjaan yang melaluinya mereka dapat memperoleh kesejahteraan, alih-alih menciptakan sendiri pekerjaan, mereka malah mengemis. Percaya atau tidak, mengemis adalah dosa besar lantaran pelakunya menafikan karunia Yang Kuasa yang telah membekali setiap manusia dengan berbagai kemampuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi dirinya.


Memberi uang kepada peminta-minta pun sesungguhnya juga merupakan dosa, karena tanpa kita sadari kita telah mencelakainya. Alih-alih memberikan uang, lebih baik ajari dia mencari uang, sehingga tatkala tak ada orang yang mau memberinya uang, dia dapat mengerahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk mencetak uang melalui keahliannya yang direalisasi lewat pekerjaan.


Dalam Pertemuan Tingkat Tinggi PBB mengenai Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), Indonesia melaporkan angka kemiskinan sebesar 13,3 persen atau berkisar 31,02 juta jiwa (Kompas 22/9/2010, hlm. 1). Di sekitar kita ada lebih dari 30 juta orang yang sebaiknya mulai diajari memancing ikan alih-alih dibantu dengan memberinya ikan, yang bukannya membuat kemiskinan terentaskan, malah menjadikan kurvanya semakin menanjak. Maksud hati beri berkah, apa daya malah bawa musibah.(AD)



Pondok Jaya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 22 September 2010



No comments: